TURUNNYA SURAH
16 – AN NAHL AYAT 126 - 127
Kisah Hamzah ibn Abdul
Muthalib – Pimpinan para syuhada.
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka
balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan
tetapi jika kamu bersabar, sesunggguhnya itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka
tipu dayakan”. ~ QS 16 – An Nahl : 126 dan 127 ~
Mereka
adalah dua sekawan dengan usia yang berdekatan. Dua saudara yang sama-sama
disusui Tsuwaidah, budak perempuan Abu Lahab. Keduanya keturunan Abdul Muthalib
seorang pemimpin Mekkah yang terpandang. Yang satu adalah puteranya dan yang
satu lagi adalah cucunya. Dialah Hamzah putera Abdul Muthalib yang
merupakan paman Muhammad cucu Abdul Muthalib.
Kedua
sebaya bersaudara ini adalah teman sepermainan sejak kecil, saling menyayangi
dan melindungi. Hanya setelah menginjak remaja keduanya berbeda kesukaan.
Hamzah lebih suka berburu, mengembara dengan bekal tombak dan panah, menjelajah
padang pasir untuk mencari hewan buruan. Ia tumbuh menjadi pemuda yang tangkas,
cekatan dan tidak kenal rasa takut sehingga semua orang segan kepadanya.
Sementara
Muhammad sejak remaja telah ikut berdagang bersama Abu Tholib pamannya. Karena
kepiawaiannya berdagang, dengan usia yang masih muda ia dipercaya menjadi
pimpinan Kafilah dan dipercaya pula oleh Khadijah untuk menjual dagangannya.
Allah menyelamatkan dia dari kehinaan dan kesesatan jahiliah untuk menyembah
berhala-berhala dan menuntunnya menapaki jalan kebenaran. Ia sering merenung dan
memikirkan ‘siapakah yang menciptakan alam semesta dan seisinya, mengamati
terbit dan tenggelamnya matahari dan bulan...’. Dia meyakini akan adanya Tuhan
yang menciptakan dan mengaturnya bukan patung dan berhala-berhala yang terbuat
dari batu dan kayu.
Pada saat
Muhammad diangkat menjadi Rasulullah, seyogyanya orang yang pertama menerima
seruannya adalah Hamzah sebagai saudara dan sahabat dekatnya. Meskipun ia belum
menerima seruan Muhammad namun sebagai saudara dan sahabat, Hamzah tetap setia
melindungi Muhammad bersama kakaknya Abu Thalib. Sebenarnya jauh di dalam hati
Hamzah telah tumbuh benih keimanan terhadap risalah agama yang dibawa Muhammad,
namun ia bersama Abu Thalib, merasa khawatir kalau dirinya akan disebut
penghianat tuhan nenek moyangnya.
Suatu hari,
ketika Hamzah pulang dari berburu, ia diberitahu seorang budak bahwa Muhammad
keponakannya sedang dihina dan diperlakukan tidak senonoh oleh Abu Jahal di
Masjidil Haram. Hamzah tahu bahwa Abu Jahal sering sekali mengolok-olok dan
menghina Muhammad, tapi selama ini Hamzah masih membiarkannya. Rupanya
pembiaran ini semakin membuat beraninya Abu Jahal menghina Muhammad. Sebagai
saudara ia geram dan ingin mengakhiri perlakuan Abu Jahal kepada Muhammad.
Dengan muka merah menahan marah, Hamzah menegur Abu Jahal dan memukulnya hingga
muka Abu Jahal bersimbah darah. Beberapa
kerabat Abu Jahal bangkit dan berusaha akan mengeroyokinya, namun dihalangi Abu
Jahal karena ini akan menimbulkan perang antara Bani Hasyim dan Bani Makhzum.
Melihat
kemarahan Hamzah, salah seorang keluarga Makhzum kaget dan berkata: “Hai
Hamzah...!! Jangan-jangan kau telah murtad dari agama nenek moyangmu dan
mengikuti agama Muhammad...!!”.
