TURUNNYA SURAH 58 – AL MUJAADILAH AYAT 1 – 4
Kisah Khaulah binti Tsa’labah – Perempuan
yang menggugat Rasulullah saw.
[1]“Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Mha Mendengar lagi Maha Melihat.
[2]Orang-orang yang men-zihar isterinya di
antara kamu, (menganggap isterinya) sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri
mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang
melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu
perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.
[3]Orang-orang yang men-zihar isteri
mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka
(wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu
bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
[4]Barangsiapa yang tidak mendapatkan
(budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum
keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan
enam puluh orang miskin. Demikikanlah supaya kamu beriman kepada Allah dan
RasulNya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang
sangat pedih”. ~ QS 58 – Al Mujadalah : Ayat 1-4 ~
Khaulah bin Tsa’labah menikah dengan Aus
inb Al Shamit yang usianya jauh lebih tua dan semakin tua semakin
sensitif. Suatu hari keduanya bertengkar
dan makin lama makin sengit, sehingga saat dibakar amarah Aus mengucapkan
kata-kata yang sangat fatal: ‘Wahai Khaulah engkau bagiku seperti punggung
ibumu’.
Dalam adat jahiliyah kata-kata menyamakan
isteri dengan ibunya itu sangat fatal, artinya suami telah ‘men-zihar/mentalak’
isterinya. Diantara keduanya telah terjadi perceraian.
Aus ngotot bahwa sekarang keduanya sudah
hidup bukan dijaman jahiliyah lagi, sehingga hukum itu sudah tidak berlaku,
sebaliknya Khaulah berpendirian hukum itu tetap masih berlaku.
Khaulah akhirnya mengadu kepada Rasulullah
dan beliaupun membenarkan kata-kata Khaulah bahwa keduanya sudah bercerai dan
menyuruh Khaulah menjauhi Aus suaminya.
Khaulah bingung karena Aus yang sudah tua
sangat membutuhkan dirinya. Tiba-tiba dalam diri Khaulah ada dorongan untuk
menghadap ke langit seraya berdo’a: “Ya Allah kepadaMu aku mengadu atas cobaan
ini. Aku sulit meninggalkan seseorang yang membutuhkanku dan kembalikanlah
kebahagiaan kami berdua”.
Allah mendengar do’anya dan seketika itu
pula Allah mewahyukanj ayat kepada Rasulullah:
“Qad sami’allaahu qaulallatii tujaadiluka
fii zaujihaa wa tasytakii ilallaa. Wallaahu yasma’u tahaawurakumaa. Innallaaha
samii’um bashiir. Alladziina yudhaahiruuna minkum min nisaa ihim maahunna
ummahaatihim. In ummahaatuhum illallaa ii waladnahum. Wa innahum layaquuluuna
munkaram minal qauli wazuuraa. Wa innallaaha la’afuwwun ghafuur. Walladziina
yudhaahiruuna min nisaa ihim tsumma ya’uuduuna limaaqaaluu fatahriiru raqabatim
min qabli ayyatamaassaa. Dzaalikum tuu’adhuunabih. Wallaahu bimaa ta’maluuna
khabiir. Famallam yajid fashiyaamu syahraini mutataa bi’aini min qabli
ayyatamaassaa. Famallam yastathi’ faith’aamu sittiina miskiina. Dzaalika
litu’minuu billaahi wa rasuulih. Wa tilka huduudullaah. Wa lilkaafiriina
‘adzaabun aliim”.
[1]“Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Mha Mendengar lagi Maha Melihat.
[2]Orang-orang yang men-zihar isterinya di
antara kamu, (menganggap isterinya) sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri
mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang
melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu
perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.
[3]Orang-orang yang men-zihar isteri
mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka
(wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu
bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
[4]Barangsiapa yang tidak mendapatkan
(budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum
keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi
makan enam puluh orang miskin. Demikikanlah supaya kamu beriman kepada Allah
dan RasulNya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan
yang sangat pedih”. ~ QS 58 – Al Mujadalah : Ayat 1-4 ~
Setelah mendengar ayat-ayat itu senanglah
hati Khaulah, namun sayangnya dia tidak memiliki budak, suaminya juga tidak
akan mampu berpuasa selama 2 bulan berturut-turut dan karena miskinnya ia tidak
mampu memberi makan 60 orang.
Rasulullah akhirnya menyuruhnya
men-sedekahkan 1 ‘wasaq’ (setara dengan 150 kg) kurma. Namun Khaulah hanya
punya setengahnya dan setengahnya lagi disumbang dari salah seorang sahabat
Rasul.
Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membuat
landasan syariat atas masalah zihar. Hikmah dari peristiwa ini agar para suami
berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata talak kepada isterinya.
Bekasi, 29 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 20 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema:
Al Mujadilah (58) – Ayat 1-4 kisah Khaulah binti Tsa’labah – Perempuan
yang menggugat Rasulullah saw.
No comments:
Post a Comment