Wednesday, November 13, 2013

IBU

IBU


RahmatMu ya Rabbi,

Pernahkah kita mengukur sepanjang apa kaih dan cinta Ibu??
Pernahkah kita menimbang severat apa cintanya??
Pernahkah kita merenung setulus apa kasihnya??

Atau setelah kita dewasa ....

Setelah kita bisa berjalan
Bisa berlari
Bisa bekerja mencari hidup
Memiliki pasangan hidup

Setelah kita tidak butuh lagi ..
dengan suapannya
dengan gandengan tangannya
dengan pelukannya
dengan dekapannya
dengan ninaboboknya
dengan belaiannya
dengan segala belas kasihnya

Kita mulai menjauh darinya
Kita mulai sibuk dengan urusan kita
Kita mulai lupa dengannya

Akhi/Ukhti
Andai semua waktumu kau luangkan untuk Ibundamu
Andai semua hartamu kau berikan kepada Ibundamu
Aku yakin, kaupun mustahil melakukannya
Tapi kalau itu yang kau lakukan...
Kaupun tak akan bisa mencukupkan balasannya

Tiada hal yang paling membahagiakan hati seorang Ibu, selain meilah anaknya bahagia
Tiada hal yang melarakan hatinya selain dari melihat musibah menimpa buah hatinya
Apapun yang dibutuhkan anaknya akan dipenuhi, asalkan buah ahtinya bisa kembali tersenyum

Dia rela memakai sandal usang, asalkan anaknya memakai sandal baru
Dia rela begadang, asalkan anaknya lelap tidurnya
Dia kuat menahan lapar dalam perutnya, tapi dia tak tahan melihat anaknya kelaparan
Dia rela nyawa digadaikan asalkan anaknya hidup
Dia rela hatinya diiris-iris asalkan anaknya senang

Akhi/Ukhti
Bila kau berada dengan dengan Ibumu, maka hampirilah dia sekarang...
Kecuplah keningnya
Minta maafnya
Minta ridhonya
Pijat kakinya
Dan ucapkan: “Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama Rabbayani shogiran”

Bila kau jauh darinya, teleponlah dia, sengarkan suaranya, mintalah doanya, dan kirimkanlah sesuatu untuknya

Dan bila Ibumu berada di alam yang berbeda ....
Angkatlah tanganmu,
Pujilah Rabbmu dan doakan Ibumu selalu: “Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama Rabbayani shogiran”

Ditulis oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Hassan Basalamah MA

Wassalam, Mimuk Bambang Irawan
Jakarta, 27 Oktober 2013

PERTANYAAN MALAIKAT DI DALAM KUBUR

PERTANYAAN MALAIKAT DI DALAM KUBUR


Inilah pertanyaan malaikat dalam kubur:

T(anya): “Man Rabbuka? (Siapa Tuhanmu?)”
J(awab): “Allahu Rabbi. (Allah Tuhanku)”

T: “Man Nabiyyuka? (Siapa Nabimu?)”
J: “Muhammadun Nabiyyi (Muhammad Nabiku)”

T: “Ma dinuka? (Apa agamamu?)”
J: “Al-Islamu dini (Islam agamaku)”

T: “Man Imamuka (Siapa imammu?)”
J: “Al-Qur’an Imam (Al Qur’an Imamku)”

T: Aina Qiblatuka? (Di mana kiblatmu?)”
J: Al-Ka’batu Qiblati (Ka’bah kiblatku)”

T: “Man ikhwanuka? (Siapa saudara-saudaramu?)”
J: “Al Muslimun wal muslimat ikhawani (Muslimin dan muslimah saudaraku)”

Jawabannya sangat sederhana bukan?

Namun apakah sesederhana itukah kelak kita akan menjawabnya? Apakah kita harus menghafalkannya... Dan kalau sudah hafal apakah kita akan menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat kubur dengan lancar? Ternyata tidak semudah itu caranya, semua tergantung dari amal ibadah kita selama hidup.

Oleh karena itu mari kita perbaiki dulu amal ibadah kita selama kita masih hidup.

“Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk akhiratmu, niscaya kamu untung di keduanya, dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu, karena kamu akan rugi di keduanya”. Singgah di dunia ini sebentar, sedangkan tinggal di akhirat sana sangatlah panjang dan abadi

Saat tubuh terbaring sendiri di perut bumi
Saat kegelapan menghentak ketakutan
Saat tubuh menggigil gemetaran
Saat tiada lagi yang mampu jadi penolong...
Ya, tak akan pernah ada seorangpun yang mampu menolong kita, selain amal kebaikan yang telah kita perbuat selama hidup di dunia.

Astaghfirullah al’adzim ...

Ampunilah kami ya Allah... Kami hanyalah hamba-Mu yang berlumur dosa dan maksiat. Sangat hina kami di hadapan-Mu ... Tidak pantas kami meminta dan selalu meminta maghfirah-Mu ...Sementara kami selalu melanggar larangan-Mu ...

Ya Allah ... Izinkanlah kami untuk senantiasa bersimpuh memohon maghfirah dan rahmat-Mu ... Tunjukkanlah kami jalan yang terang menuju cahaya-Mu ... Tunjukkanlah kami pada jalan yang lurus, agar kami tidak sesat dan tersesatkan ... Aamiin ya Rabbal’aalamiin ...

Wassalam, Mimuk Bambang Irawan

Jakarta, 6 November 2013 

PUASA SYAWAL

PUASA SYAWAL

Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Barang soapa berpuasa Ramadhan dan meneruskannya dengan puasa 6 hari di bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa 1 tahun” (HR Muslim, Abu Dawud, Ibn Majah – Muslim Kitab: Puasa II/822, no. 1164)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam biasa memulainya sejak 2 Syawal berturut-turut 6 hari, tapi sebagian ulama memperbolehkan tidak harus berturut, namun pahalanya insyaa Allah sama dengan yang berturut-turut dan bisa dilakukan di pertengahan atau di akhir bulan Syawal.

Puasa Syawal ini hukumnya bukan wajib dan merupakan puasa sunnah tapi sangat dianjurkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam.

Dalam hadits tersebut di atas, 6 hari puasa Syawal sama pahalanya denganpuasa setahun. Karena satu pahala nilainya 10 kali kebaikan (QS Al An’am : 160).

Jika satu kebaikan dihitung 10 pahala, berarti pahala puasa Ramadhan dihitung 300 hari atau sepuluh bulan. Dan puasa Syawal 6 hari dihitung 60 hari atau 2 bulan. Jadi total jumlahnya 360 hari atau satu tahun.

Bagaimana kalau masih ada hutang puasa Ramadhan? Apakah membayar hutang dahulu arau puasa Syawal dahulu? Ulama tidak sepakat tentang hal itu. Ada yang mewajibkan bayar hutang dulu baru puasa Syawal, dan ada yang membolehkan puasa Syawal dahulu sebelum membayar hutang puasa Ramadhan, karena waktu di bulan Syawal terbatas, sedangkan waktu untuk membayar hutang puasa Ramadhan masih 11 bulan berikutnya.

Dalam fiqih, jika ada perbedaan pendapat ulama Fiqih, kita boleh memilih salah satu yang palin sesuai dengan hati kita. Jadi, mau bayar hutang puasa Ramadhan dulu baru puasa Syawal boleh (Ini yang lebih dianjurkan, karena kita akan melunasi yang wajib dahulu), mau Syawal dulu baru bayar hutang puasa Ramadhan juga boleh.

Wallahu’alam bissawab

Selamat berpuasa Syawal, semoga Allah Subhaanahu wa ta’ala menerima dan melipat-gandakan pahala amalan puasa Ramadhan maupun puasa Syawal kita. Aamiin ya Rabbal’aalamiin ....   

Wassalam, Mimuk Bambang Irawan
Jakarta, 27 Oktober 2013

DOA PARA NABI

PARA NABI PUN BERDOA


Bismillahirrohmanirrohiim

Sebagai suri tauladan kita dapat temukan beberapa kisah para nabi dan rasul yang berdoa untuk mendapatkan hajat dan keinginan mereka. Seperti:

1. Nabi Adam As bapak para manusia memohon ampunan karena telah mendzalimi dirinya memakan buah khuldi di surga. Saat diturunkan didunia, setiap hamparan tanah tak terlepas dari tetesan air mata penyesalan beliau. Doa beliau:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Al-A’raf: 23)

2. Nabi Ibrahim As bapak para nabi mendoakan tanah suci makkah sebagai tanah yang diberkati oleh Allah, sehingga walau pun terdiri dari tanah yang tandus dan berbatuan, tetapi selalu dilimpahi rahmat dari berbagai buah-buah.

