Teknologi Jaman
Nabi Sulaiman
Penulis : H. R. Bambang Irawan
Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan
datang kepadamu dengan membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat
dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat
dipercaya”. Berkata seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab (Taurat dan
Sabur): “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”.
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu ada
dihadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku
apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni’matNya). Dan barangsiapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
~ An-Naml – QS 27 :39-40 ~
Saudara-saudara
yang dirahmati Allah SWT, diatas adalah bagian dari kisah Nabi Sulaiman dalam
Al-Qur’an. Kita mengenal Nabi Sulaiman sebagai seorang Nabi yang dikaruniai
kekayaan yang berlimpah dan kemampuan untuk berbicara dengan binatang. Ia
memiliki tentara jin yang sakti-sakti.
Ayat diatas
mengisahkan bagaimana usaha Nabi Sulaiman untuk menyadarkan Ratu Balkis tentang
Allah swt, karena Ratu Balkis adalah seorang yang tergolong kafir. Nabi
Sulaiman membuktikan kepada Ratu Balkis, bahwa dengan kehendakNya, “seorang
yang memiliki ilmu dari Al-Kitab” dapat memindahkan singgasana Ratu Balkis dari
Saba’ di Yaman ke istana Nabi Sulaiman di Palestina dalam waktu hanya sekejap.
Padahal jarak antara kedua tempat tersebut sekitar 3.000 km.
Dalam ayat-ayat
diatas, ada suatu aspek atau esensi yang bersifat High Technology (Hi-Tech)
yang sekarang baru sampai tahap pemahaman para ahli, dan belum berhasil ditiru
sepenuhnya. Padahal kejadian itu berlangsung ribuan tahun yang lalu. Kemampuan
“seorang yang memiliki ilmu dari Al-Kitab” untuk memindahkan satu benda
(singgasana) sejauh 3.000 km dalam waktu sekejap mata, sampai saat ini belum
bisa ditiru oleh manusia manapun di muka bumi ini. Prestasi yang baru dicapai
oleh manusia ialah memindahkan gambar yang sehari-hari saat ini bisa kita
nikmati berupa tontonan pada layar televisi. Tapi memindahkan benda? Tampaknya
masih jauh keberhasilan manusia untuk hal ini.
Ada beberapa
teori yang kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli Islam maupun non-Islam untuk
mencoba menjelaskan phenomena seperti yang terjadi dalam Surah An-Naml:39-40
itu. “Seorang yang memiliki ilmu dari Al-Kitab” itu diyakini secara praktis
mampu memanfaatkan kecepatan yang paling dahsyat yang ada di jagad raya yang
dikenal manusia sejak dahulu kala, yaitu kecepatan cahaya.
Cahaya adalah
materi yang bergerak paling cepat di dunia ini. Pada satu garis lurus,
kecepatan cahaya bisa mencapai 300.000 km per detik. Sampai sekarang belum ada
benda atau materi lain yang sanggup melebihi kecepatan cahaya. Dengan kecepatan
cahaya yang secepat itu, maka jarak bumi bulan ditempuh oleh cahaya hanya dalam
waktu 1,5 detik. Jarak bumi matahari ditempuh cahaya dalam waktu 8 menit,
karena jarak bumi matahari sekitar 150 juta kilometer. Wow hebat!
Seorang sarjana
Islam berkebangsaan Arab Mesir bernama Dr.
Yahya Sa’id al-Mahjari dalam karyanya Ayat Qur’aniyyah fil Misykat al-‘Ilm
mencoba menjelaskan tentang phenomena “singgasana Ratu Balkis” itu. Menurutnya
ada tahap-tahap yang dilakukan oleh “seorang yang memiliki ilmu dari Al-Kitab”
itu.
Pertama, terlebih dahulu ia melakukan proses transformasi, yaitu merubah
singgasana dari materi menjadi semacam enerji. Enerji yang menyerupai listrik
atau cahaya dapat dikirim lewat gelombang listrik magnetik.
Kedua, ia berhasil mengirim enerji itu dari negeri Saba’ di Yaman ke istana Nabi
Sulaiman di Palestina. Karena kecepatan gelombang listrik magnetik itu sama
dengan kecepatan cahaya, yaitu 300.000 kilometer per detik, maka pengiriman
enerji itu berlangsung kurang dari satu detik.
Ketiga, ia berhasil men-transformasi kembali dari enerji menjadi materi -ketika
enerji itu tiba di istana Nabi Sulaiman- persis seperti bentuk materi
sebelumnya, yaitu singgasana. Istilahnya, ia telah berhasil melakukan proses
materialisasi yang artinya setiap bagian dan atom dapat dikembalikan ke bentuk
dan posisi semula.
Lebih lanjut Dr.
Yahya menjelaskan bahwa sesungguhnya energi (at-thaqqah) dan materi (al-maddah)
adalah dua bentuk yang berbeda dari satu benda yang sama. Materi bisa berubah
menjadi enerji dan sebaliknya. Manusia telah berhasil merubah materi menjadi
enerji dalam berbagai perlengkapan yang kita pakai sekarang, seperti air dan
uap menjadi enerji listrik. Bensin menjadi energi untuk menggerakan mesin.
Proses
kebalikannya, dari enerji menjadi materi baru sedikit sekali dikuasai manusia.
Tehnik materialisasi dilakukan dengan alat yang disebut dengan particle accelerator (pemacu partikel)
dengan tingkat keberhasilan yang masih rendah dan aplikasi yang sangat terbatas.
Dalam bidang ini, manusia abad 20 masih seperti anak kecil yang baru belajar
membaca.
Sungguh luar
biasa ayat Al-Qur’an yang menerangkan adanya “seorang alim yang memiliki ilmu
dari Al-Kitab” yang memiliki ilmu yang demikian tinggi. Inilah hebatnya
Al-Qur’an yang menantang orang untuk berpikir terus sekaligus menegaskan bahwa
ilmu yang dicapai oleh manusia saat ini masih belum ada apa-apanya dibandingkan
dengan ilmu orang alim itu. Teknologi jaman Nabi Sulaiman ternyata jauh lebih
canggih ketimbang teknologi di jaman yang serba cyber ini.
Bagaimana
pendapat Anda?
No comments:
Post a Comment