Bismillahirrohmanirrohiim
NASEHAT UNTUK ANAKKU –
PEDE AJA LAGI!
Adi anakku yang budiman, kemarin Papa menemui seorang komposer lagu dalam rangka pembuatan suatu jingle untuk Bimoli Spesial. Rizki namanya. Umurnya masih muda, sekitar 30-an. Papa menemuinya dalam studionya yang tidak besar namun lengkap dengan peralatan audio-visual yang mutakhir. Rizki ini ternyata merupakan sosok yang mengagumkan.
Dalam waktu yang relatif singkat Rizki berhasil membuat jingle Bimoli yang
bagus dan pas dengan film iklan yang dibuat sebelumnya. Ketrampilannya dalam
memainkan syntesizer dan alat musik
sungguhan betul-betul luar biasa. Dengan ketrampilan itu dia telah dipercaya
untuk menggubah ratusan lagu untuk sinetron, film dokumentasi dan film iklan.
Orangnya pun enak diajak ngomong. Ramah, dengan wajah penuh senyum dia tampak “enjoy” pekerjaannya.
Menurut ceritanya, dia belajar pada sekolah musik di Amerika. Dia belajar
musik karena memang suka, yang akhirnya menjadi living-nya dengan membuka music
arranger studio. Adi, yang membuat Papa lebih kagum lagi karena Rizki ini
sesungguhnya cacat. Kedua kakinya lumpuh sejak anak-anak dan sekarang kedua
kakinya ditopang oleh sepasang penyangga. Tapi walaupun dalam keadaan demikian,
Rizki tetap memiliki percaya diri alias Pe De yang besar dan berani mengarungi
hidup ini dan malah menjadi orang yang sukses sekali.
Pada suatu makan malam di Hotel River View, Singapore, Papa dan Pak Nyoman
Budi dihibur oleh seorang pemain musik yang serba bisa. Dia bisa main keyboard,
guitar dan sekaligus menyanyi dan diselingi dengan lawakan yang segar. Dalam
melakukan performance-nya dia
berinteraksi secara aktif dengan para penonton. Siapapun boleh meminta lagu
yang diinginkannya. Dan hampir semuanya bisa dilayaninya. Sungguh gembira
penonton dibuatnya. Padahal dia cacat. Persis seperti Rizki. Namun dia juga
memiliki Pe De yang besar, sehingga berani tampil di mimbar dan bisa membuat happy orang lain.
Terakhir, kita bisa tengok almarhum Gus Dur yang terhambat penglihatannya
serta pernah kena stroke, sehingga kedua kaki beliau tidak sekuat seperti orang
sehat. Gus Dur juga memiliki Pe De yang kuat. Dalam keadaan yang serba tidak
normal itu, Gus Dur berani melanglang buana menemui berbagai kepala negara top
dunia dan mengadakan negosiasi dengan mereka demi menyelamatkan negara dan
bangsa ini dari berbagai masalah.
Nah, pertanyaan yang timbul adalah; pantaskah kita, orang-orang yang
normal, sehat tanpa cacat itu merasa kurang percaya diri, yang akhirnya akan
menghambat segala aktivitas kita, sehingga kita tidak mendapatkan kemajuan
dalam hidup kita?
Pernahkah Adi mendengar atau melihat seorang yang keren dan tampangnya
bonafid tapi tak berani tampil di depan umum atau sungguh kikuk kalau harus
melakukan presentasi di depan audience? Atau seorang cewek yang cantik, tapi enggak mau bergaul
karena “merasa” dirinya kurang pinter berbicara dan menciptakan suasana yang
“enak”? Atau berapa banyak kita temui orang-orang yang tidak menemukan pasangan
hidup karena selalu merasa dirinya kurang mampu atau kurang pas buat calon
pasangan hidupnya?
Adi anakku yang saleh, sesungguhnya cukup banyak orang yang dihinggapi rasa
kurang percaya diri. Istilah kedokterannya, mereka dihinggapi minderwaardigheid
complexen (Belanda), inferiority complex (Inggris), rasa rendah diri. Padahal mereka tergolong
manusia tidak kekurangan apa-apa. Mereka sehat, kaya, pandai, well-educated, ganteng, cantik dan
sebagainya. Pendeknya secara fisik mereka perfect,
tapi bathinnya cacat karena terjangkit perasaan ini.
Kalau ditelaah, maka gejala itu adalah hasil perkembangan kepribadian yang
salah arah yang dimulai sejak usia balita. Ini adalah akibat dari cara mendidik
yang represif di mana kreatifitas dan keberanian anak dimatikan. Ini dilarang,
itu tidak boleh, kamu harus begini, jangan begitu. Kalau anak menunjukkan sikap
yang berani, malah ditakut-takuti. Atau bila anak menunjukkan sikap yang tidak
diinginkan orang tua maka ia dikritik, dimarahi atau dihukum. Kalau hal seperti
itu berjalan bertahun-tahun dari masa anak ke masa remaja, maka akhirnya anak akan
memiliki kepribadian yang penurut, kurang berani bergaul, kurang percaya diri
dan penuh keraguan. Ya, kurang Pe De itu.
Adi anakku yang bijak, ada 3 hal utama secara garis besar yang bisa
dilakukan untuk mendidik anak menjadi seorang penuh percaya diri.
