JANGAN KAU CELA SAUDARAMU
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ
قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن
نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا
تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن
لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela
itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela
kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim “ (QS. Al Hujuraat :11)
Haramnya Menghina Orang Lain
Dalam ayat ini Allah memanggil hambanya
yang beriman dengan panggilan (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا), yang merupakan sebaik-baik panggilan
Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Setiap ayat Allah yang didahului dengan
panggilan kepada hamba-Nya (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) menunjukkan bahwa sesudahnya Allah Ta’ala akan
menyampaikan sesuatu yang penting. Sebagaimana ucapan sahabat Abdullah bin
‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, “ Jika engkau mendengar Allah
berfirman (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) maka dengarkanlah dengan baik-baik. Karena
di situ terdapat kebaikan yang Allah perintahkan atau kejelekan yang dilarang
oleh Allah” (Dinukil dari Nidaa-atu Ar Rahman li Ahlil Iman)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Allah Ta’ala melarang dari perbuatan sikhriyyahterhadap
manusia, yaitu sikap merendahkan orang lain dan menghina mereka. Hal ini
sebagaimana terdapat pula dalam hadits Nabi tatkala beliau bersabda, ‘Sombong
itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain’, maksudnya adalah
menghina dan menganggap orang lain lebih rendah, dan ini adalah perbuatan
haram. Boleh jadi orang yang dihina lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah dan
lebih Allah cintai. Oleh karena itu Allah berfirman, ‘Hai orang-orang yang
beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh
jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka” (Tafsir Al Qur’an Al
‘Adzim).
Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah mengatakan,
“Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang sebagian hak seorang mukmin dengan
mukmin yang lain. Yaitu janganlah sekelompok orang mencela sekelompok yang lain
baik dengan kata-kata ataupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan
saudara sesama muslim. Perbuatan ini terlarang dan hukumnya haram. Perbuatan
ini menunjukkan bahwa orang yang mencela itu merasa kagum dengan dirinya
sendiri” (Taisiir Al Kariimi Ar Rahman).
Larangan ini bersifat umum, mencakup celaan
terhadap segala hal. Imam At Thabari rahimahullahmenjelaskan, “
Allah menyebutkan secara umum larangan untuk mencela orang lain, sehngga
larangan ini mencakup seluruh bentuk celaan. Tidak boleh seorang mukmin mencela
mukmin yang lain karena kemiskinannya, karena perbuatan dosa yang telah
dilakukannya, dan yang lainnya” (Lihat Jaami’ul Bayan).
Jelaslah dalam ayat ini Allah mengharamkan
perbuatan mencela orang lain, dan ini juga merupakan kesepakatan para ulama.
Perbuatan ini termasuk dosa besar, wajib seorang muslim untuk menjauhinya dan
mengingatkan orang lain dari dosa ini. Dan sifat ini merupakan di antara sifat
orang munafik dan orang kafir. (Lihat Al Manhiyaat fii Suurati Al
Hujuraat).
Boleh Jadi Orang Yang Dihina Itu Lebih Baik
Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan:
“Padahal boleh jadi pihak yang dicela itu justru lebih baik daripada pihak yang
mencela. Bahkan inilah realita yang sering terjadi. Mencela hanyalah dilakukan
oleh orang yang hatinya penuh dengan akhlak yang tercela dan hina serta kosong
dari akhlak mulia. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia
merendahkan saudaranya sesama muslim” (HR Muslim) “ (Taisiir Al Kariimi
Ar Rahman).
Saudarakau, kita tidak mengetahui hakekat
seseorang. Boleh jadi orang yang dicela itu lebih mulia di sisi Allah, boleh
jadi dia lebih banyak amal kebaikannya, boleh jadi dia lebih bertakwa. Dan
tidak ada yang menjamin seseorang akan selalu lebih baik kondisinya dari orang
lain. Orang yang tadinya kaya bisa jadi mendadak hilang hartanya. Orang yang
punya jabatan tinggi, bisa lengser seketika. Orang yang tadinya mulia
kedudukannya, bisa jadi nanti masyarakat merendahkannya. Sehingaa, tidaklah
pantas seseorang merasa jumawa, merasa dirinya lebih baik dari orang lain
sehingga mencela dan merendahkannya.
Larangan Khusus Bagi Wanita
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan secara
khusus larangan bagai wanita untuk saling mencela, AllahTa’ala berfirman,
وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ
خَيْراً مِّنْهُنَّ
“Dan jangan pula sekumpulan perempuan
mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik “ (QS.
Al Hujuraat 11).
Allah khusukan penyebutan larangan bagi
wanita dalam ayat ini. Padahal dalam ayat-ayat lain Allah mencukupkan dengan
menyebutkan khitab dalam Al Qur’an hanya laki-laki saja, dan
otomatis hukum tersebut berlaku juga bagi wanita. Adapun dalam ayat ini Allah
menyebutkan wanita secara khusus karena dua alasan :
1. Hal ini menunjukkan penegasan larangan dan keharaman untuk berbuat sikhriyyah,
di mana Allah mengulang larangan ini sebanyak dua kali, “ Janganlah sekumpulan
orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya”.
2. Dikhususkan penyebutan wanita dalam ayat ini, karena kebanyakan yang
melakukan perbuatan sikhriyyah adalah kaum wanita, sehingga
disebutkan larangan secara khusus bagi mereka. Hal ini sebagaimana dijelaskan
oleh Imam Syaukani dalam Fathul Qadir. (Lihat Al Manhiyaat fii Surati
Al Hujuraat)
Larangan Menghina dalam Al Qur’an dan As
Sunnah
Dalam banyak ayat dan hadits terdapat pula
larangan untuk saling menghina yang senada dengan ayat di atas.
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَ يَجِدُونَ إِلاَّ جُهْدَهُمْ
فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik itu) yaitu
orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan
sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan)
selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka.
Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih” (QS. At Taubah : 79).
Allah Ta’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ اتَّقَواْ
فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam
pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang
beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di
hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya
tanpa batas.” (QS. Al Baqarah : 212).
Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ
يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
“Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika
dia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim).
Mudah-mudahan Allah Ta’ala senantiasa
menjaga lisan dan perbuatan kita dari mencela dan merendahkan orang lain.
Semoga bermanfaat, menambah ilmu untuk kita semua.
Semoga bermnfaat
Wasallam, Mimuk
Bambang Irawan
Jakarta, 17
Agustus 2014
Referensi : Al
Manhiyaatu fii Suurati Al Hujuraat karya Dr. ‘Ali bin Faazii At
Tuwaijiri - Penulis: dr. Adika Mianoki
Artikel
Muslim.Or.Id - http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/jangan-kau-cela-saudaramu.html
No comments:
Post a Comment