KAJIAN MUHARRAM
Perbedaan antara tahun Hijriyah dan tahun Masehi...
Sejarah Penanggalan Masehi
Kalender Masehi merupakan sistem penanggalan yang merujuk pada
peredaran bumi mengelilingi matahari. Itulah mengapa penanggalan ini sering
disebut kalender syamsyiah. Seperti
yang banyak diketahui orang, penamaan dua belas bulan pada tahun Masehi dimulai
dari Januari sampai Desember. Awal mula penanggalannya sendiri diambil dari
peristiwa kelahiran nabi Isa Almasih as, sehingga disebut ‘Masehi’ atau dengan
nama lain ‘Miladiyah’ yang berarti kelahiran.
Sistem kalender Masehi sangat berhubungan erat dengan sejarah
bangsa Romawi. Begitu pula dengan nama-nama bulan pada kalender masehi diambil
dari nama-nama dewa bangsa Romawi. Berikut makna dari nama-nama bulan pada
kalender Masehi:
Januari, diambil dari Januarius, berasal
dari kata Janus yaitu malaikat bermuka dua penjaga gerbang Roma; Februari, dahulu namanya adalah
Februarius, berasal dari kata Februa (hari pembersihan bagi bangsa romawi); Maret, dahulu bernama Martius, berasal
dari kata Mars, yaitu dewa perang; April,
dahulu namanya adalah Aprili, berasal dari kata Apru yang merupakan dewa asmara
bangsa Etruscan; Mei, dahulu namanya
adalah Maiusl yang berasal dari kata Maia, Maia adalah saudara tertua Atlas,
sosok Titan (penguasa bumi) yang memanggul bola langit menurut kepercayaan
bangsa Romawi; Juni, dahulu namanya
adalah Junius, diambil dari kata Juno, istri Jupiter, jupiter atau jove sendiri
menurut kepercayaan orang-orang romawi merupakan rajanya Tuhan sekaligus dewa
langit dan petir; Juli, dahulu
namanya adalah Quintilis; kemudian diganti menjadi Julius setelah raja Julius
Caesar (100-44 BCE (Before Common Era (sebelum Masehi)); Agustus, dahulu namanya adalah Sextilis (bulan ke-6), kemudian
diganti menjadi Augustus setelah raja Augustus memerintah (63 BCE); September, yang artinya bulan ke tujuh;
Oktober, berasal dari kata yang
sama, Oktober (bulan ke-8); November,
berasal dari kata yang sama, November yang artinya bulan ke-9; Desember, berasal dari kata yang sama,
Desember (bulanke-10)
Pada saat itu kalender masehi berjumlah sepuluh bulan, dimulai
dari bulan Maret dan berakhir pada Desember. Kemudian Raja Numa Pompilius
menambahkan dua bulan yaitu Januari dan Februari.
Sejarah Penanggalan Hijriyah
Nama-nama bulan pada kalender hijriyah seperti Muharram, Rabi’ulawwal, dan lain-lain sudah ada
sejak zaman sebelum datangnya Islam. Hanya saja mereka belum menetapkan ini
tahun berapa, melainkan ini tahun apa, seperti peristiwa kelahiran nabi
Muhammad SAW dikenal sebagai tahun gajah. Peristiwa yang melatar-belakangi penetapan kalender hijriyah
sendiri terjadi di zaman khalifah Umar bin Khattab RA. Ketika itu Abu Musa
Al-Asy’ari sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar RA menulis surat
kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang
tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Dari
situlah khalifah Umar RA mengumpulkan beberapa sahabat untuk merumuskan
pembuatan tahun Islam (taqwiim Islami). Ketika itu beberapa sahabat mengusulkan
penanggalan Islam berdasarkan kelahiran Rasul SAW, ada juga yang mengusulkan
berdasarkan wafatnya Rasul SAW, namun mereka menyepakati pendapat Ali bin Abi
Thalib, yaitu berdasarkan momentum hijrah
Rasul SAW dari Mekah ke Yatsrib (Madinah)
Itulah sebabnya disebut kalender Hijriyah (taqwiim
Hijriy). Sedangkan nama-nama bulan diambil dari nama-nama bulan yang telah ada
pada masa itu di wilayah Arab.
