HADITS-HADITS
TENTANG BID’AH
Banyak kaum muslimin yang masih meremehkan masalah bid’ah. Hal itu bisa jadi karena minimnya pengetahuan mereka tentang dalil-dalil syar’i. Padahal andaikan mereka mengetahui betapa banyak hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang membicarakan dan mencela bid’ah, mereka akan menyadari betapa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sangat sering membahasnya dan sangat mewanti-wanti umat beliau agar tidak terjerumus pada bid’ah. Jadi, lisan yang mencela bid’ah dan mewanti-wanti umat dari bid’ah adalah lisan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri.
Hadits 1
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara
tersebut tertolak” (HR. Bukhari
no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Hadits 2
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan
suatu amalan yang bukan berasal dari
kami, maka amalan tersebut
tertolak” (HR. Muslim
no. 1718)
Hadits 3
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau
mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya
sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara
adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang
diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)
Dalam riwayat An Nasa’i,
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
“Barangsiapa yang diberi
petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang
disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya.
Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang
diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah,
setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan
oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)
Hadits 4
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Aku wasiatkan kepada kalian
untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun
yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di
antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan
yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku
dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk.
Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena
setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah
kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits
ini hasan shahih”)
Hadits 5
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
“Sungguh Allah menghalangi
taubat dari setiap pelaku
bid’ah sampai ia meninggalkan
bid’ahnya” (HR. Ath Thabrani
dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54)
Hadits 6
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di
al haudh (telaga). Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara
kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh,
mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku’.
Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu (bid’ah)
yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ (HR. Bukhari
no. 6576, 7049).
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
“(Wahai Rabb), sungguh mereka
bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh engkau tidak tahu bahwa
sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku
sesudahku” (HR. Bukhari no. 7050).
Al’Aini ketika menjelaskan
hadits ini beliau berkata: “Hadits-hadits yang menjelaskan orang-orang yang
demikian yaitu yang dikenal oleh Nabi sebagai umatnya namun ada penghalang
antara mereka dan Nabi, dikarenakan yang mereka ada-adakan setelah Nabi wafat.
Ini menunjukkan setiap orang mengada-adakan suatu perkara dalam agama yang
tidak diridhai Allah itu tidak termasuk jama’ah kaum muslimin. Seluruh ahlul
bid’ah itu adalah orang-orang yang gemar mengganti (ajaran agama) dan
mengada-ada, juga orang-orang zhalim dan ahli maksiat, mereka bertentangan
dengan al haq. Orang-orang yang melakukan itu semua yaitu mengganti (ajaran
agama) dan mengada-ada apa yang tidak ada ajarannya dalam
Islam termasuk dalam bahasan hadits ini” (Umdatul Qari, 6/10)
Hadits 7
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انَّهُ سَيَلِي أَمْرَكُمْ مِنْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ ، وَيُحْدِثُونَ بِدْعَةً ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ” ، قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ بِي إِذَا أَدْرَكْتُهُمْ ؟ قَالَ : ” لَيْسَ يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ طَاعَةٌ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ ” ، قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Sungguh diantara perkara
yang akan datang pada kalian sepeninggalku nanti, yaitu akan ada
orang (pemimpin) yang mematikan sunnah dan membuat bid’ah. Mereka
juga mengakhirkan shalat dari waktu sebenarnya’. Ibnu Mas’ud lalu bertanya:
‘apa yang mesti kami perbuat jika kami menemui mereka?’. Nabi bersabda: ‘Wahai
anak Adam, tidak ada ketaatan pada orang yang bermaksiat pada Allah’”. Beliau
mengatakannya 3 kali. (HR. Ahmad no.3659, Ibnu Majah no.2860.
Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2864)
Hadits 8
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ، وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةَ ضَلَالَةٍ لَا يَرْضَاهَا اللَّهَ وَرَسُولَهُ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِ النَّاسِ شَيْئًا
“Barangsiapa yang
sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan
mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah
yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan
mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Tirmidzi no.2677, ia berkata: “Hadits
ini hasan”)
Hadits 9
Hadits dari Hudzaifah Ibnul
Yaman, ia berkata:
يا رسولَ اللهِ ! إنا كنا بشرٌ . فجاء اللهُ بخيرٍ . فنحن فيه . فهل من وراءِ هذا الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : هل من وراءِ ذلك الشرِّ خيرٌ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : فهل من وراءِ ذلك الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : كيف ؟ قال ( يكون بعدي أئمةٌ لا يهتدون بهدايَ ، ولا يستنُّون بسُنَّتي . وسيقوم فيهم رجالٌ قلوبُهم قلوبُ الشياطينِ في جُثمانِ إنسٍ ) قال قلتُ : كيف أصنعُ ؟ يا رسولَ اللهِ ! إن أدركت ُذلك ؟ قال ( تسمعُ وتطيع للأميرِ . وإن ضَرَب ظهرَك . وأخذ مالَك . فاسمعْ وأطعْ )
“Wahai Rasulullah, dulu kami
orang biasa. Lalu Allah mendatangkan kami kebaikan (berupa Islam), dan kami
sekarang berada dalam keislaman. Apakah setelah semua ini akan datang
kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kebaikan? Nabi
bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’.
Aku bertanya: ‘Apa itu?’. Nabi bersabda: ‘akan datang para pemimpin yang tidak
berpegang pada petunjukku dan tidak berpegang pada sunnahku. Akan
hidup diantara mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan namun berjasad
manusia’. Aku bertanya: ‘Apa yang mesti kami perbuat wahai Rasulullah jika
mendapati mereka?’. Nabi bersabda: ‘Tetaplah mendengar dan taat kepada
penguasa, walau mereka memukul punggungmu atau mengambil hartamu, tetaplah
mendengar dan taat’” (HR. Muslim no.1847)
Tidak berpegang pada sunnah
Nabi dalam beragama artinya ia berpegang pada sunnah-sunnah yang berasal dari
selain Allah dan Rasul-Nya, yang merupakan kebid’ahan.
Hadits 10
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوَّلُ مَنْ يُغَيِّرُ سُنَّتِي رَجُلٌ مِنْ بَنِي أُمَيَّةَ
“Orang yang akan pertama
kali mengubah-ubah sunnahku berasal
dari Bani Umayyah” (HR. Ibnu Abi Ashim dalam Al Awa’il, no.61,
dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1749)
Dalam hadits ini Nabi
mengabarkan bahwa akan ada orang yang mengubah-ubah sunnah beliau. Sunnah Nabi
yang diubah-ubah ini adalah kebid’ahan.
Hadits 11
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا ، فَقَالُوا : وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ قَالَ أَحَدُهُمْ : أَمَّا أَنَا ، فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ ، فَقَالَ : ” أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Ada tiga orang mendatangi
rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah
Nabi shallallahu’alaihi wasallam. ٍSetelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka
merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada
apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau
sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah
seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya”
(tanpa tidur). Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan
berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi
berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”.
Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya
bertanya: “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah
orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling
bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta
menikahi wanita. Barangsiapa
yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku” (HR. Bukhari no.5063)
Dalam hadits di atas, ketiga
orang tersebut berniat melakukan kebid’ahan, karena ketiganya tidak pernah
diajarkan oleh Nabi. Yaitu puasa setahun penuh, shalat semalam suntuk setiap
hari, kedua hal ini adalah bentuk ibadah yang bid’ah. Dan berkeyakinan bahwa
dengan tidak menikah selamanya itu bisa mendatangkan pahala dan keutamaan
adalah keyakinan yang bid’ah. Oleh karena itu Nabi bersabda “Barangsiapa
yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku“.
Dan masih banyak lagi
hadits-hadits yang membicarakan dan mencela bid’ah, namun apa yang kami
nukilkan di atas sudah cukup mewakili betapa bahaya dan betapa pentingnya kita
untuk waspada dari bid’ah.
Wallahu’alam.
Penulis: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
Artikel Muslim.Or.Id
No comments:
Post a Comment