AIDA, menciptakan
citra Islam yang positif
Penulis:
H. R. Bambang Irawan
Bismillahirrohmanirrohiim
Saudara-saudara yang dirahmati Allah SWT, kali ini saya akan memperkenalkan Anda dengan AIDA. Aida yang ini bukan seorang muslimah cantik atau pemain sinetron. AIDA yang ini lain. AIDA yang ini adalah istilah manajemen penjualan dan merupakan singkatan dari Attention, Interest, Decision and Action.
Saudara-saudara yang dirahmati Allah SWT, kali ini saya akan memperkenalkan Anda dengan AIDA. Aida yang ini bukan seorang muslimah cantik atau pemain sinetron. AIDA yang ini lain. AIDA yang ini adalah istilah manajemen penjualan dan merupakan singkatan dari Attention, Interest, Decision and Action.
AIDA - yang diterjemahkan sebagai: Perhatian, Minat,
Pengambilan-keputusan dan Tindakan- adalah tahapan proses yang ada pada seorang
pembeli, mulai dari ketidak peduliannya tentang suatu barang sampai tindakannya
untuk membeli barang itu.
Seorang salesman
atau tenaga penjual harus menguasai konsep AIDA ini agar jualannya laku. Si
salesman harus selalu berusaha mengawali terjadinya proses itu dengan menarik perhatian
konsumen, sehingga calon pembeli menjadi berminat atas barang dagangannya,
membantu si pembeli dalam membuat keputusan dengan mempertimbangkan berbagai
nilai positif dari barang dagangan sampai pada akhirnya si pembeli mengeluarkan
koceknya untuk membeli barang itu.
Si Salesman harus selalu pro-active. Dia tidak bisa menunggu kerelaan calon pembeli untuk
membeli barang dengan sendirinya. Namun sebaliknya, konsumen tetap memiliki
kebebasan untuk menolak tawaran atau membeli barang itu.
Sebagai contoh, coba kita perhatikan seorang salesman
pada satu stand elektronik di satu mal. Untuk menarik perhatian konsumen,
standnya dipajangnya dengan meriah menggunakan bendera-bendera warna-warni,
digunakannya sound system yang menggelegar agar terdengar dari jauh tentang
keberadaan standnya (Attention).
Setelah terkena daya tarik ini, konsumen menjadi
berminat: “Stand apa itu?” Untuk menjawab rasa ingin tahunya konsumenpun
mendekati stand dan melihat-lihat. Salesman segera menyambutnya dan
memperkenalkan berbagai tipe DVD player, sekaligus memperagakan kecanggihan
berbagai tipe DVD produksi perusahaannya 1`
Kalau si salesman pandai maka dia akan berhasil
menggiringnya ke proses pemilihan antara alternatif. Si salesman pandai itu
akan membantu konsumen untuk memilih DVD yang sesuai dengan selera, keinginan
dan kemampuan koceknya (Decision).
Setelah semua klop, konsumen cocok dengan tipe DVD yang
ditawarkan, serta harga yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, maka
terjadilah transaksi jual beli (Action).
Seorang Muslim yang baik, seyogyanya - ditengah gempuran
terhadap citra baik Islam berupa tuduhan melakukan terorisme dan perkosaan -
bisa melakukan peran yang mirip seorang salesman dalam menggunakan konsep AIDA
untuk syi’ar Islam.
Target market-nya bisa kaum non-Muslim atau bahkan seorang yang
hanya mengaku dirinya seorang muslim, Islam yang setengah-setengah atau seorang
muslim yang tengah berada dalam kekafiran, istilahnya Islam KTP
Tujuannya adalah agar mereka menjadi pemeluk Islam yang
sejati tanpa paksaan dengan pemahaman dan pengamalan sesuai dengan Al-Qur’an
dan hadits Nabi saw, atau paling sedikit mereka akan memandang Islam secara
positif.
Pemanfaatan konsep AIDA bagi syi’ar Islam itu sangat
penting bagi muslimin dan muslimat yang bekerja atau berada di lingkungan di
mana kaum muslim menjadi minoritas. Bahkan dalam lingkungan yang sudah Islampun
selalu diperlukan usaha untuk memberikan semacam reminder tentang ke-Islam-an yang baik.
Bagaimana kira-kira pelaksanaan konsep AIDA dalam kesehari-harian?
Marilah kita jajagi satu demi satu.
ATTENTION.
Yang dapat menjadi daya tarik dari seorang yang muslim
ialah pribadi dan sikapnya dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam
melaksanakan hubungan interpersonal yang horisontal (hablum minanas) dan
hubungan dengan Tuhannya yang vertikal (hablum minallah).
Seorang yang secara lahiriah tampak sehat, ceria,
bersemangat, memiliki daya tahan yang tinggi, bersih dan rapi, berpakaian
serasi akan lebih mudah menjadi perhatian orang lain. Secara psikologis ia
selalu percaya diri, bisa memotivasi diri sendiri, tenang, sabar, kreatif,
rajin, bisa menahan diri dan tidak mudah menyerah. Secara sosial ia menjadi
orang yang mudah bersahabat, demokratis, dermawan, toleran, menghargai pendapat
dan peran orang lain, serta selalu menganjurkan hal-hal yang positif.
Dalam hubungannya dengan Allah, seorang muslim akan
melaksanakan dengan tegas semua yang berhubungan dengan Tuhannya, seperti
sholat, dzikir dan berdo’a yang mencerminkan seorang yang taat kepadaNya. Seorang
muslim yang memiliki sifat-sifat positif itu dengan sendirinya akan menjadi
perhatian lingkungannya, karena kehadirannya akan dirasakan bermanfaat dan
memberikan iklim yang menyenangkan.