PERTAMA, biarkan anak
bebas melakukan apa saja, berikan dia kebebasan untuk mengekspresikan dirinya.
Kala dia masih balita, biarkan dia mengacak-ngacak segala sesuatu,
ngutak-ngatik ini itu dan sebagainya. Biarkan dia “nggelitis” karena memang itulah sikap dasar seorang balita yang
baru mencoba untuk memahami dunia sekelilingnya. Kita cuma mengawasi gerak
geriknya sampai dia melakukan susuatu yang benar-benar membahayakan. Kita mesti
ingat bahwa belajar yang paling bagus adalah dari pengalaman dan kesalahan
sendiri.
Dukunglah minatnya, hobbynya dan sebagainya. Sebagai orang tua tugas kita
hanyalah menjaga jangan sampai dia melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya
dan orang lain. Tanamkanlah budi pekerti dan disiplin sejak dini, serta
bimbinglah dia untuk bisa membedakan baik dan buruk. Menanjak remaja,
jadikanlah dia sebagai seorang “teman”, sehingga komunikasi antar generasi bisa
terjamin, karena anak remaja biasanya perlu teman untuk berbagi rasa dan pengalaman.
Tunjuklah hikmah dari setiap kejadian atau cerita yang dialaminya, supaya
dia belajar memahami hakekat kehidupan ini. Lalu, jadikanlah punishment sebagai usaha terakhir untuk
meluruskan sikapnya yang salah. Usahakan selalu bersikap suportif korektif
ketimbang represif punishment. Pujilah sikapnya yang baik, serta koreksilah
sikapnya yang salah. Dengan ini semua, kita berarti telah mengembangkan EMOTIONAL INTELLEGENCE si anak
KEDUA, bekali dia
dengan ilmu. Yang pasti adalah ilmu pengetahuan yang bisa membuat dia semakin
membuka wawasan berpikir dan mencerna hakekat kehidupan ini. Ilmu pengetahuan
juga harus bisa mendorongnya untuk semakin meningkatkan keimanannya.
Saat ini, persaingan di dunia dalam meraih sukses duniawi semakin ketat.
Orang yang berhasil mendapat suatu job yang prestigious
dan mumpuni adalah orang-orang yang memiliki pendidikan yang tinggi. Sarjana S1
sekarang jumlahnya jutaan, dan banyak yang masih menganggur karena tidak
kebagian pekerjaan. Oleh karena itu doronglah dia untuk terus menimba ilmu dan
fasilitasi dia dan berikan dia motivasi untuk meraih sarjana S2, bahkan S3 guna
meningkatkan profesionalitasnya.
Selain itu kita bisa membekalinya dengan ilmu-ilmu lain seperti kesenian,
bela diri, olah raga, fotografi, yang kesemuanya bisa membuat dia semakin
berguna bagi masyarakat sekelilingnya nanti. Hal kedua ini sama dengan
mengembangkan INTELECTUAL INTELLEGENCE dirinya
KETIGA adalah
mengembangkan sisi spiritual anak dengan menanamkan keimanan sesuai tuntunan
agama Islam sejak dini. Anak harus di-expose
terhadap Sang Pencipta dengan mengenalkan Kebesaran Allah SWT. Anak harus
di-expose terhadap kaidah-kaidah agama Islam yang berkaitan dengan tauhid dan
fiqih.
Salah satu cara terbaik adalah memasukkannya kedalam sekolah yang berbasis
Islam. Sekolah Islam yang bermutu saat ini semakin banyak, sepert Al Azhar, Al
Ikhlas dan masih banyak lagi. Sekolah atau lembaga pendidikan Islam ini mulai
dari play-group, taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kurikulum dari
sejak dini ditekankan untuk menjadi seorang muslim berilmu yang taqwa kepada
Allah SWT.
Di rumahpun orang tua harus memulai memperkenalkan kebiasaan seorang muslim
yang baik, misalnya dengan membiasakan menyapa orang dengan “assalamu’alaikum”,
mengucap “basmallah” saat akan melakukan sesuatu, atau membaca doa-doa pendek
saat akan makan dan tidur. Lalu sholat berjemaah dengan mengajaknya ikut serta,
membaca Al-Qur’an dan mengaji saat dia lebih besar. Hal ketiga ini adalah
mengembangkan SPIRITUAL INTELLEGENCE sebagaimana firmanNya:
“....Dan orang-orang
yang beriman –lelaki dan perempuan- sebagian mereka (adalah) menjadi penolong
bagi yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, mereka taat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” ~ QS 9 – At-Taubah : 71 ~
Adi anakku yang baik, demikian kira-kira usaha yang harus dilakukan untuk
membangun pribadi seorang anak yang penuh percaya diri, berilmu dan beriman.
Siapa tahu anak ini kelak akan menjadi calon pemimpin di masanya dan ikut
menyumbang tenaga dan fikirannya untuk menjadikan bangsa ini bangsa yang
bersyukur. Amin ya Robbal alamin.
Bagaimana pendapat ananda?
Filename: THINK45-PeDe - Jkt, 15/02/2000,
Re-edited:10 September 2009, Ramadhan 1430 H - Copyright 2009 © Mimuk
Bambang Irawan
No comments:
Post a Comment