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنْ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (QS 2 – Al Baqarah: 126)

3. Nabi Musa As, nabi yang telah menyelamatkan bani Israil dari kukungan Firaun di mesir, pada saat beliau mendapat kesusahan untuk berdakwah karena cacat pada lidahnya, maka ia berdoa:

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي، وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي، يَفْقَهُوا قَوْلِي

"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku (QS. Thoha: 25-28)

4. Nabi Sulaiman As, seorang yang mendapat kenikmatan dunia yang luar biasa, yang memiliki kekuasaan atas jin, manusia, binatang, angin dan air masih mampu mengucapkan doa.

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ.

"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS. An-Naml: 19)

Masih banyak doa-doa yang diucapkan para nabi dalam al-Quran, yang tentunya bila kita mau mentadaburi nya kita akan menjadi malu. Alangkah sombongnya kita, alangkah angkuhnya kita, alangkah malangnya diri kita yang telah menyia-nyiakan waktu dan umur kita dari perbuatan doa kepada Allah sedang para Nabi pun berdoa.

Berdoalah, agar kita selamat di dunia dan akhirat. 


Ditulis oleh Ustadz Nur Rohim Yunus, Lc


TOLERANSI BERAGAMA

TOLERANSI BERAGAMA


Bismillahirrohmanirrohiim

RENUNGAN PAGI - CARA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALAM DAN PARA SAHABAT MENGAMALKAN TOLERANSI BERAGAMA

Al-Qur’an banyak memberikan arahan tentang kehidupan toleransi beragama yang menjadi bahan renungan kita kali ini.

Mengenai pluralisme beragama ini Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah telah mengirim nabi kepada setiap ummat, baik yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an maupun yang tidak (QS 40 – Al-Mu’min : 78, QS 17 – Al-Israa’ : 15). Setiap muslim harus beriman kepada para nabi (QS 3 – Ali ‘Imran : 84). Kemudian mengenai pluralisme agama dan kebebasan beragama ditegaskan pula dalam surat dan ayat-ayat tersendiri (QS 2 – Al-Baqarah: 62, 256), serta mengenai toleransi atau hidup berdampingan secara damai (QS 109 – Al-Kaafiruun : 1-6). Diantara beragam ummat beragama itu, Al-Qur’an menganjurkan agar kaum Muslim berlomba-lomba berbuat kebajikan (QS 5  – Al-Maaidah : 48), bersikap positip dalam berhubungan dan bekerja-sama secara adil dengan ummat non-Muslim (QS 60 – Al-Mumtahanah : 8), serta melindungi tempat-tempat ibadah semua agama (QS 22 – Al-Hajj : 40).

Pengamalan Nabi  Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam atas ayat-ayat tersebut diatas dapat disimpulkan dalam kisah berikut ini. Pada tahun yang disebut dengan Tahun Perutusan (630-631M) atau disebut dengan ‘Am al-Wafd, Nabi Muhammad sebagai penguasa baru di Madinah menerima kunjungan suku-suku Arab-Kristen.

Salah satu diantaranya adalah suku Najran. Mereka diterima oleh Nabi di Masjid Madinah dan menginap di Masjid Nabawi dan rumah para sahabat. Mereka tinggal beberapa hari dan sempat melakukan kebaktian di Masjid Nabawi. Semula mereka minta ijin untuk melakukan kebaktian di luar masjid, tapi Nabi mempersilahkan mereka melakukannya di dalam Masjid. Pertemuan mereka dengan Nabi menghasilkan piagam yang menyatakan bahwa jiwa, agama dan harta benda mereka dilindungi. Piagam ini juga memuat kecaman terhadap siapa saja yang menodai jaminan tersebut.

Begitulah Nabi saw mengamalkan titah Al-Qur’an, dimana Islam mengharuskan para pemeluknya untuk menerima keberadaan agama-agama lain dan mengadakan hubungan baik dengan para pemeluknya. Sikap Nabi diatas dilanjutkan para pemimpin Muslim setelah Nabi.

