Monday, February 10, 2014

HUJAN, BERKAH ATAU MUSIBAH?

HUJAN, BERKAH ATAU MUSIBAH?


Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala, di musim penghujan kali ini terjadi banjir di mana-mana dan berlangsung cukup lama. Banyak orang harus mengungsi karena rumah mereka di rendam banjir sampai puluhan sentimeter tingginya. Banyak sekali orang yang terhenti kegiatannya dalam mencari nafkah hidup karena mengurusi dampak banjir atau terendamnya sawah garapan petani. Transportasi lumpuh selama berhari-hari karena jalan Pantura tergenang banjir di berbagai titik. Berbagai penyakitpun menimpa para korban banjir ini…

Sesungguhnya hujan merupakan bagian terpenting bagi kehidupan mahluk di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat. Hujan yang memiliki peranan penting bagi semua mahluk hidup, termasuk manusa yang disebutkan dalam beberapa ayat Al Qur’an mengenai penjelasan penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya. Mari kita kaji penjelasan Al Qur’an tentang hujan.

Kadar Hujan

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman: “Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)” ~ QS 43 - Az-Zukhruf : 11 ~

“Kadar” yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.

Pembentukan Hujan

Bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahap-tahapan pembentukan hujan. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya tetesan-tetesan hujanpun muncul dan membasahi bumi.

Tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al Qur’an berabad-abad lalu sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan.

Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambany yang dikehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira” ~ QS 30 – Ar-Ruum : 48 ~

Sekarang, mari kita lihat tiga tahapan yang disebutkan dalam Al Qur’an

Tahap Pertama: “Allah, Dialah yang mengirimkan angin … “. Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-parikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini – yang kaya akan garam – kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfir. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air (yang naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan oleh sebuah proses yang dikenal dengan ‘Jebakan Air’, water trap) disekelilingnya.

Tahap Kedua: “ ... lalu angin itu menggerakan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadi bergumpal-gumpal ...”. Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter 0,01 – 0,02 milimeter), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa, sehingga langit tertutup olah awan.

Tahap Ketiga: “ ... lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun ...”. Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al Qur’an dengan runtutan yang benar.

Manfaat Hujan

Di antara manfaat turunnya hujan adalah:

#1. Sebab adanya rizki

#2. Hidupnya bumi. Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman: “… Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya …” ~ QS 2 – Al-Baqarah : 164 ~

#3. Sebagai menyuci dalam thaharah. Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman: “… Dan dia menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk emnsucikan kalian dengan hujan itu ...QS 8 – Al-Anfaal : 11 ~

#4. Untuk dikonsumsi oleh mahluk hidup di bumi. Allah Subhaanahu wa ta’ala  berfirman: “Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kalian, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan yang pada (tempat tumbuhnya) kalian menggembalakan ternak kalian~ QS 16 – An-Nahl : 10 ~

Karenanya, menyandarkan sebab turunnya hujan kepada Allah selain Allah – baik itu kepada bintang tertentu atau kepada masuknya bulan tertentu atau kepada selain-Nya – merupakan perbuatan mengkafiri nikmat dan merupakan perbuatan kesyirikan kepada Allah. Sudah sepantasnya manusia menyandarkan turunnya hujan itu hanya kepada Allah, karena tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan turunnya hujan kecuali Allah semata.

Tatkala turunnya hujan, terkadang bisa membawa manfaat dan terkadang bisa mendatangkan mudharat, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengajari umatnya agar meminta kepada Allah hujan yang mendatangkan manfaat setiap kali hujan turun: “Ya Allah, (jadikanlah) hujan ini adalah hujan yang bermanfaat” Aamiin ya Rabbal’aalamiin . . .

Semoga bermanfaat


Wassalam, Mimuk Bambang Irawan

TUNTUNAN SHALAT RAWATIB - Bagian 1

TUNTUNAN SHALAT RAWATIB - Bagian 1
Oleh: As-Syaikh Abdullah bin Za’li Al-‘Anzly


Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala,

Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: “Terdapat kumpulan shalat-shalat dari tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sehari semalam sebanyak 40 rakaat, yaitu dengan 17 rakaat dari shalat fardhu, 10 rakaat atau 12 rakaat dari shalat rawatib, 11 rakaat atau 13 rakaat dari shalat malam, maka keseluruhannya adalah 40 rakaat. Adapun tambahan shalat selain yang tersebutkan, bukanlah shalat rawatib … maka sudah seharusnyalah bagi seorang hamba untuk senantiasa menegakkan terus menerus tuntunan ini selamanya hingga menjumpai ajal (maut). Sehingga adakah yang lebih cepat terkabulkannya doa dan tersegaranya dibukakan pintu bagi orang yang mengetuk sehari semalam sebanyak 40 kali? Allah-lah tempat meminta pertolongan” (Zadul Ma’ad 1/327)

Sesungguhnya di antara hikmah dan rahmat Allah atas hambaNya adalah disyariatkannya At-tathowwu’ (ibadah tambahan). Dan dijadikan pada ibadah wajib diiringi dengan adanya at-tathowwu’ dari jenis ibadah yang serupa. Hal ini dikarenakan untuk melengkapi kekurangan yang terdapat pada ibadah wajib.

