Haruskah orang tua kita dititipkan di Rumah Jompo?
Saudara-saudara
yang dirahmati Allah SWT, di Indonesia tampaknya jarang kita temui rumah jompo
yang dikelola oleh lembaga muslim. Rumah jompo di Indonesia kebanyakan dikelola
oleh pemerintah atau lembaga non-muslim. Mengapa?
Dalam
ajaran Islam ada keharusan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita,
sebagaimana titahNya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
~ Al-Israa’ – QS 17 : 23 ~
Sosok
orang tua yang berusia lanjut ditandai dengan kemunduran fisik dan mental.
Fungsi-fungsi tubuh mereka mengalami degenerasi sehingga banyak diantara mereka
menjadi tidak berdaya secara fisik. Badan bongkok dan susah digerakkan,
penglihatan kabur, pendengaran berkurang, gigi geligi satu demi satu tanggal,
fungsi otak dan saraf berkurang, rentan terhadap gangguan penyakit dan sebagainya.
Dari
segi mental kejiwaan mereka juga mengalami kemunduran yang pasti. Kemunduran
mental dan kejiwaan makin terasa manakala ada perasaan kecewa atau rasa
bersalah tentang apa yang dilakukannya di masa lalu. Seringkali mereka merasa
gagal dalam hidup, gagal dalam karir, gagal untuk mendidik anak-anaknya, gagal
untuk membahagiakan keluarganya dsb.
Yang
paling gawat adalah kalau ia merasa tidak ada gunanya menjalani hidup di dunia
selama ini, atau dengan perkataan lain ia gagal dalam menemukan dan menempuh
jalan Allah.
Sebaliknya,
seringkali pula mereka terpaku pada masa lalu yang penuh kenangan yang indah
(tentang keberhasilan, kebahagiaan, keunggulan dalam persaingan, kemampuan
menunjukkan perilaku heroik), sehingga mereka seakan-akan hidup dalam dunia
khayal dan tak mau menerima kenyataan bahwa jaman telah berubah dan mereka
telah uzur. Kesemua ini menjurus kepada pembentukan pribadi yang sensitif.
Oleh
karena itu, titah Allah dapat kita lakukan secara kongkrit dengan memperhatikan
segi fisik mental para orang tua kita, antara lain dengan menghormati
perasaannya, membantunya secara fisik serta membimbingnya untuk terus melakukan
ibadah agar menjadi insan khusnul al-khatimah.
Menghormati perasaannya.
Pribadi
orang tua lebih sensitif ketimbang yang muda-muda. Ambang rangsang orangtua
terhadap sesuatu persoalan semakin turun. Orang tua usia lanjut lebih gampang
sedih, kecewa, merasa tidak dianggap, tersinggung, merasa tidak dihormati lagi
karena tak berdaya.
Pertengkaran
diantara anak-anaknya bisa membuatnya termenung dan sedih. Perceraian salah
satu anaknya bisa membuat ia merasa gagal mendidik anaknya untuk menjadi istri
atau suami yang baik. Anaknya yang jobless
senantiasa menjadi pemikirannya sehingga timbul guilty feelings seolah-olah kegagalan anaknya adalah karenanya. Dan
sebagainya.
Saya
masih ingat betul, betapa sedihnya ibu mertuaku, ketika ia mau ditinggal di
rumah sakit Mitra Keluarga untuk di observasi kesehatannya. Sambil berlinang
air mata beliau hanya berucap: “Mengapa saya ditinggal disini?” tanpa bisa
berbuat apa-apa. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan seorang tua, kalau
anaknya menitipkannya di panti jompo. Ia akan merasa seperti “dibuang” dengan
segala dampak psikologis yang akan timbul, seperti rasa curiga (paranoid), rasa rendah diri yang bisa
mengarah kepada depresi mental.
Sebaik-baiknya
anak adalah, bila ia memelihara orang tuanya dengan menjaga perasaannya.
Buatlah orang tua itu menjadi happy,
dihargai keberadaannya, diperhatikan keperluannya, hindari perkataan-perkataan,
berita-berita atau tindakan-tindakan yang kurang menyenangkannya atau membuat
ia sedih dan menitikkan air mata.
Pendeknya
kita harus membuat orang tua yang sudah jompo itu tetap memiliki semangat untuk
menjalani sisa hidupnya dengan ibadah yang bermanfaat yang bisa memperbanyak
bekalnya ke akhirat.
Membantunya secara fisik.
