TURUNNYA SURAH 3 – ALI IMRAN
AYAT 169 – 170
Kisah Mush’ab
ibn Umar - Utusan Rasulullah ke Yatsrib.
Ia seorang pemuda yang tampan, putra saudagar kaya raya,
berpakaian mewah, wangi, mudah bergaul dan menawan setiap wanita seantero
Mekkah. Meskipun ayah ibunya memanjakannya dengan harta, perhiasan dan pakaian,
namun tidak membuat dirinya sombong, bahkan dengan harta yang dimilikinya ia
sangat dermawan dan toleran pada yang membutuhkannya. Itulah Mush'ab ibn Umar.
Mush'ab sangat mengenal sifat Muhammad ibn Abdullah yang
jujur, amanah, cerdas dan bijaksana, sehingga saat Muhammad secara
terang-terangan menyeru manusia untuk menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa dan
meninggalkan berhala-berhala, maka dengan mudah Mush'ab menerimanya. Diam-diam
dia datang menemui Muhammad dan langsung menyatakan keislamannya. Tidak ada
kekhawatiran pada dirinya ketika memeluk agama Islam, kecuali Khannas,
ibunya. Ia wanita terpandang di Mekkah, berwatak keras, teguh pendirian
serta disegani dan dihormati semua orang.
Meskipun sembunyi-sembunyi, akhirnya keislaman Mush'ab
diketahui juga oleh ibunya, berkat informasi dari Utsman ibn Thalhah, seorang
kafir pemegang kunci Ka'bah yang memergoki Mush'ab berkumpul dengan pengikut
Muhammad di Al Arkam.
Tentu saja keislaman Mush'ab ini merupakan tamparan telak
bagi ibunya, dengan wajah geram dia memarahi Mush'ab habis-habisan, mengusirnya
tanpa membawa barang apapun, seakan-akan pada hari itu kasih sayang ibu terhadap
anaknya musnah tanpa jejak. Ibunya bersekongkol dengan kafir Quraisy untuk
menyiksa dan mengurungnya tanpa makanan. Pada awalnya Mush'ab merasa tersiksa
dengan kehidupannya yang bertolak belakang dengan kehidupan sebelumnya, tapi
itu tidak menyurutkan dirinya untuk mengingkari keyakinannya bahkan keimanannya
akan Islam semakin kuat.
Ketika ajaran Islam yang dibawa para utusan yang telah
dibaiat di Aqobah, mulai berkembang di Yatsrib, mereka memerlukan seseorang
yang bisa memberi pemahaman. Rasulullah mengutus Mush'ab ke Yatsrib, karena
dianggap cakap dan menguasai ajaran agama. Di Yastrib ia menetap dirumah As'ad
ibn Zararah dan sejak kedatangan Mush'ab, rumah As'ad seakan Ka'bah yang tiap
hari ramai dikunjungi orang untuk belajar Islam.
Saat perang Badar dan Uhud, Mush'ab dipercaya membawa
panji Islam dan ketika mendengar Rasulullah terluka bahkan dikabarkan meninggal
ia berteriak menyemangati pasukannya "Muhammad itu tidak lain hanyalah
seorang Rasul dan sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul".
Namun Allah berkehendak, Mush'ab yang dibenci ibunya
dikeroyok kafir Quraisy dan syahid di medan Uhud bersama paman Rasulullah
Hamzah ibn Abd Muthalib dan Abdullah ibn Jahsy. Untuk menghibur Rasulullah dan
kaum Muslim, Allah menurunkan ayat :
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ /
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوابِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Walaa tahsabannalladziina qutiluu fii sabiilillaahi
amwaataa bal ahyaa un ‘indarabbihim yurzaquun. Farihiina bimaa aataahumullaahu
min fadhlihii wayastabsyiruuna billadziinalam yalhaquubihim min khalfihim allaa
khaufun ‘alaihim walaahum yahzanuun”.
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur
di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan
mendapat rezeki*). Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah
yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang
yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka**), bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.” ~ QS 3 – ‘Ali
‘Imran : Ayat 169-170 ~
*) Hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini.
Mereka mendapatkan berbagai keni’matan di sisi Allah. Dan hanya Allah sajalah
yang mengetahui bagaimana keadaan hidup di alam lain itu.
**) Teman-temannya yang masih hidup dan tetap berjihad di
jalan Allah.
Demikian kisah Mush'ab pemuda yang karena keislamannya
rela meninggalkan kehidupan yang bergelimang harta dan keni’matan, namun Allah
menetapkannya sebagai syuhada. Semoga Allah SWT meridloinya.
No comments:
Post a Comment