Wanita
Solehah Anti Korupsi
KAPANKAH SEHELAI RAMBUT WANITA SOLEHAH ANTI KORUPSI BISA LEBIH
BERHARGA DARI JUBAH ULAMA???
Suatu hari Imam bin Hanbal dikunjungi seorang wanita yang ingin
mengadu.
Ustadz, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah lama ditinggal
mati suami. Saya ini sangat miskin, sehingga untuk menghidupi anak-anak saya,
saya merajut benang di malam hari, sementara siang hari saya gunakan untuk
mengurus anak-anak saya dan menyambi sebagai buruh kasar di sela waktu yang
ada.
Karena saya tak mampu membeli lampu, maka pekerjaan merajut itu
saya lakukan apabila sedang terang bulan.”
Imam Ahmad menyimak dengan serius penuturan ibu tadi.
Perasaannya miris mendengar ceritanya yang memprihatinkan.
Dia adalah seorang ulama besar yang kaya raya dan dermawan.
Sebenarnya hatinya telah tergerak untuk memberi sedekah kepada wanita itu,
namun ia urungkan dahulu karena wanita itu melanjutkan pengaduannya.
“Pada suatu hari, ada rombongan pejabat negara berkemah di depan
rumah saya. Mereka menyalakan lampu yang jumlahnya amat banyak sehingga
sinarnya terang benderang. Tanpa sepengetahuan mereka, saya segera merajut
benang dengan memanfaatkan cahaya lampu-lampu itu.
Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah hasilnya
halal atau haram kalau saya jual?
Bolehkah saya makan dari hasil penjualan itu? Sebab, saya
melakukan pekerjaan itu dengan diterangi lampu yang minyaknya dibeli dengan
uang negara, dan tentu saja itu tidak lain adalah uang rakyat.”
Imam Ahmad terpesona dengan kemuliaan jiwa wanita itu. Ia begitu
jujur, di tengah masyarakat yang bobrok akhlaknya dan hanya memikirkan
kesenangan sendiri, tanpa peduli halal haram lagi.
Padahal jelas, wanita ini begitu miskin dan papa.
Padahal jelas, wanita ini begitu miskin dan papa.
Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam Ahmad bertanya, “Ibu,
sebenarnya engkau ini siapa?”
Dengan suara serak karena penderitaannya yang berkepanjangan,
wanita ini mengaku, “Saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi.”
Imam Ahmad makin terkejut. Almarhum Basyar Al-Hafi adalah
Gubernur yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyatnya semasa hidupnya.
Rupanya, jabatannya yang tinggi tidak disalah-gunakannya untuk kepentingan
keluarga dan kerabatnya. Sampai-sampai adik kandungnya pun hidup dalam keadaan
miskin.
Dengan menghela nafas berat, Imam Ahmad berkata, “Pada masa
kini, ketika orang-orang sibuk memupuk kekayaan dengan berbagai cara, bahkan
dengan menggerogoti uang negara dan menipu serta membebani rakyat yang sudah
miskin, ternyata masih ada wanita terhormat seperti engkau, ibu. Sungguh,
sehelai rambutmu yang terurai dari sela-sela jilbabmu jauh lebih mulia
dibanding dengan berlapis-lapis serban yang kupakai dan berlembar-lembar jubah
yang dikenakan para ulama.
Subhanallah, sungguh mulianya engkau, hasil rajutan itu engkau
haramkan? Padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan itu
tidak merugikan keuangan negara…”
Kemudian Imam Ahmad melanjutkan, “Ibu, izinkan aku memberi
penghormatan untukmu. Silahkan engkau meminta apa saja dariku, bahkan sebagian
besar hartaku, niscaya akan kuberikan kepada wanita semulia engkau…”
Wahai para wanita, jadilah wanita solehah anti korepsi, gerakan
anti korupsi sebetulnya bisa dimulai dari gerakan sikap wara (hati hati) dari
para wanita, karena dari rahim kita lahir para pemimpin, dari oleh terampil
tangan tangan kitalah tercipta makanan yang bukan hanya sehat, dan thoyib
tetapi juga halal, baik halal secara zati atau halal secara maknawinya.
Semoga
bermanfaat
No comments:
Post a Comment