SOMAD
Namanya Somad, demikian orang biasa memanggilnya. Setiap magrib
dia datang ke masjid lebih awal, namun duduk tidak pernah di baris depan. Dia
selalu duduk di belakang. Orang banyak tidak peduli.
Setiap diminta sumbangan untuk kegiatan perbaikan masjid dia
selalu tidak antusias menyumbang. Padahal Somad termasuk orang kaya di kampung.
Sawah dan ladangnya luas. Dia juga punya usaha perdagangan hasil bumi dgn
menampung apa saja hasil bumi dari warga kampung dan kemudian setiap akhir
minggu dia pergi ke kota untuk menjualnya.
Demikian kayanya namun Somad tidak pernah mau memberikan uang
setiap ada kegiatan di desa seperti acara tujuhbelasan, maulid Nabi dsb.
Karenanya para tetua kampung malas mengajaknya bermusyawarah untuk kegiatan sosial, dan Somad menjauh dari mereka.
Karenanya para tetua kampung malas mengajaknya bermusyawarah untuk kegiatan sosial, dan Somad menjauh dari mereka.
Akhirnya bisa ditebak, selalu terjadi gunjingan di antara orang
kampung terhadap sikap Somad
Suatu waktu Somad sakit keras. Orang kampung malas menjenguknya.
Hukuman sosial berlaku baginya. Akhirnya dia wafat dalam damai.
Ketika orang memandikan jenazahnya orang melihat pundaknya
nampak legam keras. Orang bingung mengapa orang kaya berpundak legam, karena
pundak seperti ini hanya dimiliki oleh kuli panggul. Orang menduga ini bawaan
lahir.
Sebulan setelah Somad wafat, beberapa penduduk miskin di kampung
nampak murung.
Apa pasal?
Ternyata setiap akhir bulan, janda miskin yg menanggung anak
yatim, orang tua telantar karena kemiskinan, kuli sawah dan kebun, setiap pagi
sebelum subuh mendapatkan sekarung beras di depan rumah tanpa tahu siapa pengirimnya.
Dan kini tidak ada lagi mereka temukan beras di depan pintu rumahnya..... Kotak
amal masjid selalu kosong. Biasanya selalu berisi penuh.
Orang banyak menduga dengan pasti bahwa Somad lah yang mengirim
beras ke rumah orang miskin itu tanpa satupun orang tahu kedatangannya. Somad
lah yang mengisi kotak amal masjid tanpa orang tahu. Dan itupun dia lakukan
dengan diam-diam. Beras
dipanggulnya sendiri.
Orang kampung sadar bahwa apa yang sering dikatakan Somad
tentang menemukan Tuhan tidak di masjid tapi di rumah orang miskin dengan
menjadi wakil Allah untuk memberi karena cinta, adalah benar-benar dia
laksanakan.
Jalan kebaikan itu tidak mudah. Kadang harus berseberangan
dengan orang lain dan kadang dihujat.
Karena itu Somad tidak ada waktu untuk kegiatan yang membuang
waktu kecuali menggunakan waktu tahajudnya untuk memanggul beras ke rumah orang
miskin tanpa ada yang tahu perbuatannya kecuali Allah.
Jalan ikhlas memang jalan sepi tanpa hiruk pikuk untuk hanya
berbuat karena Allah.
Dari sosok Somad kita mendapatkan hikmah bahwa janganlah mudah
menilai orang lain atas apa sikapnya, tapi tetaplah berprasangka baik karena
apapun perbuatan sejatinya hanya Allah sebaik-baiknya penilai.
Kita hanya menduga-duga saja
Kita hanya menduga-duga saja
No comments:
Post a Comment