ASBABUN NUZUL KE 21
TURUNNYA
SURAH 43 - AZ ZUKHRUF AYAT 31, SURAH 74 AL MUDATSTSIR AYAT 18-23
Kisah Al Walid ibn Al Mughirah – Berandai-andai menjadi Nabi
Sejak Islam memancarkan cahayanya, masyarakat Mekkah terguncang. Beberapa
penduduk Mekkah yang memiliki pikiran dan kesadaran yang lurus segera merapat
masuk Islam, sebaliknya para pemuka Mekkah, merasa kewibawaan dan kemuliaannya
diruntuhkan dan kurban bagi berhala-berhala semakin berkurang. Sejak saat itu
pula Mekkah berubah menjadi medan perseteruan antara dua kekuatan yang berbeda,
yaitu Muhammad dengan pengikutnya dan Pemuka Quraisy.
Upaya menghalangi perkembangan ajaran Muhammad mulai dilakukan, mereka
meminta Abu Tholib ibn Abd. Muthalib, paman dan pelindung Muhammad untuk
menghentikan da’wah Muhammad, namun tidak dituruti Muhammad. Upaya menyiksa
pengikutnya dan menghina Muhammad tidak membuat mereka goyah dan kembali ke
agama nenek moyangnya. Upaya pendekatan kepada Muhammad dengan menawarkan
harta, kemuliaan, pangkat dan wanita, tidak membuat Muhammad tertarik.
Allah SWT menyatakan keadaan itu dalam surah 25 - Al Furqon ayat 31:
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari
golongan orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan
penolong”.
Salah seorang pentolan Quraisy yang sangat memusuhi Rasulullah adalah Al
Walid ibn Al Mughirah. Ia dikenal kaya raya dan kafilah dagang. Kendati
demikian, sebetulnya dalam diri Al Walid timbul kekaguman, ta’jub dan mengakui
keindahan Al Qur’an serta meyakininya bahwa ayat-ayat itu bukanlah syair, tapi
betul-betul Firman Allah. Namun ia sangat membenci Muhammad, karena menurut
pikirannya seharusnya dirinyalah yang pantas untuk mendapat wahyu dan risalah
Tuhan. Sebagai pemuka Mekkah yang kaya raya, terhormat, seharusnya ia yang
menjadi Nabi...!! Bukan Muhammad yang seorang yatim piatu...??
Allah SWT memberitahu RasulNya atas pikiran Al Walid ini dengan turunnya
ayat:
“Wa qaaluu lawlaa nuzzila haadzal qur’aanu ‘alaa rajulim minal qaryataini
‘adhiim”
“Dan mereka berkata: ‘Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang
besar dari salah satu dua negeri (Mekkah dan Thaif) ini?” ~ QS 43 – Az Zukhruf : Ayat 31 ~
Kekaguman
dan pengakuan Al Walid pada ayat-ayat Al Qur’an ini sempat membuat para pemuka
kafir Quraisy berang, namun setelah dijelaskan alasannya mereka percaya
meskipun tetap mengawasi Al Walid.
Suatu
hari para pemuka Quraisy termasuk Al Walid berkumpul membicarakan strategi yang
tepat untuk menghina Muhammad. Mereka sadar Muhammad tidak pernah menyihir,
tidak pernah menjadi dukun, bukan seorang penyair dan bukan pula orang gila.
Yang
jelas dia orang jujur, bijaksana, amanah dan tidak ada keburukan sedikitpun
dalam dirinya. Akhirnya Al Walid memperoleh kata-kata yang dirasakan tepat
untuk menghina Muhammad, yaitu: ‘Muhammad adalah seorang yang memperdaya banyak
orang dan memecah belah keluarga’.
Atas
kelakuan mereka ini Allah memberitahu RasulNya melalui ayat-ayat:
“Innahuu
fakkara wa qaddar. Faqutila kaifa qaddar. Tsumma qutila kaifa qaddar. Tsumma
nadhar. Tsumma ‘abasa wa basar”
“Sesungguhnya
dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah
dia! Bagaimana dia menetapkan?, kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia
menetapkan?, kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan
merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri” ~ QS 74 – Al Muddaththir : Ayat 18-23 ~
Mereka mulai menyebar berita kepada setiap jemaah haji dari luar Mekkah
untuk berhati-hati dengan da’wah Muhammad, karena ia ingin memperdaya dan
memecah belah keluarga mereka.
Namun apa yang mereka lakukan itu tidak menggoyahkan keinginan para jamaah
yang ingin masuk Islam.
Strategi menyebar berita bohong ini menemui kegagalan. Akhirnya Al Walid
mengusulkan gagasan yang sangat gila kepada Abu Thalib, yaitu akan menukarkan
puteranya yang bernama Ammarah ibn Al Walid dengan Muhammad. Tentu saja Abu
Thalib yang masih berpikiran waras menolaknya: ‘Bagaimana mungkin aku
menyerahkan anakku untuk kalian bunuh, sementara aku ambil anak kalian untuk
aku asuh...??!!’
Semestinya kekaguman dan meyakini akan ayat-ayat Al Qur’an, membuat Al
Walid mengimani ajaran Muhammad. Namun syetan telah membuatnya lupa akan
kebenaran. Dirinya semakin geram dengan masuknya Hamzah ibn Abd. Muthalib dan
Umar ibn Khathab mengikuti ajaran Muhammad. Kebencian kepada Muhammad yang
tiada henti-hentinya ini menggerogoti hatinya hingga ajal menjemputnya sebelum
Rasulullah berhijrah ke Yatsrib.
Demikian kisah seorang manusia yang bercita-cita menjadi Nabi mati dalam
kekafiran.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema : Az Zukhruf (43) Ayat 31; Al Mudatstsir (74)
Ayat 18-23 à Al Walid ibn Al Mughirah – Berandai-andai menjadi Nabi.
No comments:
Post a Comment