TURUNNYA SURAH 80
– AL ABASA AYAT 1 - 11
Kisah Abdullah ibn Ummi Maktum yang menyebabkan Allah subhanahu wa ta’ala menegur
RasulNya
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang
buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari
dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi
manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar
Mekkah), maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia
tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan
bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sesungguhnya ia takut kepada (Allah),
maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)...! Sesungguhnya
ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan”. ~ QS 80 – ‘Abasa : 1-11 ~
Kisahnya:
Abdullah ibn Ummi Maktum sebetulnya masih kerabat dari Sayyidah Khadijah.
Dia sejak kecil sudah kehilangan penglihatannya namun mata bathin-nyalah yang
membimbing dan memandunya kemanapun ia pergi. Selain itu Allah Subhanahu wa ta’ala
menganugerahinya cahaya keimanan yang menerangi relung hatinya.
Abdullah ibn Ummi Maktum bukanlah pembesar Mekkah, bukan pula penyair.
Namun namanya cukup dikenal luas oleh penduduk Mekkah. Ketika ia berjalan
dengan tongkatnya, orang-orang selalu memperhatikan dan mengawasinya. Kalau dia
bicara, suaranya renyah dan pembicaraannya enak didengar.
Abdullah ibn Ummi Maktum juga tahu bahwa telah datang agama baru dan
Muhammad ibn Abdullah suami dari Khadijah kerabatnya, telah diutus sebagai
Rasul Allah. Dia berusaha mencari tahu ajaran yang disampaikan Muhammad itu,
mengikuti perkembangannya, mengetahui keislaman Hamzah ibn Abdul Muthalib paman
Muhammad dan mengetahui pula semakin banyaknya orang yang masuk Islam.
Pada suatu hari Rasulullah sedang duduk berhadapan dengan Al Walid ibn Al
Mughirah, seorang pemuka Mekkah beserta pemuka-pemuka Quraisy lainnya yang
memusuhi Rasulullah. Beliau sedang menjelaskan hakekat ajaran Islam yang
dida’wahkan kepada mereka.
Dengan tegas Rasulullah menyatakan bahwa orang kafir dan penentang
seruan-seruannya diancam dengan siksa neraka, sementara bagi yang beriman dan
mentaati ajaran Islam akan mendapatkan ni’mat surga. Tak lupa beliau juga
mengingatkan bahwa tradisi menyembah berhala-berhala merupakan tradisi yang
sesat dan rusak. Beliau berharap Allah Subhanahu wa ta’ala akan memberi hidayah
kepada mereka. Namun para pemuka Mekkah itu tetap berpaling dan menolaknya.
Ketika Rasulullah sedang berbicara itulah datang Abdullah ibn Ummi Maktum
dan berseru: “Wahai Rasulullah...”. Dia datang ke rumah Al Arqam tempat
Rasulullah berda’wah untuk menemuinya. Saat dia menyeru, tentu saja dia tidak
mengetahui bahwa Rasulullah sedang berbicara dengan para pembesar Mekkah.
Saat itu Rasulullah tidak meresponnya, Abdullah kembali menyerunya: “Wahai
Rasulullah...ajari aku yang Allah ajarkan kepadamu...!!”
Sekali lagi Rasulullah tidak meresponnya karena dia sedang fokus berusaha
meyakinkan para pemuka Mekkah akan ajarannya. Karena Abdullah ibn Ummi Maktum
tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan Rasulullah dan mengira Rasulullah
tidak mendengarnya, sekali lagi ia berseru: “Wahai Rasulullah ajari aku...!!”.
Rasulullah tetap larut dalam pembicaraannya menjelaskan Islam kepada para
pemuka Quraisy. Tanpa putus asa Abdullah ibn Ummi Maktum berseru lagi: “Wahai
Rasulullah, bacakanlah kepadaku Al Qur’an”.
Rupanya Rasulullah terusik oleh suara Abdullah ibn Ummi Maktum yang
berulang-ulang menyerunya, sementara beliau sedang berbicara, hingga beliau
terlihat kesal. Wajahnya cemberut dan dahinya berkerut menggambarkan kekesalan
karena ada orang yang menyela pembicaraan dengan para pemuka Mekkah.
Rasulullah berpandangan, keislaman para pembesar Quraisy jauh lebih
bermanfaat bagi Islam daripada keislaman seorang Abdullah ibn Ummi Maktum.
Beliau sedang berusaha meyakinkan mereka, meskipun mereka tetap saja berpaling
darinya. Karena itu beliau tidak merespon panggilan Abdullah.
Karena merasa kesal seruannya diabaikan, Abdullah ibn Maktum memegang erat
tongkatnya lalu pergi meninggalkan Rasulullah saw. Dia sangat berduka mengingat
kehadirannya tidak digubris, padahal ia telah menempuh perjalanan cukup jauh
dalam keadaan buta.
Sepeninggal para pembesar Quraisy, Rasulullah merenung dan saat itu
teringatlah pada suara yang menyeru ketika dia sedang bicara panjang lebar
dengan para pemuka Quraisy. Beliau menyadari kesalahannya dan merasa yakin
bahwa Abdullah ibn Ummi Maktum tentu tersinggung dengan diabaikan seruannya.