Contohnya, Khalifah Abu Bakar dalam pesannya kepada tentaranya menekankan agar mereka tidak mengganggu kebebasan dan menodai kesucian agama-agama lain. Sikap ini terus dipertahankan bersamaan dengan makin meluasnya kekhalifahan Islam. Karena itu ummat Kristen-Arab (umumnya pengikut Gereja Nestorian, Yakobian dan Monofisit, yang dianggap sempalan, dikucilkan bahkan dimusuhi oleh Gereja Kristen Barat) menerima baik kehadiran penguasa Muslim yang jauh lebih toleran.

Khalifah ‘Umar ibn al-Khatab menegaskan sikap tersebut diatas dalam perjanjiannya dengan ummat Kristen Aelia (Yerusalem). Piagamnya dikenal dengan sebutan Mithaq Iliya’ (Piagam Aelia). Dalam piagam itu tertulis antara lain: “Inilah janji perlindungan keamanan hamba Allah ‘Umar Amir al-Mu’minin (pemimpin kaum beriman) kepada penduduk Aelia, yaitu keamanan bagi diri, harta benda, gereja, salib dan segala keperluan peribadatan mereka. Bangunan gereja mereka tidak akan diduduki, dirobohkan atau dikurangi luasnya, diambil salib-salibnya atau apa saja dari harta benda mereka. Mereka juga tidak dipaksakan untuk meningggalkan agama mereka atau diganggu.

Kalau Nabi, sahabat-sahabatnya serta para Pemimpin Muslim setelah Nabi sekaliber Abu Bakar dan Umar bersikap demikian toleran, mengapa sekarang banyak di antara kaum muslim Indonesia kok begitu sulit mengamalkan toleransi itu dan jauh dari yang dicontohkan Rasulullah? Rasanya perlu sekali kita merenung kembali, melakukan muhasabah tentang titah Al-Qur’an dalam kehidupan toleransi beragama dan mengingatkan diri sendiri, bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam adalah satu-satunya suri-tauladan dalam mengamalkan bertoleransi beragama

Bagaimana pendapat Anda?
  
Kutipan ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan toleransi beragama:

Barangsiapa berbuat sesuai hidayah (Allah), maka sesungguhnya ia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng’ahzab sebelum kami mengutus seorang rasul
~ QS 17 – Al-Israa’ : 15 ~

Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu’jizat, melainkan dengan seizin Allah; maka bila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang yang berpegang pada yang batil.
~ QS 40 – Al-Mu’min : 78 ~

Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri.
~ QS 3 – Ali-‘Imran : 84 ~

Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin*, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati
~ QS 2 – Al-Baqarah : 62 ~

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut** dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
~ QS 2 – Al-Baqarah : 256 ~

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku
~ QS 109 – Al-Kaafiruun : 1-6 ~

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap ummat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu ummat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
~ QS 5 – Al-Maaidah : 48 ~

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berlaku adil.
~ QS 60 – Al-Mumtahanah : 8 ~

(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian manusia yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
~ QS 22 – Al-Hajj : 40 ~

*) Orang-orang Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari’at Nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah binatang atau dewa-dewa
**) Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah swt.

Kepustakaan: Al- Qur’an, Hikmah - Toleransi, Jamaludin Rumi, 1998
Filename: THINK09-Toleransi, Re-edited, 24 Agustus 2009, Ramadhan 1430 H

Copyright © Mimuk Bambang Irawan

MANFAAT KESEHATAN SHALAT LIMA WAKTU DAN SHALAT TAHAJUD

MANFAAT KESEHATAN SHALAT LIMA WAKTU DAN SHALAT TAHAJUD


Bismillahirrohmanirrohiim.

1. SHALAT ISYA : TERAPI PERIKARDIUM (MEMBUANG KELEBIHAN ENERGI DARI JANTUNG).

Fungsi perikardium adalah membuang kelebihan energi dari jantung dan dikirim ke titik laogong*) yang terletak di telapak tangan. Pada saat malam hari dimulai sistem penurunan kerja organ internal (seluruh tubuh akan memasuki masa istirahat) terutama kerja jaringan otot dan otak yang digunakan untuk gerak dan berfikir. Waktu dan gerakan shalat isya mempengaruhi kerja perikardium yang membuang kelebihan energi dari jantung, sehingga proses istirahat menjadi sempurna.