Dan sesungguhnya at-tathowwu’ di dalam ibadah sholat yang paling utama adalah sunnah rawatib. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam senantasa mengerjakannya dan tidak pernah sekalipun meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak berpergian jauh)

Mengingat pentingnya ibadah ini, serta dikerjakannya secara berulang-ulang sebagaimana shalat fardhu, sehingga saya (penulis) ingin menjelaskan sebagian dari hukum-hukum shalat rawatib secara ringkas.

1.KEUTAMAAN SHALAT RAWATIB

Ummu Habibah r.a. telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan shalat rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di syurga”. Ummu Habibah  berkata: saya tidak pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib setelah mendengar hadits tersebut. ‘Anbasah berkata: Maka saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah. ‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah. An-Nu’am bin Salim berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Amru bin Aus (HR. Muslim no. 728)

‘Aisyah r.a. telah meriwayatkan sebuah hadits tentang shalat sunnah rawatib sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda: “Dua rakaat sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya”. Dalam riwayat yang lain, “Dua rakaat sebelum shubuh lebih aku cintai dari pada dunia seisinya” (HR. Muslim no. 725)

Adapun shalat sunnah sebelum subuh ini merupakan yang paling utama di antara shalat sunnah rawatib dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpergian) maupun dalam keadaan safar (bepergian jauh)

Ummu Habibah r.a. telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (shalat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka”. (HR Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’I no. 1814, Ibnu Majah no. 1160)

2.JUMLAH SHALAT SUNNAH RAWATIB

Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah shalat rawatib ada 12 rakaat dan penjelasan hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh At-Tarmdidzi dan An-Nasa’I r.a., ia berkata: Rasulallah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam  bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan 12 rakaat pada shalat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di syurga, (yaitu) empat rakaat sebelum szuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua rakaat sebelum shubuh”. (HR At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’I no.1794)

3.SURAT YANG DIBACA PADA SHALAT RAWATIB QOBLIYAH SHUBUH

Dari Abu Hurairah r.a. “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam pada shalat sunnah sebelum shubuh membaca surat Al Kafirun dan surat Al Ikhlas (HR. Muslim no. 726)

Dan dari Said bin Yasar, bahwasanya Ibnu Abbas mengabarkan kepadanya: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam pada shalat sunnah sebelum shubuh di rakaat pertamanya membaca surah Al Baqarah : 36 dan di rakaat keduanya membaca surah Ali Imran : 52 (HR. Muslim no. 727)

4.SURAT YANG DIBACA PADA SHALAT SUNNAH RAWATIB BA’DIYAH MAGHRIB

Dari Ibnu Mas’ud r.a., dia berkata: Saya sering mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam ketika beliau membaca surat pada shalat sunnah sesudah maghrib, surat Al Kafirun dan surat Al Ikhlas” (HR. At-Tarmidzi no 431, berkata Al-Albani: derajat hadits ini hasan shahih, Ibnu Majah no. 1166)

5.APAKAH SHALAT RAWATIB 4 RAKAAT QOBLIYAH DZUHUR DIKERJAKAN DENGAN SEKALI SALAM ATAU DUA KALI SALAM?

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sunnah rawatib terdapat di dalamnya salam, seseorang yang shalat rawatib empat rakaat maka dengan dua salam bukan satu salam, karena sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Shalat (sunnah) di waktu malam dan siang dikerjakan dua rakaat salam dua rakaat salam” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al Utsaimin 14/288)

6.APAKAH PADA SHALAT ASHAR TERDAPAT RAWATIB?

