7 PENYEBAB
TIMBULNYA SIFAT TAKABBUR
Takabur adalah
sifat buruk. Untuk menghindarinya kita tidak bisa lakukan begitu saja. Tetapi
engkau harus mengetahui penyebab yang mendorong timbulnya takabur. Sebab
takabur itu adalah suatu akibat dari sebab. Jika tak mengetahui sebab, maka
sulitlah engkau mengatasi akibatnya.
Adapun secara
umum, menurut Imam Al-Ghazali dalam
kitab Ihya Ulumiddin, sebab sebab takabbur itu antara lain:
1. Karena ilmu pengetahuan yang dimilikinya
Orang bisa
takabbur karena merasa mempunyai ilmu dan menganggap orang lain lebih bodoh.
Ini penyakit yang sering melanda hati para ulama (orang yang berilmu). Orang
yang berilmu yang takabbur berarti hatinya telah tertutup sehingga tak bisa
menilai kebenaran agama. Ia pandai dalam masalah teori agama, tetapi buta
terhadap syariat, sehingga ia tak sadar kalau takabbur itu mencelakakan dirinya
sendiri.
2. Karena ibadah dan amal shalih yang
dikerjakannya
Sebab, niatnya
bercampur dengan Riya’ (ingin mendapatkan pujian dari makhluk). Takabbur karena
amal ibadah dapat dibedakan menjadi dua bagian; takabbur yang sifatnya duniawi
dan takabbur yang sifatnya berhubungan dengan jalan agama.
Yang sifatnya
duniawi bisa terjadi bila orang yang ahli ibadah dan beramal shalih ini gemar
sekali dikatakan orang bahwa dirinya orang shalih, ahli ibadah, ulama yang
pintar hukum, kyayi yang kharismatik, mubaligh yang terkenal dan segudang \A dapun takabbur
yang sifatnya berhubungan dengan keagamaan yaitu mengira bahwa amal ibadahnya
telah benar-benar sempurna, mengira bahwa ia lebih dekat dengan tuhan
dibandingkan dengan ahli ibadah lainnya.
3. Karena keturunan atau nasabnya
Seseorang yang
mempunyai keturunan terhormat, bangsawan, ulama dan lain sebagainya lebih
berpeluang untuk bertakabbur dibandingkan dengan orang dari keturunan
biasa-biasa saja.
Ia cenderung
memandang remeh terhadap orang lain. Di setiap pergaulan, di setiap majelis ia
selalu menceritakan kakek moyangnya yang mulia, yang terhormat dan yang tekun
beribadah.
4. Karena harta kekayaan yang dimilikinya
Pada setiap ada
majelis dan berkumpul dengan banyak orang, mereka selalu membawa pembicaraan
yang mengarah pada harta kekayaan, bisnis, dagang yang tentunya berakhir dengan
cerita kekayaannya.
Orang yang
bergelimangan harta mudah terseret pada semacam rasa haus ingin dipuji. Ia
merindukan suatu kehormatan dari orang lain karena kekayaannya. Dengan kekayaan
yang dimilikinya, sering kali ia meremehkan orang lain yang hartanya tak
sebanding dengannya. Dan yang lebih berbahaya lagi, sikaya ini tak segan-segan
memperlakukan orang lain (orang miskin) dengan sikap kesewenang-wenangan.
Anggapannya ialah segalanya dapat dibeli dengan uang. Orang lain dengan
mudahnya dapat dipermainkan dengan harta.
5. Karena keelokan wajah yang dimilikinya
Bagi mereka yang
tawadlu’ dan diberi keelokan wajah, sudah tentu ia akan sering dan memperbanyak
rasa syukur kepada Allah. Akan tetapi bagi mereka yang berakhlak buruk/hina,
akan menjadi takabbur bila merasa memiliki wajah yang elok dan bagus. Ia merasa
kalau dirinya yang paling cantik atau tampan, sehingga lagak dan gayanya
berlebih-lebihan. Bahkan karena keelokan wajahnya itu tidak untuk jalan yang
baik, namun digunakan di jalan maksiat, karena merasa memudahkan ia berbuat
zina.
Akibat yang
ditimbulkannya dari takabbur karena keelokan wajah, biasanya suka mengumpat
kekurangan orang lain, lalu tidak menghargai orang lain, menyebut-nyebut aib
dan kekurangan yang dimiliki orang lain.
6. Karena kekuasaannya
Takabbur karena
kekuasaan akan berakibat sangat berbahaya dan membahayakan orang lain. Sebab
ketakabburan ini berakibat adanya tindak kedzaliman (sewenang-wenang). Karena
kekuasaan yang dimilikinya lalu ia berbuat sekehendak hatinya.
7. Karena kaum atau golongannya lebih
banyak
Golongan dan
pengikut yang banyak hanya engkau rasakan di dunia, di akhirat yang menjadi
pengikut setiamu ialah amal kebaikanmu yang diterima Allah. Alim ulama yang
sesat dan pimpinan yang tertipu oleh perasaannya sendiri sering kali takabbur
karena pengikut dan pendukungnya banyak. Golongannya yang besar membuat anggapannya
seolah-olah ia mempunyai kharisma yang agung. Semua itu sungguh akan merusak
jiwa dan menutup kalbu, sehingga lupa jika hanya Allah yang Agung.
Semoga kita
semua dijauhkan Allah dari sifat yang berbahaya dalam amal ibadah tersebut dan
senantiasa tetap tawadlu’ berjalan di muka bumi dan menghadap Allah. Semoga
saudara kita yang berhati takabbur segera mendapat petunjuk atau hidayah dari
Allah, sehingga mereka bisa menebusnya dengan memperbaiki diri. Aamiin.
© 2018,
HarakahIslamiyah.com
No comments:
Post a Comment