PENDERITAAN DAN KEMALANGAN SEBAGAI “SURAT CINTA” DARI ALLAH
Ada sebuah hasil penelitian
ahli anastesia di AS menyimpulkan bahwa orang-orang yang memiliki rasa
kepercayaan dan keyakinan agama yang tinggi dan yang rendah tidak sama dalam
merasakan derita penyakit.
Orang
yang kuat rasa keagamaannya rata-rata merasakan penyakitnya di bawah 80 %,
sedangkan mereka yang tidak beragama atau rasa keagamaannya rendah akan lebih
berat merasakan penyakit yang dideritanya.
Syekh
Ibnu Athaillah juga pernah menyatakan bahwa orang yang sadar bahwa segala
sesuatu yang dialami pada diri seseorang diyakini sebagai takdir yang berasal
dari Allah maka jika itu takdir buruk tidak akan membuatnya menjerit.
Sebaliknya jika takdir yang baik yang datang kepadanya tidak akan membuatnya
mabuk. Akan tetapi mereka yang menganggap segala sesuatu yang menimpa dirinya
bukan dari Allah maka akan merasa berat menerima takdir buruk dan bisa lupa
diri jika menerima takdir baik.
Dalam
Islam umatnya diminta untuk bersabar menerima musibah dan bersyukur menerima
rezeki. Jika seseorang memiliki keyakinan dan keikhlasan yang dalam terhadap
Allah Swt, maka jarak antara musibah dan kenikmatan sudah semakin dekat.
Bahkan
kalangan auliya’, kekasih-kekasih Allah, tidak hanya mensyukuri nikmat dan
karunia tetapi juga mensyukuri apapun yang berasal dari Allah, termasuk musibah
dan penderitaan. Orang-orang yang termasuk kategori terakhir tidak lagi masuk
kategori syukur tetapi sudah masuk ke dalam kategori syakur.
Syukur
ketika seseorang merasa senang lalu mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada
Tuhannya di dalam bentuk memberikan sebagian kenikmatan itu kepada orang lain
yang berhak, misalnya dalam bentuk zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan syakur
ketika seseorang dalam keadaan apapun selalu merasa senang, walaupun sedang
kena musibah atau kekecewaan.
Ia sudah
selalu berbaik sangka kepada Allah bahwa semua yang datang kepadanya berasal
dari Allah dan mesti baik. Kesulitan dan penderitaan tidak mengendorkan dirinya
dalam mengungkapkan rasa syukur. Inilah yang disebut di dalam Al-Qur’an:
“Orang-orang yang selalu berinfak, baik dalam waktu lapang maupun waktu
sempit”. (Q.S. Ali ‘Imran/3:134).
Orang-orang
yang sampai ke tingkat syakur masih langka sebagaimana diakui sendiri di dalam
Al-Qur’an: “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih. (Q.S.
Saba’/34:13). Yang banyak di antara kita baru sampai ke tingkat tahmid dan
syukur. Yang lebih banyak lagi ialah tidak bertahmid apalagi bersyakur.
Bagi
orang yang sudah pada derajat syakur, segala bentuk penderitaan dan kemalangan
dianggapnya sebagai “surat cinta” Allah. Ia sadar bahwa sekian lama dipanggil
Allah dengan kenikmatan dan kebahagiaan tetapi tidak menyadarinya, bahkan
terkadang mabuk dengan kemewahan dan kenikmatan itu.
Ketika
musibah dan penderitaan menerpanya, ia tetap bahagia karena nama yang selalu
muncul dalam ingatan dan pikirannya hanya Allah Swt. Berbeda ketika diuji
dengan kemewahan, sedikit sekali porsi waktu untuk mengingat Allah Swt, itupun
kadar intensitasnya kecil.
Orang ini
dalam keadaan apapun selalu bersyukur karena ia sadar dan merasakan kebenaran
firman Allah Swt: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. Ibrahim/14:7).
Orang
yang sudah sampai di tingkat syakur dadanya selalu lapang selapang samudra,
sehingga betapapun banyak kotoran mengalir dari mana-mana tidak akan pernah
bisa mengubah warna air samudra. Sebaliknya jika dada sempit maka ia selalu
merasa sumpek, sehingga sekecil apapun keritikan dan makian diterimanya
langsung sesak dan stress, seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an:
“Barangsiapa
yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah
ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman.” (Q.S. al-An’am/6:125)
Tulisan: H. Akbar Mardani
https://www.facebook.com/haji.akbar.mardani?fref=ts
https://www.facebook.com/haji.akbar.mardani?fref=ts
ijin copas ya saudaraku. sukran
ReplyDelete