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Tidak ada shalat rawatib sebelum dan sesudah shalat ashar, namun disunnahkan shalat mutlak sebelum shalat ashar (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al Utsaimin 14/343)

7.SHALAT RAWATIB QOBLIYAH JUM’AT

As-Syaikh Abdul ‘Azis bin Baz rahimahullah berkata: “Tidak ada sunnah rawatib sebelum shalat Jum’at berdasarkan pendapat terkuat di antara dua pendapat ulama’. Akan tetapi di syari’atkan bagi kaum muslimin yang masuk masjid agar mengerjakan shalat beberapa rakaat semampunya” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh  bi Baz 12/386 & 387)

8.SHALAT RAWATIB BA’DIYAH JUM’AT

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Apabila seseorang di antara kalian mengerjakan shalat Jum’at, maka shalatlah sesudahnya empat rakaat: (HR. Muslim no. 881)

As-Syaikh Bin Baz r.a. berkata, “adapun sesudah shalat Jum’at, maka terdapat shalat rawatib sekurang-kurangnya dua rakaat dan maksimum empat rakaat” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Bin Baz 13/387)

9.SHALAT RAWATIB DALAM KEADAAN SAFAR

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam di dalam safar senantiasa menerjakan shalat sunnah rawatib sebelum shubuh dan shalat sunnah witir dikarenakan dua shalat sunnah itu merupakan yang paling utama di antara shalat sunnah dan tidak ada riwayat bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengerjakan shalat sunnah selain keduanya” (Zaadul Ma’ad 1/315)

As-Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata: “Disyari’atkan ketika safar meninggalkan shalat rawatib kecuali shalat witir dan rawatib sebelum shubuh”. (Majmu’ Fatawa 11/390)

10.TEMPAT MENGERJAKAN SHALAT RAWATIB

Dari Ubnu Umar r.a. berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Lakukanlah di rumah-rumah kalian dari shalat-shalat dan jangan jadikan rumah kalian bagai kuburan”. (HR. Bukhari no.1187, Muslim no. 777)

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sudah seyogyanyabagi seseorang untuk mngerjakan shalat rawatib di rumahnya … meskipun di Mekkah dan Madinah sekalipun maka lebih utama dikerjakan di rumah dari pada di Masjid Al-Haram maupun masjid An-Nabawi, karena saat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda sementara beliau ada di Madinah … Ironisnya manusia sekarang lebih mengutamakan melakukan shalat  sunnah rawatib di masjidil Haram, dan ini termasuk bagian dari kebodohan”. (Syarh Riyadhus Sholihin 3/295)

11.WAKTU MENGERJAKAN SHALAT RAWATIB

Ibnu Qudamah berkata” Setiap sunnah rawatib qobliyah maka waktunya dimulai dari masuknya waktu shalat fardhu hingga shalat fardhu dikerjakan, dan shalat rawatib ba’diyah maka waktunya dimulai dari selesainya shalat fardhu hingga berakhirnya waktu shalat fardhu tersebut” (Al-Mughni 2/544)

12.MENGGANTI (MENG-QODHO’) SHALAT RAWATIB

Daro Anas r.a. dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa lupa akan shalatnya, maka shalatlah ketika dia ingat, tidak ada tebusan kecuali hal itu (HR Bukhari no. 597, Muslim no.680)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Dan hadits ini meliputi shalat fardhu,  shalat malam, dan shalat sunnah rawatib” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 23/90)

13.MENG-QODHO’ SHALAT RAWATIB DI WAKTU YANG TERLARANG

Ibny Qoyyim berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam meng-qodho’ shalat ba’diyah dzuhur setelah ashar, dan terkadang melakukannya terus menerus, karena apabila beliau melakukan amalan selalu melanggengkannya. Hukum meng-qodho’ di waktu-waktu terlarang bersifat umum bagi Nabi dan umatnya, adapun dilakukan terus menerus pada waktu terlarang merupakan kekhususan Nabi” (Zaadul Ma’ad 1/308)

14.WAKTU MENG-QODHO’ SHALAT RAWATIB SEBELUM SUBUH

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa yang belum mengerjakan dua rakaat sebelum shalat shubuh, maka shalatlah setelah matahri terbit”. (At-Tarmidzi 423, dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Dan dari Muhammad bin Ibrahim dari kakeknya Qois, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam keluar rumah mendatangi shalat kemudian qomat ditegakkan dan shalat shubuh dikerjakan hingga selesai, kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam berpaling menghadap ma’mum, maka beliau mendapati saya sedang mengerjakan shalat, lalu bersabda: “Sebentar wahai Qois apakah ada shalat shubuh dua kali?”. Maka saya berkata: Wahai Rasulullah, sungguh saya belum mengerjakan shalat sebelum subuh. Rasulullah bersabda: “Maka tidak mengapa”. (HR Tarmidzi). Adapun Abu Dawud dengan lafadz: “Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam diam (terhadap apa yang dilakukan Qoiz)” (HR AT-Tarmidzi no. 422, Abu Dawud no. 1267, dan Al-Albani menshahihkannya)

