31 DESEMBER
Saudara-saudaraku yang dirahmati
Allah Subhaanahu wa ta’ala, sesungguhnya tanggal 31 Desember adalah hari biasa.
Hari yang tidak memiliki perbedaan dengan hari lainnya. Hari yang juga terdiri
dari 24 jam, tidak lebih tidak kurang. Hari yang juga akan berlalu seperti hari
kemarin, kemarin dulu dan hari-hari lainnya. Manusia menciptakan 31 Desember
itu sekedar sebagai “tanda waktu” pergantian tahun. Manusia yang
menciptakan sistim kalendar untuk membagi waktu agar bisa mengevaluasi berbagai
aspek kehidupan.
Namun tanggal 31 di dramatisir demikian rupa sehingga dibuat memiliki
makna yang berbeda dengan hari-hari lainnya. Di kantor para pegawai biasanya
menganalisa kinerja perusahaan yang tutup bukunya tanggal 31 Desember.
Sebelumnya, kira-kira di bulan September mereka sudah mulai menyusun rencana
tahunan yang akan dilaksanakan tanggal 1 tahun berikutnya. Suatu hal yang rutin
dan lumrah.
Beberapa hari sebelum 31 Desember, para
pakar sibuk mengadakan berbagai evaluasi tentang bagaimana kinerja pemerintah;
instansi-instansi, lembaga dan aparat, dengan mengeluarkan berbagai statements
termasuk harapan-harapan mereka di tahun yang baru. Tanggal 31 malam, Presiden
mengadakan pidato tutup tahun untuk menjelaskan berbagai sikap pemerintah
terhadap berbagai persoalan bangsa dan negara, serta bagaimana optimismenya
menghadapi tahun depan.
Sebelum tanggal 31 juga, para
peramal berunjuk gigi dengan mengeluarkan ramalan tahunan mereka yang
memprediksi antara lain tentang nasib orang terkenal, musibah, kematian,
keberuntungan dan kejadian penting lainnya di tahun mendatang. Beberapa hari
sebelum 31 Desember, media cetak dan elektronik menyajikan berbagai kaleidoskop
yang mem-“flash-back” berbagai kegiatan penting selama setahun
menyangkut politik, ekonomi, olah-raga, berbagai trend dan international
issues lainnya. Pokoknya tanggal 31 dibuat demikian penting, seakan-akan
besoknya kita akan memasuki suatu dunia yang berbeda.
WAKTU
UNTUK MUHASABAH
Kita lihat betapa sebagian besar
kita sudah terjebak dalam hal-hal yang sarat dengan keduniawian yang
berlebihan. Buat umat muslim yang baik, tanggal 31 Desember merupakan hari yang
bisa kita gunakan dengan lebih bermakna bagi kehidupan kita sehari-hari. Hari
yang bisa kita gunakan untuk melakukan muhasabah yaitu melakukan
perhitungan, evaluasi diri sendiri tentang apa yang telah kita lakukan selama
ini.
Kita mengevaluasi sejauh mana kita
telah melakukan amal saleh nahi munkar. Seberapa jauh keputusan-keputusan yang
telah kita ambil sejalan dengan
pedoman hidup kita Al-Qur’an. Kita mengevaluasi seberapa jauh keimanan kita,
apakah semakin dekat atau jauh dengan Allah subhaanahu wa ta’ala yang kita
cintai. Pendeknya tanggal 31 itu bisa kita gunakan untuk melakukan introspeksi
tentang apa yang telah kita jalani selama setahun.
Sebetulnya muhasabah bisa dilakukan
secara berkala seperti muhasabah harian setelah sholat isya, mingguan setiap
habis sholat Jum’at atau bulanan dan tahunan. Tahunan biasanya kita lakukan
dalam bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat. Muhasabah itu penting kita
lakukan karena merupakan aspek kontrol atas perjalanan hidup kita. Dengan cara
itu kita selalu punya kesempatan untuk kembali kepada jalan yang di
ridhoi-Nya.
Saudara-saudaraku yang baik hati,
masyarakat kita ya seperti itu adanya. Penuh bergelimang dengan keindahan dan
kenikmatan dunia. Namun bila kita mau merubahnya, kita mulai dengan diri kita
sendiri dulu, lalu keluarga kita; anak-anak dan istri. Kita bukannya dilarang
untuk memikirkan dunia, namun pesanNya hanya satu; jangan berlebihan!
“………Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” ~Al-An’aam:141~
Mari kita memantabkan keimanan kita
untuk menghadapi kehidupan dan godaan dunia yang semakin kuat membahana…. Tak
ada yang bisa menyelamatkan kita kecuali berpedoman pada Al-Qur’anul Karim, saru
petunjuk jelas dan nyata. Semoga kita bisa mengamalkannya. Aamiin ya Rabbal’aalamiin
Jakarta, 31 Desember 2013
Wassalam © Mimuk Bambang Irawan
No comments:
Post a Comment