SEPASANG SEPATU
Alkisah ada seorang bapak tua hendak menaiki bus. Pada saat ia
menginjakkan kakinya ke tangga bus, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke
jalan.
Sementara itu pintu bus lalu tertutup dan bus langsung bergerak,
sehingga si bapak tua tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi.
Dengan tenang si bapak tua itu melepas sepatunya yang sebelah
dan melemparkannya keluar jendela. Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat
kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua
”Mengapa bapak melemparkan sepatu yang sebelah juga?”.
Si bapak tua sambil tersenyum menjawab ringan: “Supaya siapapun
yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya, itu sepatu baru dan bagus. Jangan
sampai sepatuku kehilangan pasangannya.
Sepatu adalah pasangan terbaik, coba perhatikan saja:
• Bentuknya pasangannya tak persis sama namun serasi. Ada ribuan
sepatu di depan mesjid, pasangannya cuma satu.
• Saat dipakai berjalan gerakan bisa berbeda tapi tujuannya
sama. Kiri-kanan!, kiri-kanan! Tujuannya sama.
• Tak pernah menuntut untuk berganti posisi, namun saling
melengkapi. Yang satu loncat, yang lain pun mengikuti.
• Selalu sederajat tak ada yang lebih rendah atau tinggi. Satu
naik tangga pasangannya mengikuti
• Bila yang satu hilang yang lain tak memiliki arti.
Si Anak muda masih penasaran. “Tapi bapak koq tidak kelihatan
susah kehilangan sesuatu walaupun sepatu punya nilai yang tinggi?”.
Si Bapak tersenyum santai. “Ah, Anak muda ketahuilah, HARTA Cuma
TITIPAN. NYAWA Cuma PINJAMAN. Allah Subhahana wa ta’ala bisa mengambilnya
sewaktu-waktu.”
Untuk direnungkan:
Kehilangan tidak bisa pilih-pilih. Bisa kehilangan SIAPA
SAJA, APA SAJA. Dan KAPAN SAJA.
Musibah, rejeki, dan berbuat salah itu Qadar Allah yang pasti
dialami. Bersyukur bagi orang yg beriman diberikan cara menangkalnya.
Kita mendapat musibah supaya kita bersabar dan tawakal. Mendapat
rejeki supaya bersyukur. Berbuat salah supaya segera bertaubat dan
meminta maaf.
Intinya, orang beriman tetap berbahagia menghadapi Qadarnya.
Semoga bisa menjadi renungan yang bermanfaat.
Wasallam, Mimuk Bambang Irawan,
Jakarta, 5 April 2015
No comments:
Post a Comment