Mencontohkan hal-hal yang positif dalam menjalankan
syari’at Islam akan menarik perhatian orang lain. Hal inipun dilakukan oleh
Nabi saw, yaitu memberikan contoh-contoh yang baik, sehingga masyarakat pada
waktu itu tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai Islam tanpa paksaan
sedikitpun. Allah berfirman:
Tiada paksaan untuk (memasuki)
agama Islam
sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar dari pada jalan yang salah
~ Al-Baqarah – QS 2 : 256 ~
INTEREST
Melihat pribadi dan sikap yang demikian menarik pada
seorang Muslim, biasanya ada keinginan tahuan dari beberapa orang untuk
mengenal Islam lebih jauh. Menurut pengalaman saya yang bekerja di satu
perusahaan swasta Cina, para teman akan menganggap kita sebagai resource person mengenai ke-Islaman.
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul menunjukkan minat
mereka. Inilah kesempatan yang sebaik-baiknya untuk memberikan masukan-masukan
yang positif atas pertanyaan yang kebanyakan sangat logis. Misalnya: Kenapa
seorang muslim shalat lima waktu? Kalau seorang tidak bisa menulis dan baca
huruf Arab, apa boleh masuk Islam? Kenapa anak perempuan Islam mesti disunat?
Mengapa wanita muslim ada yang pakai jilbab ada yang tidak? Kenapa harus naik
haji? Kenapa tidak boleh makan babi? Dan lain sebagainya.
Kadang-kadang percakapan sehari-haripun bisa menjurus ke
pembahasan masalah agama yang melahirkan komentar-komentar yang merupakan
cerminan atas pemahaman mereka mengenai Islam. Komentar yang bernada “miring” harus segera kita luruskan,
sedangkan yang sudah benar harus kita perkuat dengan masukan positif lainnya.
Contoh komentar miring, seperti : “Jadi pak Haji enak ya, bisa punya istri
empat”, “Para Ustadz tidak berbuat apa-apa untuk mencegah kerusakan moral
bangsa atau sifat korup” dan sebagainya. Segera luruskan yang macam begini agar
citra Islam bisa terjaga.
Tahap interest
ini merupakan tahapan yang sangat penting dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya
untuk meluruskan kesalahan persepsi mengenai Islam dan memperkuat citra-citra
Islam yang positif. Allah berfirman :
Serulah manusia ke jalan
Tuhanmu dengan bijaksana dan pengajaran yang baik;
dan bantahlah mereka dengan cara-cara yang
terbaik.
~ An-Nahl – QS 16 : 125 ~
DECISION
Keputusan apa yang diharapkan dari target market? Ada beberapa pilihan alternatif:
- Paling
sedikit kita harapkan bahwa ia tidak menghujat Islam
- Bersimpati
pada Islam, namun tetap teguh pada agamanya
- Keinginan
menjadi seorang Muslim yang benar.
Pilihan tersebut diatas tergantung dari seberapa jauh
usaha dan kemampuan seorang muslim meyakinkan orang lain dan seberapa teguh
orang lain itu memegang prinsip beragamanya.
Yang penting dalam tahap ini, ialah seorang muslim harus
secara aktif (tanpa memaksa!) membantu target
market untuk memilih diantara alternatif diatas dengan terus berusaha
memberi masukan tentang sifat-sifat dan sikap-sikap yang baik dari Islam
sebagaimana diturunkan Allah dalam Al-Qur’an dan pengamalannya dicontohkan oleh
Nabi Muhammad s.a.w.
Kebebasan untuk memilih ini dapat disimpulkan dalam ayat
berikut ini:
Katakanlah, Kebenaran itu dari
Tuhanmu.
Barang siapa yang suka,
hendaklah ia beriman,
dan barangsiapa yang tidak suka silahkan
mengingkarinya.
~ Al-Kahfi – QS 18 : 29 ~
ACTION.
Apa kiranya bentuk action dari mereka yang memilih salah
satu dari tiga alternatif itu? Kalau yang pertama, akan bersikap indiferen (acuh
tak acuh), tidak menjelekkan dan tidak pula memuji atau membenarkan Islam,
toleransinya tergolong rendah.
Yang kedua, akan memberikan dukungan kepada setiap
perbuatan baik yang dilakukan seorang muslim. Ia akan memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada kaum Muslim untuk beribadah dan ikut memikirkan
penyediaan tempat-tempat dan sarana ibadah di lingkungannya. Ia secara sadar
melakukan kegiatan sosial bersama-sama dengan kaum muslimin dengan toleransi
yang tinggi.
Yang ketiga, tentunya dengan mengucapkan kalimat
syahadat: “Asyhadu allaa ilaaha illallaah
wa’asyhadu anna Muhammadarrasuulullaah”, “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah” Tentunya
action yang ketiga yang diharapkan.
Namun bagaimanapun, perubahan sikap kearah pandangan yang
positif terhadap Islam pada umumnya dan kaum Muslim khususnya, merupakan
sesuatu yang bermanfaat guna membangun masyarakat Indonesia dengan toleransi
beragama yang tinggi, terbebas dari curiga mencurigai sesama ummat beragama.
Kalaupun kita belum berhasil meyakinkan mereka, maka
hendaknya kita meningkatkan kesabaran kita, dan mulai lagi mencari celah-celah
untuk mem”promosi”kan Islam. Sebagai penutup marilah kita renungkan firman
Allah ini:
Maka bersabarlah kamu,
sesungguhnya janji Allah adalah benar
dan sekali-kali janganlah
orang-orang yang tidak meyakini
kebenaran ayat-ayat Allah itu menggelisahkan
kamu.
~ Ar-Ruum – QS 30 : 60 ~
Bagaimana pendapat Anda?
No comments:
Post a Comment