Aku Milik Suamiku dan Suamiku Milik Ibunya
Ustadzah Okki Setiana Dewi dalam tauziyahnya
“AKU MILIK SUAMIKU DAN SUAMIKU MILIK IBUNYA”
Ditujukan buat para menantu dan calon menantu,
Seburuk apapun mertua, aku
selalu ingat bahwa dia adalah wanita yang mengandung suamiku dalam kepayahan selama 9
bulan.
Dia adalah wanita yang air susunya menjadi makanan pertama bagi suamiku.
Dia ialah wanita yang mendidik dan membesarkan suamiku, yang mengajarkan kepada suamiku akhlak, sehingga aku nyaman di sisi suamiku.
Aku tak pernah keluar uang sepeserpun untuk menyekolahkan suamiku hingga ia dapat ijazah, yang sekarang ijazah itu ia gunakan
untuk mencari nafkah dalam menafkahiku.
Aku tak sedikit pun mendidik suamiku hingga kini ia menjadi pria yang penuh tanggung jawab
dan aku merasakan bahagia menjadi
istrinya.
Setelah pengorbanan ibunya yang bertubi-tubi… Anak laki-lakinya
menikah denganku dan kini jadi suamiku.
Dia bagi kasih sayang anaknya denganku.
Cemburu? Pasti dia cemburu.
Aku wanita asing, yang
kini selalu di-sayang-sayang oleh anak laki-lakinya.
Harta anak laki-lakinya tercurah untuk kunikmati padahal Ia yang
melahirkan, membesarkan dan mendidik.
melahirkan, membesarkan dan mendidik.
Aku memahami cemburu itu walau aku pun merasakan cemburu ketika suamiku lebih memihak
mertuaku.
Aku bukan malaikat yang tak pernah jengkel dengan mertuaku dan mertuaku pun bukan malaikat yang
selalu kubela..
Adakalanya aku marah, cemburu & sakit hati.
Namun aku ingat semua jasanya pada suamiku..
Jasa yang sampai akhir hayatpun aku tak akan mampu membayarnya..
Pada ujung tangisku.. Terngiang
nasihat ibundaku tercinta:
”Nak.. dukunglah suamimu untuk berbakti pada ibunya. Jangan suruh ia memilih antara kau dan ibunya karena kelak kau akan merasakan bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu oleh anak laki-lakimu. Apa yang kau lakukan pada mertuamu akan dilakukan pula oleh menantumu.. Segala sesuatu pasti ada timbal baliknya”.
”Nak.. dukunglah suamimu untuk berbakti pada ibunya. Jangan suruh ia memilih antara kau dan ibunya karena kelak kau akan merasakan bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu oleh anak laki-lakimu. Apa yang kau lakukan pada mertuamu akan dilakukan pula oleh menantumu.. Segala sesuatu pasti ada timbal baliknya”.
Dan tangisku makin deras..
“Suamiku, bahagiakanlah orang tuamu semampumu. Semoga kelak anak-anak kita pun
membahagiakan kita, sebagai balasan
baktimu pada orang tuamu. Mumpung mereka masih hidup. Belum tentu pula mereka masih bisa
ngrepotin kita 10 tahun ke depan. Tidak
lama, …tidak lama….tapi balasannya, surga!
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“…dan hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu” (QS. Luqman:14).
Begitu penting berbuat baik dan berterima kasih kepada kedua orang tua kita, sampai Rasulullah
Shallallahu `alaihi Wa Sallam bersabda; “Ridha
Allah terdapat pada keridhaan orang tua. Dan
murka Allah terdapat pada kemurkaan orang tua” (HR. Turmudzi).
Diriwayatkan bahwa Aisyah Radhiallahu anhu bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam; ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?”
Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam; ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?”
Rasulullah Shallallahu`alaihi Wa Sallam menjawab, “Suaminya” (apabila sudah menikah).
Aisyah Radhiallahu anhu bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang
laki-laki?
Rasulullah menjawab; “Ibunya” (HR.
Semoga bermanfaat
Silahkan
share untuk anak dan menantu
No comments:
Post a Comment