Friday, February 27, 2015

DEBAT ABU HANIFA DENGAN KAUM ATHEIS KAFIR

DEBAT ABU HANIFA DENGAN KAUM ATHEIS KAFIR
Sebuah renungan sebagai HIKMAH :              


Inilah Debat Ilmuwan Atheis Dengan Imam Abu Hanifah R.A

Dikisahkan ada sekelompok ilmuwan besar atheis bangsa Romawi, hendak beradu argumentasi dengan para ulama di sebuah masjid. Tujuannya ingin menjatuhkan dan mempermalukan Islam dikalangannya sendiri. Setelah dilihatnya masjid telah dipenuhi orang banyak, naiklah salah seorang dari ilmuwan kafir itu keatas mimbar dan mulai menantang umat untuk berdebat soal keberadaan Allah.

Diantara yang hadir bangkit seorang pemuda dari antara shaf-shaf itu, dialah Abu Hanifah r.a muda, Beliau melangkah menuju mimbar dan berkata;“Perkenankan saya Abu Hanifah ingin bertukar pikiran dengan tuan tuan” Sambil berusaha menguasai suasana, dengan kerendahan hati Abu Hanifah berkata, “Baiklah sekarang apa yang akan kita perdebatkan.

Para ilmuwan kafir itu heran sekaligus kagum akan keberanian Abu Hanifah, karena beliau hanya sendiri, sementara mereka ada beberapa orang.
Mulailah para atheis mengajukan pertanyaannya, yang dibagi dalam 6 kategori:
1. Kapan Allah ada? ..
2. Maksud Allah Menghadapkan WajahNya .
3. Zat Allah Subhanahu wa ta'ala.
4. Dimana Allah berada? ..
5. Takdir Allah Subhanahu wa ta'ala..
6. Bukti Adanya Allah ..

#1. KAPAN ALLAH ADA?

Atheis: Pada tahun berapa Robbmu dilahirkan? 
Abu Hanifah: Dia (Allah) tidak melahirkan dan tidak dilahirkan.
Atheis: Pada tahun berapa Dia berada? 
Abu Hanifah: Dia berada sebelum adanya sesuatu.
Atheis: Tolong berikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan! 
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka empat?
Atheis: Angka tiga. 
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka tiga?
Atheis: Angka dua. 
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka dua?
Atheis: Angka satu. 
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis: Tidak ada angka (nol). 
Abu Hanifah: Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa kalian heran kalau sebelum Allah Yang Maha Satu yang hakiki, tidak ada yang mendahului-Nya?

#2. MAKSUD ALLAH MENGHADAPKAN WAJAHNYA ?

Atheis: Kemana Robbmu menghadapkan wajahnya? 
Abu Hanifah: Kalau kalian membawa lampu di gelapnya malam, kemana lampu itu menghadapkan wajahnya?
Atheis: Ke seluruh penjuru.
Abu Hanifah: Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala, Nur dari segala cahaya langit dan bumi?

#3. ZAT ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA?

Atheis: Tunjukkan kepada kami tentang zat Robbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas? 
Abu Hanifah: Pernahkah kalian mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis: Ya, pernah
Abu Hanifah: Semula ia berbicara dengan kalian dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam dan tidak bergerak. Nah, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis: Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah: Apakah waktu keluarnya roh itu kalian masih ada disana?
Atheis: Ya, kami masih ada. 
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat, seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Atheis: Entahlahlah kami tidak tahu. 
Abu Hanifah: Kalau kalian tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah mahluk, bagaimana kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta’ala?!!

#4. DIMANA ALLAH BERADA ?

Atheis: Dimana kira-kira Robbmu itu berada? 
Abu Hanifah: Kalau kami membawa segelas susu segar ke sini, apakah kalian yakin kalau dalam susu itu terdapat lemak?
Atheis: Tentu 
Abu Hanifah: Tolong perlihatkan padaku, dimana adanya lemak itu?
Atheis: Membaur dalam seluruh bagian susu.
Abu Hanifah: Kalau lemak yang termasuk mahluk itu, tidak mempunyai tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta’ala?

#5. TAKDIR ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA?

Atheis: Kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, lalu apa kegiatan Robbmu kini? 
Abu Hanifah: Ada pekerjaanNya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan.
Atheis: Kalau orang masuk syurga ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah: Hitungan angka pun ada awalnya tapi tidak ada akhirnya.
Atheis: Bagaimana kita bisa makan dan minum disyurga tanpa buang air besar dan kecil? 
Abu Hanifah: Kalian sudah mempraktekkannya ketika kalian berada di dalam perut ibu kalian. Hidup dan makan-minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita lakukan hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis: Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dengan dinafkahkan? 
Abu Hanifah: Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan ilmu kita semakin berkembang dan tidak berkurang.