Catatan: *) Titik laogong (Lao Gong) merupakan istilah dalam pengobatan China Tao, yang merupakan satu titik akupresur yang paling ampuh yang berhubungan dengan otot jantung (perkardium), Letaknya di telapak tangan. Lebih jauh mengenai titik laogong di  http://taoism.about.com/od/Acupressure_Treasures/a/LaoGong-PC8.htm

2. SHALAT SUBUH : TERAPI PARU-PARU.

Waktu subuh adalah terbit fajar sampai terbit matahari. Malam hari terjadi pembuangan zat-zat beracun dari dalam tubuh (detoksifikasi) dan pada jam 4.00 pagi pembersihan sampai ke paru-paru. Dari paru-paru darah mengambil bahan bakar oksigen yang masih bersih. Seluruh organ tubuh menerima pasokan nutrisi yang bersih, sehingga tubuh terasa lebih segar.

3. SHALAT DZUHUR: TERAPI JANTUNG DAN USUS KECIL.

Enerji yang keluar diwaktu dzuhur membawa hawa panas, emosi meningkat dan kerja jantung mencapai puncak. Air wudhu mampu menstabilkan panas jantung, yang dengan gerakan shalat akan lebih efektif memompa darah untuk membawa sari makanan guna disalurkan ke organ tubuh yang lain.

4. SHALAT ASHAR : TERAPI KANDUNG KEMIH (MEMBUANG SISA PROSES KIMIA DI TUBUH).

Shalat ashar dilakukan di saat batas siklus panas ke dingin, membuat organ tubuh mudah membuang zat-zat kimia dari dalam tubuh. Keadaan ini sesuai dengan sifat organ kandung kemih dalam tubuh manusia. Fungsi utama kandung kemih ialah menampung cairan tubuh yang telah disaring oleh ginjal menjadi urin (air kencing) dan mengeluarkannya dari tubuh. Terjadilah keseimbangan kimia dalam tubuh sehingga metabolisme bisa terjaga.

5. SHALAT MAGHRIB : TERAPI GINJAL.

Pada waktu shalat maghrib suhu udara semakin menurun. Sistem ginjal mulai menyesuaikan diri dengan alam dan enerji di sekitarnya. Ginjal dan kandung kemih organ yang berpasangan. Keduanya akan mengontrol tulang, sumsum dan otak. Kedua organ ini memainkan peran yang sangat penting dalam metabolisme air dan mengendalikan cairan tubuh. Gerakan maghrib dan waktu maghrib sangat membantu penyesuaian organ tubuh dengan keadaan alam sekitar. Karena gerakan shalat akan menjaga agar energi panas dalam tubuh selalu seimbang.

6. SHALAT TAHAJJUD : TERAPI OTAK DAN KANKER

Sudah disinggung di atas bahwa pembersihan zat-zat beracun dalam tubuh dimulai pada jam 11.00 malam dan pembersihan itu diawali dari otak. Pembersihan racun di otak membutuhkan waktu 3 jam berakhir pada jam 2.00 pagi. Para ilmuwan Jerman mengatakan, adanya kekacauan sel-sel otak pada jam 11 malam sampai jam 2 pagi. Sikap terbaik menghadapi waktu tersebut adalah beristirahat. (tidur). Pada jam 2 pagi pembersihan racun-racun diotak telah selesai. Waktu di mana kita dibangunkan untuk shalat tahajud.

Betapa luar biasanya Allah menciptakan manusia dan memerintahkan manusia untuk beribadah kepadaNya. Tujuannya tak lain agar manusia itu selamat di dunia dan akhirat dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani .... Subhanallah ..... Allahu Akbar

Semoga bermanfaat

Jakarta, !4 November 2013
Wassalam © Mimuk Bambang Irawan

HADITS-HADITS SEPUTAR HARI RAYA

HADITS-HADITS SEPUTAR HARI RAYA


#1 -  Dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Hari Raya Fitri adalah hari orang-orang berbuka, dan Hari Raya Adha adalah hari orang-orang berqurban” (HR Tirmidzi)

#2 – Anas ra, berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tidak berangkat menuju tempat sholat pada hari raya Fitri, sehingga beliau makan beberapa buah kurma terlebih dahulu” (HR Bukhari)

#3 – Dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya ra, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tidak keluar (berangkat ke masjid) pada hari raya Fitri, sebelum makan, dan tidak makan pada hari raya Adha sebelum sholat (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Keterangan: Pada Idul Fitri, disunnahkan sebelum berangkat ke masjid untuk makan/minum terlebih dahulu. Sedangkan pada Idul Adha sebaliknya, tidak makan/minum sebelum shalat.

