PELAJARAN DARI AL-QALAM
Surat ke 68 dalam Al-Quran adalah surat AL-QALAM. Surat ini
terdiri dari 52 ayat. Banyak sekali mutiara yang Allah tebar dalam surat ini.
Mutiara yang apabila kita mengambilnya akan membuat hidup kita indah dan
berkilau.
Salah satu diantara mutiara tersebut Allah simpan dalam surat
ini, berupa ujian, yang dikemas dengan sangat indah dalam 17 ayat singkat, dari
ayat 17 sampai dengan ayat 33, untuk jadi mau'izhah (nasehat) bagi orang
yang beriman.
Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (orang-orang yang angkuh
dan sombong) sebagaimana Kami menguji pemilik kebun ketika mereka bersumpah
bahwa mereka benar-benar akan memetiknya di pagi hari. – QS
68 – Al Qalam ayat
17.
Mereka tidak mengatakan “in syaa Allah”. – QS
68 – Al Qalam ayat
18.
Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu,
ketika mereka dalam sedang tidur – QS 68 – Al Qalam ayat 19.
Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita – QS
68 – Al Qalam ayat
20.
Pelajaran pertama dari empat ayat diatas adalah, Jangan pernah
memastikan sesuatu yang akan datang. Karena bukan kapasitas kita untuk memastikan
sesuatu. Allah berfirman:
(وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ
يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ)
“Dan tidaklah kalian menghendaki melainkan apa yang Allah kehendaki,
sebagai Rabb semesta alam.” [QS 81 - At-Takwiir : 29]
Akibat dari kesalahan tersebut Allah musnahkan kebun mereka,
disaat mereka semua sedang tidur (lalai dan lengah).
Ditimpa bencana atau dimusnahkan hasil pertanian mereka oleh
Allah adalah buah dari dosa dan kesalahan mereka yang memastikan akan panen.
Seakan mereka yang berkuasa atas segalanya.
Mencari korelasi antara tidak mengucapkan In Syaa Allah, dengan
hangus atau hancurnya kebun tentu bukan soal yang mudah. Atau bahkan barangkali
hanya sedikit orang yang mau mencari hubungan antara keduanya. Kenyataannya
banyak yang mencari akar masalahnya hanya dalam lingkaran kausalitas atau sebab
akibat dan logika semata. Tidak demikian, tidak semuanya harus dilihat dari
sudut itu.
Dalam surat 71 Nuh ayat 10 - 12 Allah memperlihatkan hubungan
antara permohonan ampunan dengan turunnya hujan sebagai balasan permohonan
ampun tersebut.
Peristiwa seperti ini untuk memperlihatkan bahwa Allah maha
kuasa,
Kata sedangkan mereka dalam keadaan tidur. Allah Seakan berpesan
kepada kita bahwa betapapun kuatnya seseorang, bisakah mereka melawan rasa
kantuk sehingga mereka bisa mengawasi harta miliknya terus-menerus.
Kebun yang siap panen. Dalam konteks lebih luas bisa kita
kembangkan menjadi bisnis yang lagi booming. Keuntungan besar sudah didepan
mata. Namun kalau Allah berkehendak semua bisa sirna.
Hancurnya kebun, Karena kesalahan pemiliknya. Ia bukan hukuman
melainkan Allah sebutkan dalam ayat 17 sebagai بلونا
Kami menguji. Allah menguji seseorang agar yang bersangkutan.kembali kepada
kebenaran. Allah berfirman:
“Dan Kami uji mereka dengan kebaikan dan keburukan agar
mereka kembali.” ~ QS
7 - Al-A'raaf : 168 ~
Ayat-ayat selanjutnya dalam Surat Al Qalam:
(فَتَنَادَوْا
مُصْبِحِينَ
*
Maka mereka panggil memanggil di pagi hari ~
QS 68 – Al Qalam ayat 21 ~
أَنِ
اغْدُوا عَلَىٰ حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ *
Pergilah di waktu pagi ke kebun kalian jika kalian hendak
memetik buahnya ~ QS 68 – Al Qalam ayat 22 ~
فَانْطَلَقُوا
وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ *
Maka pergilah mereka berbisik-bisikan
~ QS 68 – Al Qalam ayat 23 ~
أَنْ
لَا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ *
“Pada hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam
kebunmu” ~
QS 68 – Al Qalam ayat 24 ~
وَغَدَوْا
عَلَىٰ حَرْدٍ قَادِرِينَ *
Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi
(orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya)
~ QS 68 – Al Qalam ayat 25 ~
فَلَمَّا
رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ *
Ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata: “Sesungguhnya
kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan) ~ QS 68 – Al Qalam ayat 25 ~
بَلْ
نَحْنُ مَحْرُومُونَ
*
Bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya) ~ QS 68 – Al Qalam ayat 27 ~
PELAJARAN
Dengan keyakinan yang kuat para pemilik kebun rela berpagi-pagi
dan saling menyeru sesama mereka.