#6. BUKTI ADANYA ALLAH?

Atheis: Perlihatkan bukti keberadaan Robbmu kalau memang dia ada
Abu Hanifah r.a mengambil tanah liat, lalu dilemparkannya tanah liat itu ke kepala orang atheis itu.

Para hadirin gelisah melihat peristiwa itu, khawatir terjadi keributan, tetapi Abu Hanifah menjelaskan bahwa hal ini dalam rangka untuk menjelaskan jawaban yang di minta kepadanya. Hal ini membuat orang atheis mengenyitkan dahi.

Abu Hanifah: Apakah lemparan itu menimbulkan rasa sakit di kepala anda? 
Atheis: Ya, tentu saja.
Abu Hanifah: Dimana letak sakitnya? 
Atheis: Ya, ada pada luka ini.
Abu Hanifah: Tunjukkanlah padaku bahwa sakitnya itu memang ada, baru aku akan menunjukkan kepadamu dimana Robbku! 

Orang atheis itu tidak menjawab tentu saja tidak bisa menunjukkan rasa sakitnya, karena itu adalah suatu rasa dan ghaib tapi rasa sakit itu memang ada.

Atheis: Baik dan buruk sudah ditakdirkan sejak awal, tetapi kenapa ada pahala dan siksa? 
Abu Hanifah: Kalau anda sudah mengerti bahwa baik dan buruk itu bagian dari takdir, mengapa anda kini menuntut aku agar di hukum karena melempar tanah liat ke dahi anda? Bukankah perbuatan itu bagian dari takdir?…

Akhir perdebatan itu para ilmuwan besar atheis tersebut masuk Islam di tangan Imam Abu Hanifah r.a .. Masya Allah .. Allahu Akbar!

JANGAN KHAWATIR AKU DI SINI BERSAMAMU

JANGAN KHAWATIR AKU DI SINI BERSAMAMU

Sahabatku ......

Pernahkah saat kau duduk santai dan menikmati harimu, tiba-tiba terpikirkan olehmu ingin berbuat sesuatu kebaikan untuk seseorang? Itu adalah Allah yang sedang berbicara denganmu dan mengetuk pintu hatimu

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar ~QS 4 – An Nisaa’ : 114 ~

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik  ~ QS 2 – Al Baqarah : 195 ~

“Dia (Musa) berkata: “Inilah perjanjian antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan” ~ QS 28 – Al Qashash : 77 ~

Pernahkah saat kau sedang sedih, kecewa tetapi tidak ada orang di sekitarmu yang dapat kau jadikan tempat curahan hati? Itu adalah Allah yang sedang rindu padamu dan ingin agar kau berbicara pada-NYA

“Yaqub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan dan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya ~ QS 12 – Yusuf : 86 ~

Pernahkah tanpa sengaja kau memikirkan seseorang yang sudah lama tidak bertemu, tiba-tiba orang tersebut muncul, atau kau bertemu dengannya atau kau menerima telepon darinya? Itu adalah Kuasa Allah yang sedang menghiburmu. Tidak ada yang namanya kebetulan

[190] “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal
[191] (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”
~ QS 3 – Ali Imran : 190-191 ~

Pernahkah kau mendapatkan sesuatu yang tidak terduga, yang selama ini kau inginkan tapi rasanya sulit untuk didapatkan? Itu adalah Allah yang mengetahui dan mendengar suara batinmu serta hasil dari benih kebaikan yang kau taburkan sebelumnya

(QS 65 – Ath Thalaq: 2-3).

Pernahkah kau berada dalam situasi yang buntu, semua terasa begitu sulit, begitu tidak menyenangkan, hambar, kosong bahkan menakutkan? Itu adalah saat Allah mengizinkan kau untuk diuji, Dan Allah ingin mendengar rintihan serta do’amu agar kau menyadari akan keberadaan-NYA…. Karena DIA tahu kau sudah mulai melupakan-NYA

“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang berjihad dan bersabat di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya hal ihwalmu” ~ QS 47 – Muhammad : 31 ~

“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)” ~ QS 32 - As Sajadah  : 21 ~

Jika kau peka, akan sering kau sadari bahwa KASIH dan KUASA Allah selalu ada di saat manusia merasa dirinya tak mampu. Apakah kau pikir tulisan ini hanya iseng? Tidak! Sekali lagi, TIDAK ADA YANG KEBETULAN… Beberapa menit ini tenangkanlah dirimu rasakan kehadiran-NYA.. dengarkan suara-NYA yang berkata: “Jangan khawatir, AKU di sini bersamamu”

“Apabila kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datang pertolongan Allah?”. Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” ~ QS 2 – Al Baqarah : 214 ~

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya ke[padamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenran” ~QS 2 – Al Baqarah : 186 ~.