#4 – Dari Ibnu ‘Abbas ra, “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam shalat pada hari raya (Fitri dan Adha) dua rakaat, beliau tidak melakukan shalat sebelum dan setelahnya (HR Imam Sab’ah)

#5 – Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sholat hari raya tanpa adzan dan iqomah (HR Bukhari)

#6 – Dari Jabir ra berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam pada hari raya biasanya mengambil jalan yang berbeda (saat berangkat dan pulang dari masjid)” (HR Bukhari)
Keterangan: Hal ini agar dapat bertemu dengan banyak orang untuk silaturrahim.

Sumber: Kitab Bulughul Maram, Bab Shalat Dua Hari Raya (Fitri dan Adha)

Jakarta, 9 Oktober 2013

Wassalam © Mimuk Bambang Irawan

MAKNA MINAL ‘AIDIN WAL FAIZIN

MAKNA MINAL ‘AIDIN WAL FAIZIN


Menurut Quraish Shihab dalam bukunya ‘Lentera Hati’, kalimat ini mengandung 2 kata pokok: ‘aidin dan faizin (ini penulisan yang benar menurut ejaan Bahasa Indonesia, bukan aidzin, aidhin atau faidzin, faidhin).

‘Aidin sebenarnya akar katanysa sama dengan’Ied pada Idul Fitri. ‘Ied itu artinya kembali, maksudnya sesuatu yang kembali atau berulang, dalam hal ini perayaan yang datang setiap tahun. Sementara al Fitr, artinya berbuka, maksudnya tidak lagi berpuasa selama sebulan penuh. Jadi, Idul Fitri berarti “Hari Raya berbuka” dan ‘aidin menunjukkan para pelakunya, yaitu orang-orang yang kembali.

Faizin berasal dari kata Fawz yang berarti kemenangan. Maka, faizin adalah orang-orang yang menang. Menang di sini berarti memperoleh keberuntungan berupa ridha, ampunan dan nikmat surga. Sementara kata “min” dalam “minal” menunjukkan bagian dari sesuatu.

Nah, sebenarnya kalimat ‘Minal ‘aidin wa faizin’ adalah penggalan doa yang lengkapnya adalah: “Taqabbalallahu Minna wa Minkum. Shiyamana wa Shiyamakum. Ja’alanallahu Minal ‘aidin wal Faizin” yang artinya: Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan, puasa kami dan kamu. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk  (orang-orang) yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) dan sebagai orang yang menang”

Padahal untuk ucapan “minal ‘aidin wa faizin” itu sendiri tidak pernah dicontohkan Rasulullah shalallallahu ‘alaihi wassalam maupun para sahabat. Ini hanya budaya umat Islam di Indonesia saja. Yang sering salah kaprah adalah ucapan tersebut diikuti dengan “mohon maaf lahir dan bathin”. Sehingga seolah-olah minal ‘aidin wa faizin itu artinya adalah mohon maaf lahir dan bathin.

Jadi jelaslah, meskipun diikuti dengan kalimat mohon maaf lahir dan bathin, ia tidak mempunyai makna serupa. Bahkan sebenarnya merupakan doa untuk yang patut untuk diaminkan

Semoga bermanfaat


Jakarta, 9 Oktober 2013
Wassalam, Mimuk Bambang Irawan 

NIGHTLIFE

Bismillahirrohmanirrohiim


NIGHTLIFE

Kali ini kita bahas mengenai kegiatan manusia di malam hari. Kita bahas salah satu segi kehidupan malam di ibu kota, atau bahasa para selebritis atau para eksekutif muda: Nightlife! Café gaul misalnya, cuma sebagian kecil dari kegiatan nightlife. Kalau mau direntang, maka masih ada nite-club, bar, pub, karaoke, panti pijat, life-entertainment, juga perjudian dan pelacuran yang sebenarnya ilegal.