Beliau langsung pergi mencari Abdullah ibn Ummi Maktum. Disaat beliau
berjalan mencari-cari Abdullah ibn Ummi Maktum, Allah Subhanahu wa ta’ala
menurunkan ayat-ayat Al Qur’an:
“’Abasa watawallaa. An jaa ahul a’maa. Wa maa yudriika la’allahuu
yazzakkaa. Aw yadzdzakkaru fatanfa’ahudzdzikraa. Ammaa manistaghnaa.
Faantalahuu tashaddaa. Wamaa ‘alayka allaa yazzakkaa. Wa ammaa man jaa akayas’aa.
Wahuwa yakhsyaa. Fa anta ‘anhu talahhaa. Kallaa innahaa tadzkirah”
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang
buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari
dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi
manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar
Mekkah), maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia
tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan
bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sesungguhnya ia takut kepada (Allah),
maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)...! Sesungguhnya
ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan”. ~ QS 80 – ‘Abasa : 1-11 ~
Rasulullah yakin bahwa ayat itu merupakan suatu teguran dari Allah Subhanahu
wa ta’ala karena mengabaikan Abdullah ibn Ummi Maktum. Ayat ini mengingatkan
bahwa kekurangan fisik seseorang yang didalamnya ada keinginan untuk beriman,
jauh lebih mulia daripada seseorang yang kuat, terhormat tapi tidak ada
keinginan untuk beriman. Dimata Allah hanya orang-orang yang berimanlah yang
paling utama.
Menyadari kekeliruannya Rasulullah mengutus seseorang untuk mencari
Abdullah dan memintanya agar menemui beliau. Ketika Abdullah ibn Ummi Maktum
datang, Rasulullah menyambutnya dengan suka cita dan bersabda: “Selamat datang
wahai orang yang karenanya aku ditegur Allah....”, kemudian Rasulullah
membentangkan selendangnya sambil mempersilahkan Abdullah duduk diatasnya.
Abdullah ibn Ummi Maktum merasa senang bahwa dia begitu diperhatikan
Rasulullah, bahkan kedatangan yang tidak digubris tadi membuat Rasulullah
mendapat teguran Allah Subhanahu wa ta’ala.
Pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah, Abdullah ibn Ummi Maktum sudah
lebih dahulu hijrah bersama Mush’ah ibn Umair untuk mengajarkan Al Qur’an
kepada penduduk Madinah. Karena keterbatasan penglihatan, Rasulullah melarang
Abdullah ibn Ummi Maktum untuk ikut berjihad dengan pasukan Muslim lainnya.
Karena kuatnya keinginan Abdullah untuk berperang, maka suatu kali Rasulullah
mengijinkan dia ikut berperang melawan pasukan Persia. Abdullah ibn Ummi Maktum
diberi tugas memegang panji muslim serta dengan suaranya yang nyaring dia
disuruh membakar semangat juang kaum Muslimin. Akhirnya perang itu dimenangkan
oleh kaum Muslimin. Alangkah bahagianya perasaan Abdullah ibn Maktum yang telah
ikut berperang membela panji Islam.
Ada cerita menarik dari perjalanan kisah Abdullah ibn Ummi Maktum, yaitu
pada suatu hari ketika Abdullah ibn Ummi Maktum sedang berjalan-jalan menyusuri
kota Madinah, ia dihampiri seorang wanita Yahudi yang sepertinya berniat baik
untuk menolongnya. Wanita Yahudi itu sangat mengenal Abdullah, karena ia sering
mendengar Abdullah adzan kedua setelah Bilal.
Wanita itu berkata: “Hai orang tua, engkau telah berikrar menerima Islam
dan mengikuti Muhammad...Jika engkau meyakini kebenarannya, bisakah Muhammad
atau Tuhannya mengembalikan penglihatanmu...?”
Abdullah ibn Ummi Maktum terkesiap kaget, namun si wanita masih melanjutkan kata-katanya: “Isa Almasih bisa menyembuhkan
orang yang buta, sementara Nabi Musa dapat memancarkan air dari bebatuan,
mengeluarkan kaumnya dari kekejaman Fir’aun... Tetapi Rasulmu, Muhammad
ternyata membiarkanmu tetap buta, kau kesulitan berjalan... Aku yakin jika kau
tinggalkan agamamu dan beralih mengikuti agama kami, niscaya kebutaanmu dapat
sembuh... Musa akan mengembalikan penglihatanmu”.
Abdullah ibn Ummi Maktum tidak dapat menahan kegeramannya mendengar
penghinaan itu, tangannya yang sedang memegang tongkat melayang memukul kepala
wanita itu hingga berdarah. Rasulullah mendengar kejadian ini dan meminta
penjelasan Abdullah. Setelah mendengar penjelasannya, Rasulullah bersabda:
“Allah telah menjauhkannya darimu”.
Abdullah ibn Ummi Maktum sampai akhir hayatnya tetap bermukim di Madinah.
Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala merahmatinya. Aamiin.
Bekasi, 15 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 6 Maret 2015.
Subhanallah.
ReplyDelete