Penanggalan kalender Hijriyah mengacu pada rotasi bulan
mengelilingi matahari, sehingga disebut juga kalender qamariyyah yang berasal dari kata qamar yang berarti bulan. Adapun makna
dari nama-nama bulan pada tahun qamariyah atau hijriyah sebagai berikut:
Muharram artinya yang diharamkan yaitu bulan
yang padanya diharamkan menumpahkan darah atau berperang;
Safar artinya perjalanan atau berasal dari
kata lain shifr yang artinya kosong karena pada bulan itu orang-orang masa
lampau biasa meninggalkan rumah mereka untuk berperang, berdagang, berburu, dan
sebagainya, sehingga rumah-rumah mereka kosong;
Rabiul awal artinya menetap yang pertama, karena
para lelaki Arab dahulu yang tadinya meninggalkan rumah mereka kembali pulang
dan menetap pada bulan ini;
Rabiul akhir artinya menetap yang terakhir, yaitu
bulan akhir bagi mereka untuk menetap;
Jumadil awal artinya kering/beku/padat yang
pertama, pada waktu itu air menjadi beku / padat;
Jumadil akhir artinya kering/beku/padat yang
terakhir;
Rajab artinya mulia, bangsa Arab ketika
itu memuliakan bulan ini terutama tanggal 10 (untuk berkurban anak unta) dan
tanggal 1 (untuk membuka pintu Ka’bah terus-menerus);
Sya’ban artinya berpencar, karena
orang-orang Arab dahulu berpencar ke mana saja mencari air dan sumber
penghidupan;
Ramadhan artinya panas terik atau terbakar,
karena pada bulan ini jazirah Arab sangat panas sehingga terik matahari dapat
membakar kulit yang juga berarti pembakaran bagi dosa-dosa sebagaimana
disabdakan Rasulullah SAW;
Syawal artinya naik, karena pada bulan itu
bila orang Arab hendak menaiki unta dengan memukul ekornya, maka ekornya naik,
Syawal dapat pula berarti bulan peningkatan amal;
Dzulqaidah artinya yang duduk, karena kaum
lelaki Arab dahulu pada bulan ini hanya duduk saja di rumah tidak bepergian ke
manapun;
Dzulhijjah artinya yang memiliki haji, karena
pada bulan ini sejak zaman Nabi Ibrahim AS orang-orang biasa melakukan ibadah
Haji atau ziarah ke Baitullah, Mekah.
Islam Memandang Tahun
Dalam surat At Taubah Allah ayat 36 menjelaskan tentang penetapan tahun
dan bulan.
"Sesungguhnya bilangan bulan
pada sisi Allah itu ada dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang
empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun
memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang
yang bertakwa.” ~ QS (9) At Taubah : 36 ~
Sebagai agama yang syaamil, Islam tak membiarkan suatu masalah
pun melainkan ada aturan Islam di dalamnya. Termasuk juga tentang penetapan
tahun dan bulan. Sehingga melalui ijtihad Umar dan para sahabat
radiyallahu’anhum, ketika itu menentukan penanggalan bagi umat Islam. Bahkan
Al-Quran sendiri banyak menjelaskan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
ibadah, seperti halnya haji, puasa Ramadhan, dan turunnya Al-Quran. Seperti dalam
firman-Nya dalam surah Al Baqarah ayat 197, “Haji merupakan
beberapa bulan yang diketahui…” dan pada ayat 185, "bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil)…”
Akan tetapi sangat disayangkan, sebagian besar umat Islam justru
lebih hafal hari dan bulan-bulan masehi dibanding hari dan bulan hijriyah.
Fenomena yang terjadi pun sama ketika pergantian tahun. Begitu sesak
orang-orang memperingati pergantian tahun Masehi ketimbang yang peduli dengan
pergantian tahun Islam dan peristiwa hijrah. Padahal dari sejarah dan makna
bulan-bulan itu sendiri sudah jelas, bahwa penanggalan Hijriyah dibangun atas
landasan syariat ibadah, yaitu peristiwa hijrah. Sedangkan tahun dan nama-nama
bulan Masehi jelas berkiblat pada peradaban jahiliyah bangsa Romawi.
Umat Islam saat ini lebih mengenal bulan-bulan yang diambil dari
nama dewa-dewa bangsa Romawi. Sementara nama-nama bulan Islam yang erat
kaitannya dengan ibadah dan peristiwa sejarah Islam justru banyak dilupakan.
Inilah mengapa pergantian tahun Masehi senantiasa lebih marak.
Sungguh sayang bagi umat Islam kalau begitu bangga dengan tahun
yang bukan milik orang Islam dan lupa akan tahun Islam milik sendiri. Letak
persoalannya bukan tanggal dan tahun mana yang kita gunakan, tetapi mana yang
lebih kita banggakan. Sudah saatnya kita sadar dan bangkit sehingga Islam itu
kembali tinggi dan di hormati wallahu a"lam
dari tulisan...Raji Luqya Maulah.
Barakallaahu lanaa walakum...
Tetap semangat berbagi kebaikan dan semoga di tahun baru Hijriyah ini kita bisa berhijrah kepada kebaikan.
Tetap semangat berbagi kebaikan dan semoga di tahun baru Hijriyah ini kita bisa berhijrah kepada kebaikan.
No comments:
Post a Comment