Waspadai Kebiasaan Berdusta
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik terdapat sebuah dialog antara seorang sahabat dengan Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Lengkapnya sebagai berikut:
و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ صَفْوَانَ
بْنِ سُلَيْمٍ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ جَبَانًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ
لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ بَخِيلًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ
الْمُؤْمِنُ كَذَّابًا فَقَالَ لَا
Telah menceritakan kepadaku Malik dari Shafwan bin Sulaim berkata;
“Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah seorang
mukmin bisa menjadi penakut?” Beliau
menjawab: ‘Ya.” Kemudian ditanya lagi; “Apakah seorang mukmin bisa menjadi
bakhil?” Beliau menjawab: “Ya.” Lalu ditanyakan lagi; “Apakah seorang mukmin
bisa menjadi pembohong?” Beliau
menjawab: “Tidak.” (HR.
Imam Malik No. 1571)
Berdasarkan hadits itu jelas bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wasallam memaklumi jika seorang mukmin memiliki
sifat sebagai penakut. Begitu pula Nabi shallallahu
’alaihi wasallam masih
memaklumi jika seorang mukmin memiliki sifat bakhil. Namun Nabi shollallahu ’alaih wa sallam samasekali tidak membenarkan seorang
mukmin menjadi seorang pembohong alias pendusta. Mengapa demikian?
Di dalam berbagai penjelasan – baik ayat Al-Qur’an maupun hadits
Nabi shallallahu ’alaihi wasallam - selalu
saja sifat kaum munafiqun dikaitkan dengan kebiasaan berdusta. Berdusta
merupakan trademark utama kaum munafiqun.
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ
قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ
لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
“Apabila orang-orang munafiq datang kepadamu, mereka berkata:
“Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. dan Allah
mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui
bahwa Sesungguhnya orang-orang munafiq itu benar-benar orang pendusta.” (QS 63 - Al-Munafiqun : 1)
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًاأَوْ
كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ أَرْبَعَةٍ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ
النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ
أَخْلَفَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada empat hal
yang bila ada pada seseorang berarti dia adalah munafiq atau siapa yang
memiliki empat kebiasaan (tabi’at) berarti itu tabiat munafiq sampai dia
meninggalkannya, yaitu jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, jika membuat
kesepakatan khiyanat dan jika bertengkar (ada perselisihan) maka dia curang”. (HR. Bukhari No. 2279)
Oleh karenanya, sudah sepatutnya orang-orang beriman mewaspadai
sifat dan kebiasaan berdusta. Karena jika seseorang sudah mulai terbiasa
berdusta, maka ia akan distempel Allah menjadi seorang pendusta. Dan pada
gilirannya hal ini bisa menceburkan dirinya ke dalam golongan kaum munafiqun.
Dan sebaliknya, jika ia membiasakan diri untuk selalu berlaku benar atau jujur,
niscaya ia akan dicap oleh Allah sebagai lelaki yang jujur, sehingga ia bakal
digolongkan ke dalam kelompok orang beriman sejati.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ
الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى
يَكُونَ صِدِّيقًاوَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ
الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى
يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa`il dari Abdullah
radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
“Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan
membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur
hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan
mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke
neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan
dicatat baginya sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari No. 5629)
Saudaraku, dalam kehidupan modern dimana fitnah sedemikian
mewabah, sangatlah sulit menemukan sifat jujur di tengah masyarakat.
Sebaliknya, sangat mudah kita jumpai sifat berdusta di sekeliling kita.
Sedemikian langkanya sifat jujur sehingga kita sering mendengar orang berkata: ”Mana bisa maju kalau kita
berlaku jujur terus….. Sudahlah, bersikap realistik sajalah. Kita kadang-kala
memang perlu berbohong…!” Malah,
terkadang kita mendengar orang dengan yakinnya berkata: ”Hanya dengan berbohonglah kita
bakal berhasil di dunia…!”
Orang yang hidup penuh dusta akan menjadi orang yang senantiasa
dilanda keraguan. Sedangkan orang yang hidup selalu berlaku jujur pasti akan
memiliki ketenteraman di dalam hatinya, walaupun ia berresiko dikucilkan.
Demikianlah janji Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا
يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Tinggalkan yang
meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu
ketenangan dan dusta itu keraguan.” (HR. Tirmidzi No. 2442)
Saudaraku, waspadailah kebiasaan berdusta yang menjadi ciri
utama kaum munafiqun. Sebab inilah kelompok manusia yang paling merugi kelak.
Mereka bukan saja bakal bernasib sama dengan kaum kafir, yaitu masuk ke dalam
azab Allah neraka yang menyala-nyala. Tetapi mereka bahkan dimasukkan ke dalam
neraka dengan berada di kapling paling berat siksanya. Dan mereka kekal di
dalamnya, tanpa ada fihak yang bisa menolong.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي
الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِير
”Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
penolongpun bagi mereka.” (QS
4 - An-Nisaa : 145)
No comments:
Post a Comment