Berkat
hidayah Allah, teguran ini menyadarkan Hamzah, tiba-tiba terbetik keinginan
kuat untuk menemui Muhammad dan menyatakan keislamannya. Tanpa ragu-ragu lagi
dia menjawab: “Siapa yang akan menghalangi keinginanku...? Aku sudah mantap
untuk bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Segala apa yang dikatakan
Muhammad adalah kebenaran, yaitu bahwa Tuhan yang patut disembah adalah Allah.
Aku tidak bisa menarik keinginanku. Ayo halangi aku jika kalian bisa...??”.
Semua orang terkejut dan takjub bahwa singa Mekkah telah menyatakan
keislamannya.
Meskipun
setan terus membisikkan keraguan pada diri Hamzah, namun Allah terus
menuntunnya sehingga setelah berhadapan dengan Rasulullah dia langsung
mengucapkan dua kalimah syahadat. Keislaman Hamzah dan Abdul Muthalib tentu
saja menambah kekuatan pada kaum Muslim, apalagi setelah ditambah keislaman Umar
ibn Al Khatab menambah jerih kaum kafir untuk menyakiti kaum Muslim.
Pada saat
Perang Badar Hamzah berhasil membunuh salah seorang pentolan kafir Quraisy,
yaitu Utbah beserta adik dan anaknya. Kematian Utbah, paman dan adiknya ini
sangat menyakitkan puteri Utbah yang bernama Hindun. Dia sangat dendam dan
menyewa seorang budak bernama Wahsyi Al Habsyi untuk dapat membunuh Hamzah pada
kesempatan perang berikutnya dengan imbalan kemerdekaan baginya dan emas serta
barang berharga lainnya.
Pada saat
Perang Uhud, singa Muslim yang dengan gagah perkasa sedang berhadapan dengan
kaum musyrik, dibokong dari balik batu oleh Wahsyi dengan melontarkan tombaknya
ke dada Hamzah. Hindun yang dikabari Wahsyi bahwa Hamzah telah dibunuhnya
bergegas mendekati medan perang, mencari jasad Hamzah, mengeluarkan jantungnya,
mengunyahnya dan memuntahkannya. Dia juga menyuruh orang-orangnya untuk
memutilasi jasad Hamzah sehingga tanpa hidung dan telinga.
Alangkah
marah dan berdukanya Rasulullah dan kaum Muslim begitu melihat jasad pamannya
yang ia cintai syahid dengan jasad yang sudah tidak sempurna lagi. Saking
murkanya Rasulullah bersumpah: “Seandainya kelak Allah memenanganku atas
Quraisy, niscaya akan kulakukan pada 70 orang diantara mereka seperti yang
mereka lakukan kepada Hamzah”. Begitu pula kaum Muslim mengucapkan sumpah yang
lebih ganas: “Kelak, ketika Allah memenangkan kami atas mereka, akan kami rusak
jasad mereka dengan kerusakan yang tidak ada tandingannya di tanah Arab”.
Namun Allah
SWT, segera menyuruh Malaikat Jibril untuk menyampaikan ayat sebagai berikut:
“Wa in
‘aaqabtum fa’aaqibuu bimitsli maa’uuqibtumbih. Wa lain shabartum lahum khairul
lishshaabiriin. Washbir wa maa shabruka illaa billaahi wa laa tahzan ‘alaihim
wa laataku fii dhaiqim mimmaa yamkuruun”.
“Dan jika
kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan
yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesunggguhnya itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan
tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu
bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada
terhadap apa yang mereka tipu dayakan”. ~ QS 16 – An Nahl : 126 dan 127 ~
Ketika bibi
Rasulullah atau adiknya Hamzah yaitu Shafiyyah bint Abdul Muthalib menanyakan
jenazah Hamzah kakaknya, Rasulullah tak kuasa untuk menjelaskannya hingga
jenazah syuhada yang beliau cintai itu dimakamkan bersama-sama para syuhada
lainnya di tanah Uhud. Semoga Allah merahmati syuhada Hamzah.
Bekasi, 24 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 15 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema : An Nahl (16) - Ayat 126, 127 à Hamzah ibn Abdul Muthalib – Pimpinan para syuhada
No comments:
Post a Comment