Orang
tua dengan kemunduran fisik cenderung “terkucil” terhadap dunia luar, karena
mobilitasnya yang menjadi terbatas. Keterkucilan secara fisik ini bila
dibiarkan bisa menjurus ke keterkucilan secara mental yang akan berakibat lebih
fatal bagi kesehatan fisik.
Ini
semacam lingkaran setan yang harus di putuskan dengan cara mengajak orang tua
untuk tetap melakukan kegiatan fisik, walaupun yang ringan sekalipun. Yang
penting ia tidak boleh diam dan dibiarkan malas untuk bergerak. Kita perlu
membantunya, agar ia merasa nyaman.
Menemaninya
duduk-duduk di teras sambil membicarakan hal-hal yang menyenangkan. Mengajaknya
jalan-jalan di depan rumah kalau masih mampu berjalan. Kalau tidak, kita bisa
mendorongnya dalam wheel-chair untuk
menghirup udara segar.
Sekali-kali
mengajaknya rekreasi keluar rumah atau berkunjung ke saudara, sanak keluarga
juga bisa. Sight-seeing, puter-puter
dengan mobil juga perlu untuk menghindari kejenuhan tinggal di rumah.
Kadang-kadang kita perlu membantunya untuk hal-hal yang rutin, seperti
memandikannya, membantunya untuk berdiri, duduk, berjalan atau mengambilkan
sesuatu yang diperlukannya dan menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkannya.
Membimbingnya kearah khusnul al-khatimah.
Kegiatan
yang paling bermanfaat buat orang tua usia lanjut ialah melakukan ibadah
sebanyak-banyaknya sampai maut menjemputnya. Oleh sebab itu sangat bagus kalau
kita membimbingnya ke jalan yang benar dengan ibadah, perbuatan baik dan
dzikrullah.
Kita
harus bisa memotivasi mereka untuk tidak bosan-bosannya memohon ampunanNya,
rahmatNya serta surgaNya. Dengan cara itu diharapkan orang tua kita mencapai khusnul
al-khatimah (kesudahan yang baik).
Secara
kongkrit kita bisa menyediakan sarana yang memudahkannya untuk melakukan
ibadah-ibadah itu. Tempat shalatnya dibuat senyaman-nyamannya agar ia “betah”
shalat dan berdzikir. Tempat wudhu juga dibuat agar memudahkan untuk
melaksanakannya, kalau perlu disediakan air hangat terutama bagi mereka yang
rheumatis. Untuk meningkatkan iman bisa dipanggilkan ustadz secara rutin.
Memperbanyak bacaan mengenai ketauhidan disamping Al-Qur’anul Karim.
Memperbanyak membaca tafsir dan sebagainya.
Saudara-saudara
yang dimuliakan Allah SWT, semua diatas sebenarnya merupakan sarana bagi
kita-kita yang lebih muda untuk melatih diri dalam meningkatkan kesabaran dan
keikhlasan kita melalui penghormatan kita kepada orang tua kita. Disini
terbukti lagi betapa Al-Qur’an menyiratkan adanya kesempatan bagi kita untuk
beramal saleh dan memperoleh pahala yang kita perlukan untuk bekal kita
mencapai akhirat dengan selamat. Kuncinya adalah kesabaran dan keikhlasan.
Jadi, buat apa rumah jompo itu, kalau memang kita semua berniat untuk
memelihara orang tua kita sampai akhir hayatnya?
Sebagai
tambahan, Prof. Dr. dr. H. Dadang
Hawari, psikiater dalam bukunya “Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa” menyatakan betapa besarnya pengaruh agama terhadap
kehidupan di usia lanjut. Pengamatannya menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Lanjut
usia yang non-religius angka kematiannya dua kali lebih besar dari pada yang
religius
2.
Lanjut
usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dari pada yang
non-religius
3.
Lanjut
usia yang religius lebih kebal dan lebih tenang menghadapi operasi ketimbang
yang kurang atau non-religius
4.
Lanjut
usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres dari pada yang kurang
atau non-religius, sehingga gangguan mental emosional lebih kecil
5.
Lanjut
usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat terakhir (sakratul maut)
dari pada yang kurang atau non-religius
Oleh
karena itu sangatlah perlu bagi kita, sebelum kita sendiri jompo, untuk
memperdalam ajaran Islam itu -- baik sebagai agama, maupun sebagai ilmu yang
berpedoman pada Al-Qur’an --, agar hari tua kita dapat kita lalui dengan tenang
dan penuh manfaat bagi orang-orang disekeliling kita.
Amien,
ya Rabbal alamin.
Bagaimana
pendapat Anda?
Penulis:
H. R. Bambang Irawan