Kita
Dilimpahkan Rahmat Yang Luar Biasa oleh Gusti Allah SWT
Bagaimana pendapat Ananda?
Saudara-saudaraku
yang dirahmati Allah SWT, Gus Dur mantan presiden kita bisa dijadikankan
cerminan bagi orang yang bersyukur. Kenapa? Karena baru beberapa hari menduduki
jabatan sebagai presiden saat itu, yang menurut keyakinan beliau ini merupakan
amanat dari rakyat, beliau mengumumkan bahwa kelautan bakal digarap
besar-besaran dan akan merupakan sektor andalan bagi ekonomi Indonesia.
Sesungguhnya
laut adalah nikmat Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia. Bangsa ini
selama ini kufur nikmat, karena mengabaikan kelautan dengan potensi yang begitu
besar yang terkandung dalamnya. Laut merupakan 70% bagian wilayah Indonesia.
Begitu besar, dan kita buta melihat anugrah Allah ini.
Justru
rasa syukur ini datang dari seorang Gus Dur yang tidak memiliki penglihatan
yang sempurna, namun tajam dalam melihat sesuatu dengan mata hati. Tak heran
bila Indonesia terus dilanda cobaan yang berat, karena kita khufur nikmat,
sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu.
Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih
~Ibrahim:7~
Adalah
pantas, bila kita semua mestinya ikut bersyukur atas keputusan Gus Dur itu.
Rasa syukur itu adalah ungkapan rasa puas atas karunia Allah, lantas
memanfaatkan karunia Allah itu sesuai tujuan penganugerahanNya, yaitu untuk
sebesar-besarnya kemaslahatan ummat dan kemajuan bangsa.
Khufur nikmat kita di bidang kelautan.
Khufur
nikmat artinya menyembunyikan, menutup-nutupi atau melupakan nikmat Allah.
Itulah yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin di jaman orde baru dan masih
sampai sekarang. Gambaran kekhufuran atas karunia kelautan itu jelas betul.
Antara lain, kaum nelayan selalu miskin, peralatan sederhana tanpa tehnologi
penangkapan ikan sama sekali, sehingga jenis tangkapan kurang berkualitas.
Harga
beli ikan oleh tempat-tempat pelelangan (yang dikelola pemerintah) selalu
dipermainkan. Fasilitas pelabuhan di seluruh tanah air sangat kurang, sehingga
kapal-kapal asing lebih suka berlabuh dan bongkar muat di Singapure ketimbang
Batam atau Priok.
Armada
angkutan laut kita sungguh memprihatinkan. Tidak ada kapal yang baik, selalu
mogok dan tak ada jadwal pelayaran yang pasti. Saya tahu betul bagaimana
sulitnya mengirim barang ke pulau-pulau lain, sehingga sering-sering terjadi
kekosongan barang di luar pulau Jawa.
Kemudian,
sumber protein hewani yang berasal dari ikan, mestinya bisa digali. Tapi
industri pengolahan ikan tidak berkembang, malah nihil sama sekali.
Paling-paling ada home-industry
pengolahan ikan asin, ikan pindang atau kerupuk. Belum ada cukup banyak pengusaha
besar di bidang pengolahan makanan yang berasal dari ikan. Perusahaan
pengalengan ikan tuna yang lumayan besar seperti Muncar dan CIP juga
perkembangannya lambat dan kembang kempis.
Sebuah
survey yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan dan Industri Inggris
menyatakan bahwa di tahun 2000 diperkirakan pasaran dunia akan mampu menyerap
hasil explorasi bahari dengan nilai sekitar 168 milyar poundsterling atau
setara dengan sekitar 1.680 trilyun rupiah!!!
Seandainya
Indonesia bisa memasok hasil laut 5% saja dari jumlah itu, maka berarti kita
menghasilkan devisa sekitar 84 trilyun rupiah. Ini angka yang jauh lebih besar
dari devisa yang kita harapkan dari migas yang nilainya sekitar 44 trilyun
rupiah (Data tahun 1999). Melihat perhitungan yang masuk akal itu kiranya
terbuka mata semua pihak betapa potensialnya laut yang ada di wilayah
Indonesia. Allah berfirman:
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan
(untukmu),
agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang
segar (ikan),
dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan
yang kamu pakai,
dan kamu melihat bahtera berlayar padanya,
dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari
karunia-Nya,
dan supaya
kamu bersyukur.
~An-Nahl:14~
Saudara-saudaraku
yang dirahmati Allah SWT, dalam surah dan ayat tersebut diatas sangat gamblang
betapa Allah menjadikan lautan itu suatu karunia, serta sekaligus memberikan
petunjuk-petunjuk bagaimana kita harus meng-explorasi laut itu.
Setidak-tidaknya kita bisa melihat ada 4 petunjuk tentang arah pengelolaan
kelautan itu.
Pertama, “….agar kamu dapat memakan dari padanya
daging yang segar (ikan)…..”, merupakan petunjuk bagi kita untuk
mengembangkan dan mengandalkan industri perikanan. Untuk itu, kita perlu
membuat perencanaan yang komprehensif tentang pembangunan industri perikanan.
