MISKIN YANG SESUNGGUHNYA
Dari
Abu Hurairah RA bahawa Rasulullah SAW
bersabda: "Bukanlah orang yang
dikatakan miskin itu orang yang berkeliling meminta-minta kepada manusia satu
dua suap makanan atau satu-dua kurma. Akan tetapi yang dikatakan miskin adalah
orang yang tidak mendapatkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya dan tidak
diketahui kondisi kemiskinannya, lalu ia
diberi sedekah, ia tidak mau meminta–minta sedekah kepada orang-orang”. (HR
Bukhari No: 1385) Status: Hadis Sahih
Kandungan hadits:
1. Kemiskinan bukan suatu penghinaan, karena
rezeki itu karunia Allah yang dibagi dengan kadar yang tidak sama antara
makhluk. Ada yang mendapat banyak dan ada yang sedikit. Kesemuanya mengandung
hikmah di sisi Allah sebagai ujian kepada manusia.
2. Orang yang meminta sedekah dengan
mengharapkan sesuap makanan namun tidak mau berusaha untuk mendapatkan rezeki
untuk keperluan hidup, belum dianggap miskin. Mereka ini pemalas dan bukan
Muslim yang mulia.
3. Meminta sesuap makanan dengan cara meminta
sedekah atau mengemis dengan tidak berusaha, maka akan datang di hari kiamat
dengan wajah tidak berkulit.
4. Orang yang tidak mendapat sesuatu untuk
memenuhi kebutuhannya, tetapi ia tidak mau menampakkan kemiskinannya dengan meminta-minta hingga orang menganggap
ia tidak memerlukan bantuan. Ia memiliki sifat mulia diri dan tidak mahu
menghina diri dengan mengemis atau meminta-minta, dia berusaha bekerja
mendapatkannya. Inilah orang yang benar-benar miskin.
Allah
berfirman: “(Berinfaklah) kepada
orang-orang fakir miskin yang telah menentukan dirinya (dengan menjalankan
khidmat atau berjuang) di jalan Allah (membela Islam) yang tidak berupaya di
muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya kerana mereka
memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat
sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak” ~QS
2 - Al-Baqarah : 273~
5. Semulia-mulia orang yang miskin ialah mereka
yang tidak meminta-minta tetapi sekuat
mungkin bekerja mencari yang halal walaupun pendapatan tidak mencukupi. Namun
untuk meminta-minta, sangat tabu bagi mereka. Mereka inilah yang paling layak
diberi zakat dan dibantu. Mereka layak diberi modal dari zakat, jangan cuma
dikasih 2,5 kg karena hal demikian menyakitkan baginya, tetapi kasihlah modal
untuknya berupa beras 25 ton untuk diputar menjadi modal bergulir.
6.
Kemiskinan bukan alasan untuk meminta-minta, karena meminta dan mengemis itu
adalah pekerjaan yang hina. Jangan termasuk orang yang menghinakan diri, yaitu
ketika bersedekah yang bukan pada tempatnya dengan memberikan uang recehan
kepada pengemis di perempatan jalan atau sekitar lampu lalulintas, karena
selama ini menurut amatan penulis mereka asyik merokok, minum juice, makan dan
minum dengan bangganya selama dibulan Ramadhan ini.
7. Berusaha dan bekerjalah karena itu adalah
pekerjaan mulia. Pekerjaan nya para Nabi, seperti sabda Rasulullah Shalallahu
alaihi wasallam berikut ini.
Dari
al-Miqdam Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Tidaklah seorang (hamba)
memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri), dan
sungguh Nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri)” (HR.
Al-Bukhari)
Firman
Allah Subhanahu wata'ala yang berkaitan dengan tema hadits tersebut, yang
menjelaskan pujian Allah terhadap hamba-Nya yang mencari rizki yang halal,
tetapi tetap khusu dalam menjalankan ketaatan: “Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat
Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada hari
(pembalasan) yang (pada saat itu) hati dan penglihatan menjadi goncang” ~ QS 24 - An-Nuur : 37 ~
No comments:
Post a Comment