DEBAT ABU HANIFA DENGAN KAUM ATHEIS KAFIR
Sebuah renungan sebagai HIKMAH :
Sebuah renungan sebagai HIKMAH :
Dikisahkan ada sekelompok ilmuwan
besar atheis bangsa Romawi, hendak beradu argumentasi dengan para ulama di sebuah
masjid. Tujuannya ingin menjatuhkan dan mempermalukan Islam dikalangannya
sendiri. Setelah dilihatnya masjid telah dipenuhi orang banyak, naiklah salah
seorang dari ilmuwan kafir itu keatas mimbar dan mulai menantang umat untuk berdebat
soal keberadaan Allah.
Diantara yang hadir bangkit seorang
pemuda dari antara shaf-shaf itu, dialah Abu Hanifah r.a muda, Beliau melangkah
menuju mimbar dan berkata;“Perkenankan saya Abu Hanifah ingin bertukar pikiran
dengan tuan tuan” Sambil berusaha menguasai suasana, dengan kerendahan hati Abu
Hanifah berkata, “Baiklah sekarang apa yang akan kita perdebatkan.”
Para ilmuwan kafir itu heran
sekaligus kagum akan keberanian Abu Hanifah, karena beliau hanya sendiri,
sementara mereka ada beberapa orang.
Mulailah para atheis mengajukan
pertanyaannya, yang dibagi dalam 6 kategori:
1. Kapan Allah ada? ..
2. Maksud Allah Menghadapkan WajahNya .
3. Zat Allah Subhanahu wa ta'ala.
4. Dimana Allah berada? ..
5. Takdir Allah Subhanahu wa ta'ala..
6. Bukti Adanya Allah ..
1. Kapan Allah ada? ..
2. Maksud Allah Menghadapkan WajahNya .
3. Zat Allah Subhanahu wa ta'ala.
4. Dimana Allah berada? ..
5. Takdir Allah Subhanahu wa ta'ala..
6. Bukti Adanya Allah ..
#1. KAPAN ALLAH ADA?
Atheis: Pada tahun berapa Robbmu
dilahirkan?
Abu Hanifah: Dia (Allah) tidak
melahirkan dan tidak dilahirkan.
Atheis: Pada tahun berapa Dia
berada?
Abu Hanifah: Dia berada sebelum
adanya sesuatu.
Atheis: Tolong berikan contoh yang
lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum
angka empat?
Atheis: Angka tiga.
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum
angka tiga?
Atheis: Angka dua.
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum
angka dua?
Atheis: Angka satu.
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum
angka satu?
Atheis: Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah: Kalau sebelum angka satu
tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa kalian heran kalau sebelum
Allah Yang Maha Satu yang hakiki, tidak ada yang mendahului-Nya?
#2. MAKSUD ALLAH MENGHADAPKAN WAJAHNYA ?
Atheis: Kemana Robbmu menghadapkan
wajahnya?
Abu Hanifah: Kalau kalian membawa
lampu di gelapnya malam, kemana lampu itu menghadapkan wajahnya?
Atheis: Ke seluruh penjuru.
Abu Hanifah: Kalau demikian halnya
dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala, Nur dari
segala cahaya langit dan bumi?
#3. ZAT ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA?
Atheis: Tunjukkan kepada kami tentang
zat Robbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau cair seperti air, atau
menguap seperti gas?
Abu Hanifah: Pernahkah kalian
mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis: Ya, pernah
Abu Hanifah: Semula ia berbicara
dengan kalian dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam dan
tidak bergerak. Nah, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis: Karena rohnya telah
meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah: Apakah waktu keluarnya roh
itu kalian masih ada disana?
Atheis: Ya, kami masih ada.
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku,
apakah rohnya itu benda padat, seperti besi, atau cair seperti air, atau
menguap seperti gas?
Atheis: Entahlahlah kami tidak
tahu.
Abu Hanifah: Kalau kalian tidak bisa
mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah mahluk, bagaimana
kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta’ala?!!
#4. DIMANA ALLAH BERADA ?
Atheis: Dimana kira-kira Robbmu itu
berada?
Abu Hanifah: Kalau kami membawa segelas
susu segar ke sini, apakah kalian yakin kalau dalam susu itu terdapat lemak?
Atheis: Tentu
Abu Hanifah: Tolong perlihatkan
padaku, dimana adanya lemak itu?
Atheis: Membaur dalam seluruh bagian
susu.
Abu Hanifah: Kalau lemak yang
termasuk mahluk itu, tidak mempunyai tempat khusus dalam susu tersebut, apakah
layak kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta’ala?
#5. TAKDIR ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA?
Atheis: Kalau segala sesuatu sudah
ditakdirkan sebelum diciptakan, lalu apa kegiatan Robbmu kini?
Abu Hanifah: Ada pekerjaanNya yang
dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan.
Atheis: Kalau orang masuk syurga ada
awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah: Hitungan angka pun ada
awalnya tapi tidak ada akhirnya.
Atheis: Bagaimana kita bisa makan dan
minum disyurga tanpa buang air besar dan kecil?
Abu Hanifah: Kalian sudah
mempraktekkannya ketika kalian berada di dalam perut ibu kalian. Hidup dan
makan-minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan
besar disana. Baru kita lakukan hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke
dunia.
Atheis: Bagaimana kebaikan syurga
akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dengan dinafkahkan?
Abu Hanifah: Allah juga menciptakan
sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu.
Semakin diberikan ilmu kita semakin berkembang dan tidak berkurang.
#6. BUKTI ADANYA ALLAH?
Atheis: Perlihatkan bukti keberadaan
Robbmu kalau memang dia ada
Abu Hanifah r.a mengambil tanah liat,
lalu dilemparkannya tanah liat itu ke kepala orang atheis itu.
Para hadirin gelisah melihat
peristiwa itu, khawatir terjadi keributan, tetapi Abu Hanifah menjelaskan bahwa
hal ini dalam rangka untuk menjelaskan jawaban yang di minta kepadanya. Hal ini
membuat orang atheis mengenyitkan dahi.
Abu Hanifah: Apakah lemparan itu
menimbulkan rasa sakit di kepala anda?
Atheis: Ya, tentu saja.
Abu Hanifah: Dimana letak
sakitnya?
Atheis: Ya, ada pada luka ini.
Abu Hanifah: Tunjukkanlah padaku
bahwa sakitnya itu memang ada, baru aku akan menunjukkan kepadamu dimana
Robbku!
Orang atheis itu tidak menjawab tentu
saja tidak bisa menunjukkan rasa sakitnya, karena itu adalah suatu rasa dan
ghaib tapi rasa sakit itu memang ada.
Atheis: Baik dan buruk sudah ditakdirkan
sejak awal, tetapi kenapa ada pahala dan siksa?
Abu Hanifah: Kalau anda sudah
mengerti bahwa baik dan buruk itu bagian dari takdir, mengapa anda kini
menuntut aku agar di hukum karena melempar tanah liat ke dahi anda? Bukankah
perbuatan itu bagian dari takdir?…
Akhir perdebatan itu para ilmuwan besar atheis tersebut masuk Islam di tangan Imam Abu Hanifah r.a .. Masya Allah .. Allahu Akbar!
No comments:
Post a Comment