Masyaa Allah..

DZIKIR ITU OBAT PENAWAR SEGALA KESEDIHAN HATI

DZIKIR ITU OBAT PENAWAR SEGALA KESEDIHAN HATI

Bismillahirrahmaanirrahiim

Semua orang pasti pernah dirundung “kesedihan”. Rasa sedih adalah sunnatullah. Ia tak mungkin ditolak dan tak dapat dihindarkan. Ia harus dihadapi dengan penuh perhitungan dan kesabaran.

Harus dipahami bahwa kaidah kehidupan dunia adalah “tidak abadi”. Semuanya pasti mengalami perubahan. Dan yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Dunia tidak akan lepas dari pasangan: sedih-gembira, tangis-tawa, mulia-hina, kaya-miskin, sehat-sakit, dan mudah-susah.

Semuanya dipergilirkan dalam kehidupan manusia. Dan setiap manusia ‘wajib’ mengalaminya, tanpa kecuali. Nabi Muhammad SAW pun biasa dirundung rasa sedih, karena memang hak prerogatif Allah untuk membuat seseorang tertawa dan menangis (Qs. al-Najm : 43).

Artinya, silahkan ‘dinikmati’ setiap episode kehidupan yang diberikan kepada kita. Semuanya sudah diatur lewat “skenario” Allah. Kaidahnya adalah: langit tak selamanya mendung. Dan bumi tak selamanya dilanda kemarau. Semua pasti bergilir.

#1 - PETUAH`IKRIMAH

Seorang sahabat, ‘Ikrimah pernah memberikan petuah berharga, Laysa ahadun illa wa huwa yafrah wa yahzan. Walakim ij‘alu al-farah syukran wa al-hazan shabran (Tidak ada seorangpun yang tidak dilanda oleh rasa gembira dan sedih. Tapi, jadikanlah kegembiraan itu sebagai pengukur rasa syukur, dan kesedihan sebagai barometer kesabaran).

Artinya, jika kita ditimpa kenikmatan: hidup senang, rezki lapang, pekerjaan mudah, dsb, maka itu harus kita jadikan sebagai ajang untuk bersyukur kepada ‘Sang Khaliq’. Dia-lah yang memberikan segalanya kepada kita.

Dan ketika kita ditimpa kesedihan: ditinggal salah seorang anggota keluarga, kehilangan benda yang kita cintai, ditimpa oleh penyakit, dlsb, maka itu harus kita jadikan sebagai ‘pupuk’ kesabaran.

Dengan begitu, kesenangan tidak membuat kita lupa daratan. Dan, kesedihan tidak membuat kita mudah mencari ‘kambing hitam’. Masyaa Allah!

#2 - PENGHAPUS DOSA-DOSA KECIL

Allahu Akbar! Ini kabar gembira dari Nabi Muhammad SAW. Beliau menyatakan,
Segala yang menimpa seorang Muslim: rasa capek (lelah), rasa sedih (khawatir terhadap masa depan) dan sedih (terhadap masalah yang menimpa), rasa sakit, problematika hidup yang membuat murung, bahkan tertusuk duri sekalipun dijadikan oleh Allah sebagai ‘penghapus dosa-dosa (kecil)nya.(HR. al-Bukhari-Muslim).

Masyaa Allah! Tentunya, segala bentuk ketidakenakan tersebut dihayati
dan ‘dinikmati’ dengan penuh perhitungan dan kesabaran. Dengan
demikian, tidak ada bencana yang dianggap sebagai “bencana”. Semuanya
bakal menjadi anugerah terbaik bagi yang merasakannya.

#3 -  BERDZIKIRLAH

Menurut Allah, tidak ada yang mampu meredam gundah dan gelisah kecuali dzikir kepada-Nya. Tidak ada yang mampu menghilangkan rasa sedih, selain mengingat keagungan dan kemahaan Allah SWT. Dengan dzikir, hati setiap orang yang bermasalah akan menjadi “tentram” dan “tenang”. Ini adalah konsep Qur’ani-Ilahi.