As-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang masuk masjid mendapatkan jama’ah sedang shalat shubuh, maka shalatlah bersama mereka. Baginya dapat mengerjakan shalat dua rakaat sebelum shubuh setelah selesai shalat shubuh, tetapi yang lebih utama adalah emngakhirkan sampai matahari naik setinggi tombak” (Majmu’ Fatawa AS-Syaikh Muhammad bin Ibrahim 2/259 dan 260)

15.JIKA SHALAT SHUBUH BERSAMA JAMA’AH TERLEWATKAN, APAKAH MENGERJAKAN SHALAT RAWATIB DULU ATAU SHALAT SHUBUH?

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Shalat rawatib didahulukan atas shalat fardhu (shubuh), karena shalat rawatib qobliyah shubuh itu sebelum shalay shubuh, meskipun orang-orang telah keluar selesai shalat berjama’ah dari masjid” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin 14/298)

Lanjut ke Tuntunan Shalat Rawatib Bagian - 2

Semoga bermanfaat

Wassalam, Mimuk Bambang Irawan

TANDA-TANDA MATI KITA

TANDA-TANDA MATI KITA


Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala, kali ini saya akan menyajikan risalah tentang Tanda Tanda Mati kita yang saya peroleh dari seorang teman.

100 Hari Sebelum Hari Kematian

Ini adalah tanda pertama dari Allah Subhaanahu wa ta’ala kepada hambaNya dan hanya akan disadari oleh mereka yang dikehendakiNya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini. Hanya saja apakah mereka sadar atau tidak. Tanda ini akan berlaku lazimnya setelah waktu Asar. Seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki akan mengalami getaran. Seakan-akan menggigil

Contohnya seperti daging sapi atau kambing yang baru disembelih, di mana jika diperhatikan dengan teliti kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar. Tanda ini rasanya nikmat. Dan bagi mereka yang sadar dan berdetak di hatinya bahwa mungkin ini adalah tanda kematian maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah sadar akan kehadiran tanda ini.

Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian, tanda ini akan lenyap begitu saja tanpa ada manfaat.

Bagi yang sadar dengan kehadiran tanda ini, maka ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati

40 Hari Sebelum Hari Kematian

Tanda ini juga akan terjadi sesudah waktu Asar. Bagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pohonnyang letaknya di atas Arash Allah Subhaanahu wa ta’ala. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersbut dan mulai membuat persediaannya ke atas kita antaranya adalah ia akan mengikuti kita sepanjang waktu.

Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan bingung seketika.

Adapun malaikat maut ini wujudnya cuma seorang, tetapi kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabutnya

7 Hari Sebelum Hari Kematian

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah sakit di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba-tiba dia berselera untuk makan

3 Hari Sebelum Hari Kematian

Pada masa ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita yaitu di antara dahi kanan dan dahi kiri. Jika tanda ini dapat diketahui/dipahami, maka berpuasalah kita setelah itu supaya perut kita tidak mengandung najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti.

Ketika ini mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang sakit hidungnya akan perlahan-lahan turun, dan ini dapat diketahui jika kita melihatnya dari bagian sisi. Telinganya akan layu di mana bagian ujungnya akan berangsur-angsur masuk ke dalam, Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan

1 Hari Sebelum Hari Kematian

Akan berlaku sesudah Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang, yaitu di ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar berikutnya

Tanda Akhir

Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan dingin di bagian pusat dan akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimat syahadat dan berdiam diri menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.

BERSIAP-SIAPLAH, SEBAB HARI ITU PASTI AKAN DATANG! SUDAH SIAPKAH BEKAL KITA?

Wallahu a’lam

Semoga bermanfaat

Wassalam, Mimuk Bambang Irawan

20 SUNNAH RASUL YANG SERING KITA LUPAKAN

20 SUNNAH RASUL YANG SERING KITA LUPAKAN

Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala, TERDAPAT 20 SUNNAH Rasul yang ternyata sering kita lupakan.

1.Mendahulukan kaki kanan saat memakai sandal atau sepatu dan kaki kiri saat melepaskannya

2.Menjaga dan memelihara wudhu walaupun tidak sedang mengerjakan shalat

3.Bersiwak (menggosok gigi dengan kayu siwak)

4.Shalat istiqarah

5.Berkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung dalam satu cidukan telapak tangan ketika berwudhu’ 

6.Berwudhu’ sebelum tidur dan tidur dengan posisi miring kekanan.