Termasuk dalamnya teknologi muthakir tentang armada penangkapan ikan dan
penyimpanannya (cold storage) serta
pengolahannya.
Juga
memperbanyak pembangunan pelabuhan-pelabuhan khusus perikanan beserta
pabrik-pabrik pengolahan ikan. Setelah ikannya kita tangkap, maka sebetulnya
banyak sekali yang bisa dilakukan. Antara lain menjadi hidangan segar diatas
meja makan atau diolah menjadi makanan dalam kemasan menarik untuk diexpor
seperti krupuk, ikan kering, ikan asin, terasi, petis udang, tanaman laut dan
sebagainya.
Semuanya
sekarang sebetulnya sudah ada, namun kurang dikembangkan menjadi produk
unggulan untuk pasar ekspor. Produk hasil laut lain ialah tepung protein dan
levertraan yang mengandung omega-3 serta bermacam-macam tanaman
laut yang sangat bermanfaat bagi dunia kedokteran-kesehatan dan sangat diminati
oleh dunia barat.
Kedua, “…dan kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai…..”. Sudah lama kita tahu bahwa mutiara
adalah juga hasil laut yang dijadikan perhiasan. Ini juga belum kita garap
dengan serius. Malah yang menggarap potensi kerang mutiara adalah orang-orang
Jepang yang memang ahli dalam bidang itu.
Selanjutnya,
kita memiliki banyak pantai dengan aquarium hidup macam di Bunaken dan
Senggigi. Artinya kita harus mengembangkan pula pariwisata kelautan yang
merupakan “perhiasan” bangsa Indonesia untuk dilihat oleh para turis. Perhiasan
disini juga dapat diartikan sebagai bangunan asri untuk melindungi kita. Dan
memang dalam laut tersedia sumber bahan-bahan bangunan seperti pasir, gravel
dan gelas (silikat).
Ketiga, “…dan kamu melihat bahtera berlayar padanya…..”.
Kita diperintahkan untuk menggarap transportasi laut dengan sungguh-sungguh.
Ini berarti kita harus membangun-bangun pelabuhan yang lebih banyak dan modern,
membangun kapal-kapal pengangkut dan penumpang yang siap berlayar bukan hanya
di lautan Indonesia, tapi juga mengarungi 7 samudra lainnya.
Kita
harus mendidik dan menempa pelaut-pelaut yang tangguh dan profesional. Dengan
banyak kapal-kapal berbendera Indonesia yang melanglang buana, justru akan
merupakan ungkapan rasa syukur kita sebagai bangsa bahari. Pelabuhan-pelabuhan
yang dibangun di berbagai kota pesisir hendaknya dapat disinggahi pula oleh
kapal asing-asing dengan nyaman dan dilayani secara profesional untuk bongkar
muat barang atau penumpang.
Keempat, “….dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari
karunia-Nya,…..” Lautan dititahkan-Nya untuk menjadi sarana untuk
berniaga (mencari keuntungan). Bukan hanya antar pulau dalam negara ini, tapi
juga dengan negara lain diseluruh dunia. Oleh karena itu, kita harus menata
kembali manajemen pelabuhan kita, disamping memodernisasi fasilitas bongkar
muat barang.
Sekarang
banyak kapal asing yang enggan untuk berlabuh di Priok misalnya. Pasalnya
mereka harus menunggu berhari-hari untuk bisa sandar. Setelah berhasil sandar,
banyak pungutan-pungutan liar yang harus dibayar agar barangnya bisa di
bongkar. Bila ingin menggunakan crane
agar unloading-nya cepat, maka ada
ongkos tersendiri. Pendeknya, manajemen pelabuhan kita masih brengsek betul dan
masih menimbulkan high cost bagi
pengusaha transportasi laut.
Di
Singapore, semua berjalan dengan cepat dan efisien. Semua pihak tahu tugas dan
kewajibannya dan melayani setiap kapal yang sandar dengan semestinya, tanpa
dimintai ini itu. Oleh karenanya Singapore menjadi pelabuhan yang berkembang
dengan pesat karena mengutamakan service
quality.
Masih
ada potensi kelautan yang lain yang semuanya bisa kita manfaatkan. Antara lain
sebagai sumber mineral seperti manganes, cobalt, phosphor dan lumpur mineral.
Juga sebagai sumber bahan kimia seperi sodium dan potasium. Sumber energi dari
ombak dan konversi energi panas dan perlu diingat, bahwa sesungguhnya dalam
lautan itu juga terkandung deposit minyak bumi yang luar biasa banyak.
Kebanyakan eksplorasi minyak bumi dilakukan lepas pantai.
Saudara-saudaraku
yang dicintai Allah SWT, seandainya saja para pemimpin kita menjadikan
Al-Qur’an sebagai pedomannya untuk mengelola bangsa ini. Kita bisa yakin bahwa solusi
terhadap persoalan-persoalan bangsa yang lainnyapun pasti dirujuk ke Al-Qur’an.
Insya Allah penyelesaiannya akan ada di situ.
Semoga
para pemimpin kita dan kita semua selalu diberi petunjuk dan kekuatan dalam membangun
bangsa ini menjadi bangsa bahari yang selalu mensyukuri nikmatMu, ya Allah.
Aamiin ya Rabbal alamiin.