Berangkat menuju kebun-kebun mereka untuk memetik hasilnya.
Merekapun berangkat sambil berbisik-bisik. Itu semua mereka lakukan agar
keberangkatan mereka tidak diketahui oleh orang-orang miskin. Dan agar hasil
panen mereka tidak diminta oleh orang-orang miskin tersebut.
Ketika mereka melihat kebun mereka, yang tadinya mereka yakini
akan di panen, yang mereka sudah membayangkan betapa bahagianya mendapatkan
hasil panen yang berlimpah, mereka tidak mau hasil tersebut diminta oleh orang
miskin Karena takut berkurang.
Saat ini apa yang terjadi, yang mereka saksikan bukan hasil yang
melimpah, melainkan musnah dan sirna. Yang mereka dapati adalah kebun yang
hangus/hancur.
Sahabat Qur’an, bisa kita bayangkan betapa kecewanya para
pemilik kebun tersebut. Melihat kenyataan tidak seperti yang diharapkan.
Namun dibalik kekecewaan tersebut ada hal yang menarik untuk
kita jadikan mau'izhah. Umumnya dalam menghadapi persoalan seperti itu,
orang larut dengan kekecewaan, dan tidak jarang orang mencari-cari penyebab,
sambil mengalamatkan kesalahan kepada orang lain atau dengan kata lain mencari
kambing hitam. Namun berbeda dengan para pemilik kebun tersebut, mereka dengan
cepat berkata, Sesungguhnya kita adalah orang-orang yang sesat.
Melihat hasil tidak seperti yang diharapkan, dan dengan rasa
kecewa tersebut mereka menyadari bahwa semua yang terjadi ini disebabkan karena
mereka telah salah dan sesat.
Kesalahan mereka yang pertama adalah memastikan bahwa besok akan
panen, tanpa menyertakan Allah didalamnya.
Kedua, mereka sudah membayangkan hasil yang belum didapat, dan
takut hasil tersebut berkurang karena diminta orang miskin.
Ini namanya bakhil jiddan (pelit banget). Karena secara umum biasanya
orang pelit Ketika hasil sudah ditangan. Namun mereka belum panen saja sudah
pelit, Bagaimana kalau sudah panen.
Kesalahan inilah barang kali yang membuat mereka menyebut
dirinya dengan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang sesat.
قَالَ
أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُونَ *
Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka: “Bukankah
aku telah mengatakan kepada kalian, hendaklah kalian bertasbih (kepada Tuhanmu) ~
QS 68 – Al Qalam ayat 28 ~
Dari ayat ini dapat kita fahami bahwa kesalahan para pemilik
kebun tersebut sudah diperingatkan sebelumnya oleh Awsathuhum (orang yang bijak
diantara mereka). Namun mereka para pemilik kebun tidak mendengarkan peringatan
tersebut. Dan hasilnya jadilah seperti yang mereka lihat.
Di saat seseorang mendapatkan ujian dan cobaan. di saat
seseorang dalam kesulitan dan kesusahan, di saat seseorang bangkrut, secara
psikologis mereka membutuhkan orang lain yang bisa paling tidak bersimpati
terhadap apa yang mereka hadapi.
Namun di sisi lain, biasanya di masyarakat materialistis di mana
ada kebahagiaan di sana banyak teman dan kawan. Di mana ada kekayaan di sana
banyak sahabat.
Dalam pepatah kita mengetahui adanya ungkapan ‘Teman tertawa
mudah didapat, teman menangis susah dicari’.
Itulah barangkali rahasia dari kata Awsathuhum dalam ayat
diatas, yaitu orang yang bijak, orang yang tulus dan tidak pamrih, orang yang
peduli.
Mereka menolong bukan karena diminta, tetapi karena mereka tahu
bahwa orang lain membutuhkan pertolongan.
Mereka menasehati bukan karena diundang, tetapi mampu membaca
moment yang tepat.
Mereka adalah orang yang tulus, mereka adalah orang yang ikhlas,
mereka adalah orang yang mengerti keadaan dan peduli, mereka adalah orang yang
ingin mencari kebahagiaan dengan membahagiakan orang lain.
Allah tidak menyebutkan nama mereka, Namun Allah mengedepankan
sifat mereka, yaitu Awsath. Awsath secara bahasa adalah orang yang paling
objektif, orang yang lebih bijak, orang yang berada di titik tengah.
Cerita ini mengingatkan kita akan sosok seorang tukang kayu
bakar dalam surat yasin, yaitu habib an-Najjar.
Mudah-mudahan kita semua termasuk dalam kategori kedua orang
ini, yaitu habib An Najjar dan Awsath.
Mereka berdua adalah orang yang meneladani akhlaq Allah yakni
memberi sebelum diminta.
Bersambung ke ayat 29 – 33, in syaa Allah.
Selamat pagi dan selamat berakhir pekan.
No comments:
Post a Comment