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram karena ‘dzikrullah’. Sungguh, dengan zikrullah hati-hati menjadi tentram. (Qs. al-Ra‘ad : 28).

Tentunya dzikir bukan sembarang dzikir. Ia harus didasari dengan penuh keimanan kepada Allah. Ia benar-benar yakin bahwa segala problem - apapun bentuknya – tetap ada solusinya di sisi Allah.

Kesedihan akan sirna dan hilang jika seluruhnya dikembalikan kepada-Nya. Oleh karena itu, orang-orang beriman, menurut Allah, adalah orang yang selalu “PD” dalam hidupnya, dan tidak pernah merasa sedih. Karena mereka yakin, keimanan mereka semakin memperkokoh posisinya di sisi Allah. (Qs. Ali ‘Imran: 139).

La tahzan, kata Allah SWT. La tahzan, kata rasul-Nya. Kata Abdullah al-Qarni pun La tahzan!

“Ya Allah, Engkau Maha Tahu betapa lemahnya hati kami. Kesenangan yang Engkau berikan kadang tak membuat kami bersyukur. Kesedihan yang menimpa kami kadang menjadikan kami tak sabar. Jadikan hati kami hati yang bersinar, sabar, syukur dan senantiasa bergembira.

Jadikan kami sebagai ahli dzikir, agar selalu bisa mengingat-Mu di kala senang dan susah. Ya Rabb, hilangkan kesedihan kami dan ganti dengan kemudahan dan kesenangan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa, aamiin .”

Aamiin ya Rabbal’aalamiin

Semoga bermanfaat


Wasallam, Mimuk Bambang Irawan
Jakarta. 27 Februari 2015

BEBERAPA GOLONGAN MANUSIA SETELAH AJAL

BEBERAPA GOLONGAN MANUSIA SETELAH AJAL

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala, marilah kita bahas tentang beberapa golongan orang setelah mereka menemui ajalnya sesuai waktunya yang telah ditentukan Allah. Perbuatan-perbuatan dan keyakinan-keyakinan mereka di alam dunia sebelum ajal sangat menentukan nasib mereka di alam selanjutnya yakni alam kubur dan alam akhirat.   

#1 – Golongan orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah:

Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, berbuat dusta terhadap Allah dan sombong akan langsung dihukum pada waktu sakratul maut, tidak lagi menunggu azab kubur atau peradilan akhirat. Bayangkan saja, di saat ajalnya, malaikat maut sudah memperlakukan mereka dengan kejam. Malaikat maut memerintahkan untuk mengeluarkan ruhnya sendiri sambil memukul muka dan punggung mereka dengan tangan. Orang-orang dari golongan ini sudah dipastikan masuk neraka Jahannam. Allah berfirman:

“Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang berbuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang-orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah”. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para maiaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” ~ QS 6 – Al An’aam : 93 ~

[27] “Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka?
[28] Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa yang menimbulkan) keridhaan-Nya; sebab itu Allah menghapus (pahala) mereka?” ~ QS 47 – Muhammad : 27 – 28 ~


#2 - Golongan orang-orang musyrik:

Ini adalah golongan orang yang tidak mempercayai kebesaran Allah, dan lebih percaya kepada yang selain Allah. Mereka ini telah mendapat pencerahan dari para Nabi yang diutus oleh Allah, namun tidak mempercayai pesan yang disampaikan para Nabi itu. Pesan-pesan tentang hari kiamat dan dibangkitkannya kembali seluruh manusia yang telah menemui ajal tidak dipercayai atau diabaikan dan mereka terus melakukan dosa,

[14] “Dan apabila mereka melihat sesuatu tanda kebesaran Allah, mereka sangat menghinakan
[15] Dan mereka berkata: “Ini tiada lain hanyalah sihir yang nyata”
[16] Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, apakah benar-benar kami akan dibangkitkan (kembali)?
[17] Dan apakah bapak-bapak kami yang telah terdahulu (akan dibangkitkan pula)?”
[18] Katakan: “Ya, dan kamu akan terhina”
[19] Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka melihatnya
[20] Dan mereka berkata:”Aduhai celakalah kita!” Inilah hari pembalasan
[21] Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya”
~ QS 37 – Ash Shaaffaat : 14 – 21 ~

Note: Hari keputusan ialah hari Allah Subhahanahu wa ta’ala memberi keputusan dan pembalasan kepada hamba-Nya

#3 - Golongan orang-orang yang bertaqwa:

Golongan orang-orang ini adalah mereka yang disebutkan antara lain dalam surat Ali Imran ayat 133 – 135 yaitu mereka yang bersegera memohon ampunan Allah bila berbuat dosa dan mudah meminta maaf kepada sesama manusia, mau berinfaq/sedekah dalam keadaan lapang maupun sempit, bisa menahan amarah, mudah memaafkan kesalahan orang lain, senantiasa melakukan kebaikan atau berbuat baik

Mereka ini wafat dalam keadaan baik, maksudnya wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan, atau dapat juga berarti mereka mati dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk surga. “”Salaamun’alaikum artinya: selamat sejahtera bagimu.

[30] Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?”. Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baiknya tempat bagi orang yang bertaqwa
[31] (yaitu) surga ’Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala sesuatu yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertaqwa
[32] (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka) “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan” ~ QS 16 – An Nahl : 30-31 ~

#4 - Golongan orang-orang yang mati syahid:

Orang-orang yang mati syahid adalah orang-orang yang wafat di jalan Allah atau wafat dalam perjuangan dalam menegakkan kebenaran yang berasal dari Allah. Para syuhada ini ditempatkan dan hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah dan hanya Allah sajalah yang mengetahui keadaan hidup itu. Kalau kita menganggap mereka itu mati, maka sesungguhnya mereka masih hidup di suatu alam yang tidak kita ketahui.

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” ~ QS 2 – Al Baqarah : 154 ~

 [169] “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
[170] mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka. Dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[171] Mereka bergembira hati dengan ni’mat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang beriman”
~ QS 3 – Ali ‘Imran : 169-171 ~

#5 - Golongan orang-orang yang ingkar tentang hari kebangkitan:

Golongan orang-orang ini adalah mereka yang tidak mempercayai adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, walaupun Allah telah memberikan petunjuknya yang nyata mengenai hari kebangkitan. Mereka hanya percaya kepada kehidupan di dunia yang sebenarnya hanyalah sendau gurau belaka. Kehidupan mereka di dunia hanya memikirkan bagaimana memperoleh kekayaan materi dan bagaimana cara menikmati hidup dengan nyaman dan sejahtera. Orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan dan pertemuannya dengan Allah di hari kiamat akan menyesal dan akan menerima azab dengan memikul dosa-dosa yang telah dilakukannya.

[30] “ Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah kamu melihat peristiwa yang mengharukan). Berfirman Allah: “Bukankah (kebangkitan) ini benar?” Mereka menjawab: “Sungguh benar, demi Tuhan kami”. Berfirman Allah: “Karena itu rasakanlah azab ini, disebabkan kamu mengingkari(nya)”.
[31] Sungguh telah rugilah mereka yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!”, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruk apa yang mereka pikul itu”
~ QS 6 – Al An’aam : 30-31 ~

[14] “Dan apabila mereka melihat sesuatu tanda kebesaran Allah, mereka sangat menghinakan
[15] Dan mereka berkata: “Ini tiada lain hanyalah sihir yang nyata”
[16] Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, apakah benar-benar kami akan dibangkitkan (kembali)?
[17] Dan apakah bapak-bapak kami yang telah terdahulu (akan dibangkitkan pula)?”
[18] Katakan: “Ya, dan kamu akan terhina”
[19] Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka melihatnya
[20] Dan mereka berkata:”Aduhai celakalah kita!” Inilah hari pembalasan
[21] Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya”
~ QS 37 – Ash Shaaffaat : 14 – 21 ~

Demikianlah sedikit uraian mengenai golongan manusia setelah ajal. Tentu ada cara penggolongan manusia lainnya. Semoga tulisan ini menambah pemahaman bagaimana kiranya nasib seseorang setelah menemui ajalnya.

Semoga bermanfaat.

Wasallam, Mimuk Bambang Irawan
Jakartam 27 Februari 2015


Friday, February 20, 2015

PENGADILAN AKHIRAT PASTI TIBA, SIAPKAH KITA?

PENGADILAN AKHIRAT PASTI TIBA, SIAPKAH KITA?