7.Mendahulukan berbuka puasa dengan makanan ringan dan yang manis. Dianjurkan kalau ada dengan makan buah kurma

8.Sujud syukur saat mendapatkan nikmat atau terhindar dari bencana atau musibah

9.Tidak suka bergadang dan segera tidur setelah selesau shalat Isya’

10.Mengikuti bacaan muazin (saat adzan)

11.Berlomba-lomba untuk mengumandangkan adzan, bersegera menunaikan shalat, serta berupaya untuk mendapatkan saf pertama

12.Meminta izin tiga kali ketika bertamu (dengan mengucapkan assalamu’alaikum)

13.Mengibaskan seprei saat hendak tidur (dengan maksud agar tempat tidur kita tidak kotor)

14.Meruqyah diri dan keluarga

15.Berdoa saat memakai pakaian baru

16.Mengucapkan salam kepada semua orang Islam termasuk anak kecil (jika berpapasan atau bertemu)

17.Berwudhu’ sebelum mandi besar (mandi junub)

18.Membaca ‘Aamiin’ dengan suara keras saat menjadi makmum

19.Membaca dzikir setelah shalat

20.Membuat pembatas (ada tenggang waktu) saat sedang shalat fardhu atah shalat sunnah

Semoga bermanfaat

Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnah RasulMu dan mengikuti jejaknya. Kumpulkanlah kami beserta kedua orang tua kami bersama Rasulullah di syurga. Aamiin ya Rabbal’aalamiin


Wassalam, Mimuk Bambang Irawan

Friday, February 7, 2014

ARTIKEL DAN FOTO MASJID-MASJID

ARTIKEL - ARTIKEL RENUNGAN QALBU

ARTIKEL - ARTIKEL RENUNGAN QALBU

2012 - 2013
Keajaiban Tubuh
Indonesia Negeri Bahari
Allahu Akbar
Teknologi
Roda
Apakah Kita Telah Bersyukur?
Isra' Mi'raj Yang Fenomenal
Tubuh Kita Setelah Kita Mati
Pasang Surutnya Iman
Kita Hanya Kantong Najis
Hijrah
Sad and Wonderful
Kisah Dajjal Bagian 1
Kisah Dajjal Bagian 2
Kisah Dajjal Bagian 3
Kisah Dajjal Bagian 4
The Power of Giving
Gara Gara Tidak Ikhlas
Tanda Tanda Akhir Jaman
Kuantitas Atau Kualitas?
> Pertanyaan Malaikat Di Dalam Kubur
> 31 Desember

2014
Manfaat Kesehatan Dalam Shalat
Penyumbat Saluran Rejeki
Ikhlas
Jangan Pernah Ujub dan Sombong Atas Amalan Kita


2015
P e r s e p s i


ARTIKEL - ARTIKEL AKHLAQUL KHARIMAH

ARTIKEL - ARTIKEL AKHLAQUL KHARIMAH

2012 - 2013
Rumah Jompo 
A I D A
Ukhuwah Islamaiyah
Sehat Lebih Baik Dari Kaya
Cara Hidup Sehat Ala Rasulullah
Ajaran Hidup Sehat Nabi Muhammad
60 Penyakit Hati
Bekal Di Hari Tua
8 Perkara Penghambat Ketaqwaan
Ramadhan Bulan Bertapa
6 Latihan Moralitas Di Bulan Ramadhan
Berhari Ulang Tahun
Menumbuhkan Kecintaan Kepada Allah
Merajut Cinta Allah
7 Tanda Tanda Cinta Allah
Bertaqwa Merupakan Ajaran Para Nabi
4 Hal Yang Membuat Hidup Penuh Berkah
Hablim Minannaas Yang Sukses
10 Ciri Orang-Orang Yang Taqwa
6 Janji Allah Bila Melakukan Kebaikan
6 Perkara Yang Mengikis Amal Soleh
Umur Yang Bermanfaat
8 Syarat Agar Berkumpul Dengan Keluarga di Syurga
Bagaimana Kriteria Istri Solehah?
Pasca Ramadhan
EGP = Emangnya Gue Pikirin
Nasihat Untuk Anakku - PeDe Aja Lagi
Jangan Omdo Ah!
Telinga Tanpa Saringan

> Ibu
> Nightlife
> Makna Minal 'Aidin Wal Faizin
> 10 Tips Ampuh Mengatasi Rasa Malas Shalat 5 Waktu 
> 7 Tips Menjaga Hati
> Cara Rasul Menjaga Kesehatan Diri

2014
10 Wasiat Ibu Kepada Putrinya, Sang Pengantin Baru


2015
Kisah di Balik Daun Daun Berserakan