Ramadhanku
Di Ujung Senja
KINI RAMADHANKU DI PENGHUJUNG SENJA…
Tak lama lagi kita akan berpisah dengan bulan Ramadhan..
Laksana bahtera, perlahan ia mulai mengangkat jangkar dan siap
untuk berlayar..
Sebelas bulan lamanya dia akan meninggalkan kita, untuk kemudian
berlabuh kembali di hati-hati orang-orang yang beriman pada tahun berikutnya.
Ibarat sang surya, perlahan ia mulai tenggelam bersama megah
merah di ujung ufuk.
Semua begitu cepat..
Hangatnya dekapan kedatangannya belum juga hilang, kini ia
kembali mendekap untuk pergi.
Tapi yang jelas dia masih di sini. Dia belum berlayar ataupun
tenggelam..
Untukmu yang selama ini telah mengisi hari-harinya dengan
beragam kebaikan, maka sempurnakan amalanmu di sisa waktu yang ada. Namun bila
sebaliknya, maka perbaikilah
amalanmu sebelum ia benar-benar pergi berlalu.
Ingatlah.!!
Bahwa amalan itu dinilai pada akhirnya. Bila engkau kehilangan
awal ramadhan, maka jangan sampai engkau kehilangan akhirnya. Bila engkau lalai pada awalnya, maka
kini masanya untuk bersungguh-sungguh.
Suatu kali Fudhail bin Iyadh pernah bertemu dengan seseorang. Beliau
lantas bertanya padanya:
“Berapa umur anda?”.
“Enam puluh tahun”, jawab laki-laki itu.
“Kalau begitu sejak enam puluh tahun yang lalu anda sudah
berjalan menuju Allah, dan perjalananmu hampir saja tiba.”
“Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn”, ujar lelaki itu.
“Apakah anda tahu maknanya?” Tanya Fudhail.
Lelaki itu menjawab: “Ya, saya tahu. Saya adalah hamba Allah dan
hanya kepada-Nya saya akan kembali.”
Fudhail lalu menasehatinya:
ﻳﺎ
ﺃﺧﻲ، ﻣﻦ ﻋﺮﻑ ﺃﻧﻪ ﻟﻠﻪ ﻋﺒﺪ، ﻭأنه ﺇﻟﻴﻪ ﺭﺍﺟﻊ، ﻓﻠﻴﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻣﻮﻗﻮﻑ ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻪ، ﻓﻠﻴﻌﻠﻢ ﺍﻧﻪ
ﻣﺴﺌﻮﻝ، وﻣﻦ ﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ مسئول ﻓﻠﻴﻌﺪ ﻟﻠﺴﺆﺍﻝ ﺟﻮﺍﺑﺎ”
“Wahai saudaraku… Barangsiapa yang menyadari bahwa dirinya
adalah hamba Allah dan hanya kepada-Nya ia kembali, hendaknya dia juga
menyadari bahwa dia akan berdiri di hadapan-Nya dan akan ditanya (oleh-Nya).
Dan barangsiapa yang menyadari bahwa dirinya akan ditanya maka hendaknya ia
mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan tersebut.”
Laki-laki itu pun menangis lantas bertanya kepada Fudhail:
“Lalu apa yang harus aku perbuat?”
“Mudah”, jawab Fudhail.
“Apa? Semoga Allah merahmatimu.” Tanya laki-laki itu lagi.
Fudhail menasehatinya lagi:
ﺗُﺤﺴﻦ
ﻓﻴﻤﺎ بقي، ﻳﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻚ ﻣﺎﻗﺪ ﻣﻀﻰ ﻭﻣﺎ بقي، ﻓﺈﻧﻚ ﺇﻥ ﺃﺳﺄﺕ ﻓﻴﻤﺎ بقي ﺃُﺧﺬﺕ ﺑﻤﺎ ﻣﻀﻰ ﻭﻣﺎ
بقي
“Berbuat baiklah di sisa umurmu, niscaya Allah akan
mengampuni apa yang telah lalu dan yang masih tersisa dari umurmu. Namun bila
engkau berbuat keburukan pada apa yang masih tersisa niscaya engkau akan
dihukum atas apa-apa yang telah lalu dan yang masih tersisa darimu.”
Sekali lagi….
Senja belum berlalu…
Jangkar bahtera juga belum lagi terangkat…
Apa yang kau tunggu…?
Bergegaslah…
Lepaskanlah kepergian tamu yang mulia ini dengan amalan terbaik,
agar imanmu bersemi sepanjang tahun. Hingga ia kembali dan melabuhkan hikmahnya
di hatimu pada tahun yang akan datang…
Sungguh kerugian yang besar bila Ramadhan berlalu dan kita tidak
termasuk hamba yang diampuni.
Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رغم
أنف رجل ذكرت عنده فلم يصلّ عليّ , ورغم أنف رجل دخل عليه رمضان ثـمّ انسلخ قبل أن
يغفرله , ورغم أنف رجل أدرك عنده أبواه الكبر فلم يدخل الجنّة
“Celakalah seseorang yang bila namaku disebut disisinya namun
ia tidak membaca shalawat untukku, Celakalah seseorang yang menemui bulan
Ramadhan kemudian meninggalkannya namun ia belum diampuni. Dan celakalah
seseorang yang mendapati kedua orangtuanya telah menginjak usia lanjut lalu
tidak menyebabkannya masuk surga.” (HR. at-Tirmidzi & Ahmad)
Bangkitlah saudaruku….
Hari sudah senja….
___________________
Gorontalo, 23 Ramadhan 1435H
Repost: Makkah 22 Ramadhan 1437 H
ACT El-Gharantaly, حفظه الله تعالى
Gorontalo, 23 Ramadhan 1435H
Repost: Makkah 22 Ramadhan 1437 H
ACT El-Gharantaly, حفظه الله تعالى
No comments:
Post a Comment