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,


Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala, marilah kita bahas tentang Pengadilan Akhirat, suatu pengadilan yang Maha Adil dan diselenggarakan oleh Allah ta’ala sendiri dan waktunya telah ditetapkanNya pada hari kiamat, Jaumil akhir atau hari akhir jaman. Itulah saatnya Allah pasti akan meminta pertanggung-jawaban atas perbuatan kita di dunia. Sesungguhnya Allah telah memberikan kita petunjuk berupa Al Qur’an dan As Sunnah bagaimana kita harus hidup di dunia. Jadi, siapapun yang masih merasa tersesat maka bergegaslah untuk menggunakan petunjuk itu guna memperbaiki diri sehingga terhindar dari azab Allah. Allah berfirman, yang artinya:

“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan” QS 16 – An Nahl : 93 ~

Pengadilan atas diri setiap manusia, termasuk penulis, pasti akan tiba dan kita akan menghadap Allah Sang Khaliq seorang diri, tidak ada yang mengantar atau massa yang mendukung kita, tak ada ayah, anak, saudara sanak keluarga lainnya atau pengacara yang bisa membela kita. Dalam beberapa ayat Allah berfirman yang artinya:

“Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa’at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong” ~ QS 2 – Al Baqarah : 123 ~

“(Ingatlah) suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan)” ~ QS 16 – An Nahl : 111 ~

“dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu, dan ia datang kepada Kami dengan seorang diri” ~ QS 19 – Maryam : 80 ~

“Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah” ~ QS 31 – Luqman : 33 ~

Tiap-tiap kita akan diadili sendiri oleh Allah. Bayangkan saja, bermiyar-milyar manusia dari berbagai keyakinan, agama, bangsa dan ras akan diadili melalui proses yang adil dan sempurna, di mana Allah sendiri yang membuat perhitungan antara pahala dan dosa menggunakan timbangan yang sangat tepat. Tidak ada seorangpun bisa mengajukan proses pra-peradilan dan menghindar dari pengadilan Allah. Dan ini sangat mudah bagi Allah. Allah berfirman, yang artinya:

“Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri” ~ QS 19 – Maryam : 94-95 ~

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah kami sebagai Pembuat perhitungan” ~ QS 21 Al Anbiyaa’ : 47 ~

Bila tiba giliran kita untuk diadili, setiap kita akan diberi sebuah kitab yang berisi catatan lengkap mengenai amal perbuatan kita di dunia baik besar maupun kecil secara terperinci, kemudian Allah memerintahkan untuk membaca sendiri kitab kita masing-masing sebagai bahan penghisab. Dan banyak orang malah akan ketakutan melihat catatan-catatan perbuatannya sendiri.

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”
~ QS 17 – Al Israa’ : 13-14 ~

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun” ~ QS 18 – Al Kahfi : 49 ~

Sebagaimana setiap pengadilan, maka pengadilan akhiratpun menyiapkan hukuman bagi yang terbukti bersalah. Salah satu contoh adalah kesalahan dalam bermegah-megah, memboroskan rizki yang telah diberikan Allah untuk hal yang tidak sesuai perintah Allah, bahkan digunakan untuk perbuatan maksiat. Allah berfirman, yang artinya: 

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) ~ QS 102 – At Takaatsur : 1-8 ~

Surat At Takaatsur di atas merupakan ancaman bagi orang-orang yang senang bermegah-megahan sehingga lalai untuk mengikuti perintah dan menjauhi larangan Allah. Bagi mereka yang lalai ini akan dapat meyakini dengan mata kepala sendiri (‘ainul yaqin) akan adanya neraka Jahanam dan harus siap mempertanggung jawabkan harta yang digunakan untuk kebiasaan bermegah-megah itu.

Surat dan ayat-ayat lain yang menggambarkan vonis yang akan dijatuhkan dalam pengadilan akhirat seperti di firmankan Allah:

 [101] “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya
[102] Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan
[103] Dan barang siapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam
[104] Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacad” ~ QS 23 – Al Mu’minuun : 101 – 104 ~

Jadi, bila lebih banyak dosa, maka neraka jahanam tempatnya di akhirat dan dalam keadaan wujud yang cacad lagi buruk rupa karena dibakar api neraka. Oleh karena itu marilah kita bersiap-siap untuk menyongsong peradilan akhirat dengan berbuat lebih banyak kebaikan agar kita dikumpulkan di hari kiamat dengan orang-orang baik yang bertaqwa kepadaNya. Allah berfirman:

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” ~ QS 2 – Al Baqarah : 148 ~

Demikian risalah ini kami tulis dengan harapan agar kita semua bisa dan berkesempatan untuk menyiapkan diri guna menghadapi pengadilan ini seorang diri dan berhasil melewatinya dengan hadiah surga.

Aamiin ya Rabbal’aalamiin

Wasallam, Mimuk Bambang Irawan

Jakarta, 21 Februari 2015