Dan dari hari ke hari aktivitas tersebut makin berkembang. Menurut ilmu pemasaran, ada permintaan ada penawaran. Jadi, penawaran meningkat tentunya karena permintaannya pun kian membesar. Inikah tanda berkurangnya ahlak di tanah air kita?

Setidaknya ada tiga surat dalam Al-Qur’an yang memberikan pertunjuk kepada kita bagaimana kita harus menghabiskan malam hari dengan tepat dan bermanfaat dunia akhirat (Yunus:67, An-Naml:86, Al-Qashash:73).

“Dialah yang menjadikan malam bagimu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang mendengar ~ QS 10 – Yunus : 67 ~

Apakah mereka tak memperhatikan,bahwa sesungguhnya kami telah menjadikan malam
supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang beriman ~ QS 27 – An-Naml : 86 ~

Dan karena rahmat-Nya Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari)dan agar kamu bersyukur pada-Nya. ~ QS 28 – Al-Qashash : 73 ~

Di situ disebutkan dengan jelas sekali bahwa Allah menciptakan malam untuk beristirahat. Tidur ternyata adalah ibadah, sekaligus merupakan latihan kita untuk mati. Lebih baik lagi, kalau di tengah malam yang hening kita terbangun dan berkomunikasi dengan Allah melalui shalat tahajud untuk meminta rahmat dan hidayahNya. Dengan beristirahat plus tahajud, maka kita terhindar dari perbuatan-perbuatan maksiat yang ditawarkan oleh gemerlapnya nightlife yang penuh kenikmatan duniawi yang semu.

Disebut semu, karena dibalik kesenangan itu tersembunyi bahaya Mo-limo (lima M) yaitu, Main (judi), Madat (narkotika), Madon (melacur, main cewek), Maling (mencuri), dan Minum (mabok-mabokan). Kita semua tentu tahu bahaya dari ke lima M tersebut, yang pada akhirnya hanya menyebabkan kita terpuruk dalam penderitaan dan kehinaan.

Lebih jauh lagi, kita bisa menjadi kufur iman, karena hati kita telah tertutup, sehingga tak ada lagi cahaya Illahi yang menyinari hati kita. Disisi yang lain, dengan beristirahat kita mendapat banyak hikmah.

Pertama, kita mendapat nikmat iman kepadaNya. Dengan bertahajud, kita makin merasa dekat denganNya, makin merasa betapa Maha Pengasih dan PenyayangNya, makin mensyukuri nikmatNya, makin merasa tergantung padaNya sehingga akhirnya kita menyerahkan segala ketentuan kepadaNya, setelah berusaha dan bekerja seharian.

Kedua, kita memperoleh nikmat kesehatan. Dengan beristirahat di malam hari, kita telah memberikan kesempatan pada sel-sel tubuh untuk melakukan koreksi atas aktivitas yang timbul siang harinya. Otot yang penat perlu diberi waktu agar sel-sel otot dapat mengolah asam laktat penyebab kepenatan. Sel-sel saluran pencernaan perlu beristirahat agar koordinasi antara berjuta-juta sel sistim pencernaan bisa tetap terpelihara. Kebugaran tubuh mempengaruhi penampilan fisik dan keceriaan hati. Siapapun pasti senang untuk berhadapan dengan orang semacam ini. Inilah sedekah dalam bentuk lain.

Nah, Allah telah menurunkan Al-Qur’an sebagai operating manual, sebagai pedoman, bagaimana manusia harus menjaga tubuhnya agar terhindar dari segala penyakit dan tetap sehat wal’afiat supaya bisa beribadah dan terus beribadah meraih pahala. Allah telah begitu care kepada manusia dengan membuat aturan yang begitu jelas, mengapa kita masih harus mencari alternatif lain untuk mengisi malam?

Bagaimana pendapat Anda?

Jakarta, 3 November 2013
© Mimuk Bambang Irawan

Kepustakaan: Al-Qur’an dan Pengajian Kang Dedet.
Filename: THINK18-Nightlife – 1999, Re-edited: 28 Agustus 2009, Ramadhan 1430 H

Copyright 1999 © Mimuk Bambang Irawan