TURUNNYA
SURAH 60 - AL MUMTAHANAH AYAT 6 - 7
Kisah Ramlah
bint Abu Sufyan ra. – Seruan untuk mencintai musuh.
“Sesungguhnya
pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari
Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Mudah-mudahan
Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi
diantara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa, dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. ~ QS 60 – Al Mumtahanah : Ayat 6 dan 7 ~
Kota Mekkah
adalah kota yang dirahmati Allah, disana ada rumah Allah yang setiap hari
dikelilingi orang bertawaf, setiap tahun dikunjungi orang berhaji sehingga
aktivitas perniagaan di Kota Mekkah maju pesat.
Disana
banyak orang-orang kaya raya, salah satunya adalah Abu Sufyan ibn Harb. Dia
orang yang sangat membenci Islam dan Bani Hasyim karena mereka yang menampuk
kepemimpinan di Mekkah. Abu Sufyan mempunyai seorang anak wanita yang cantik
bernama Ramlah. Meskipun ayahnya kaya tidak menjadikan Ramlah wanita yang
sombong. Bicaranya tetap lembut, santun, dan murah hati. Ramlah menikah dengan
seorang pemuda bernama Ubaidillah ibn Yahsy.
Ketika
cahaya Islam mulai memancar di Mekkah, Ubaidillah termasuk diantara orang yang
pertama masuk Islam, namun keislamannya dia sembunyikan dihadapan mertuanya Abu
Sufyan bahkan di hadapan Ramlah isterinya sendiri.
Suatu hari
ketika dia secara diam-diam membaca ayat Al Qur’an, terdengar oleh isterinya
dan menanyakannya. Setelah dijelaskan bahwa itu adalah ayat Al Qur’an, hidayah
keimanan menyentuh hati Ramlah dan saat itu pula ia menyatakan keislamannya.
Mendengar
anaknya masuk Islam, Abu Sufyan sangat marah dan menuduh Ubaidillah yang
mempengaruhi Ramlah untuk meninggalkan agama leluhurnya. Mereka dihina, dicaci
dan dianiaya sehingga atas petunjuk Rasulullah, keluarga Ubaidillah disuruh
hijrah ke Abissinia bersama Muslim lainnya.
Penguasa Abissinia
saat itu adalah Raja Najasyi. Meskipun dia beragama Nasrani namun Raja Najasyi
melindungi kaum muslim yang berhijrah dan menolak permintaan kaum kafir untuk
mengembalikannya.
Ramlah
beserta suaminya Ubaidillah hidup bahagia disana hingga keduanya dianugerahi
anak perempuan yang bernama Habibah dan Ramlah dipanggil Ummu Habibah.
Pada suatu
hari Ramlah bermimpi melihat suaminya Ubaidillah berjalan ke arahnya dengan
wajah hitam dan dahi yang terluka.
Ternyata
mimpi buruk atas suaminya menjadi kenyataan. Ubaidillah diam-diam menjadi
seorang pecandu khomar, sering meninggalkan kewajiban agama dan puncaknya
ketika ia mabuk keluarlah kata-kata diluar kesadarannya bahwa dia telah
berpindah keyakinan menjadi penganut Nasrani agama Raja Najasyi.
Mendengar
pernyataan suaminya itu, dunia seakan-akan telah menyempit. Ia tidak mungkin
kembali ke Mekkah menemui ayahnya yang telah mengusirnya. Rumahnya sendiri
telah dijual ayahnya dan kini ia merasa sendirian tidak punya lagi tempat
berlindung. Didalam kesedihannya ia berharap dan memohon kepada Allah rahmat
dan kebaikan bagi dirinya.
Allah
mendengar dan mengabulkan permohonan Ramlah. Ubaidillah jatuh sakit dan
ditengah deraan penyakitnya ia bersikukuh pada agama barunya, Nasrani. Akhirnya
ia mati dalam dekapan keyakinan barunya.
Didalam
kesendiriannya, sekarang ia dapat menentukan jalan untuk menghidupi dirinya
bersama puterinya dan bertekad untuk kembali ke Mekkah atau mungkin ikut hijrah
ke Yatsrib.
Suatu malam
didalam tidurnya ia melihat seberkas cahaya memancar dari sebelah kanan dan
mendengar suara menyerunya: “Wahai Ummul Mu’minin...”. Ramlah terbangun kaget
dan mencoba mengingat kembali suara yang didengarnya: “Wahai Ummul
Mu’minin...!!”
Menjelang
pagi, terdengar ada yang mengetuk rumahnya. Ketika dia membuka pintu,
dihadapannya berdiri Abrahah seorang budak milik Raja Najasyi dengan wajah yang
menampakkan keceriaan dan kebahagiaan berkata: “Nyonya..., Nabimu mengutus
seseorang kepada raja kami untuk meminangmu. Maka tunjuklah wakil untuk
menikahkanmu dengannya”. Terngiang kembali seruan yang terdengar dalam
mimpinya: “Wahai Ummul Mu’minin...!!”. Dia akan menjadi isteri Rasulullah....?
Raja
Najasyi mengundang sebagian besar kaum Muhajirin yang dipimpin oleh Jafar ibn
Abu Thalib dan Khalid ibn Said ke Istananya. Raja berkata kepada mereka dengan
wajah yang cerah ceria: “Sesungguhnya Muhammad ibn Abdullah nabi kalian,
mengirimkan surat melalui seorang utusan, ia memintaku untuk menikahkannya
dengan Ramlah, Ummu Habibah. Ia memberikan mas kawin 400 dirham. Siapakah
diantara kalian yang paling layak mewakili Ramlah...?.
Mereka
serempak telah menunjuk Khalid ibn Said yang akan mewakilinya. Pernikahan ini
disebut Akad Qiran. Raja Najasyi sendiri menghadiahkan perkawinan berupa
pakaian, minyak wangi, permadani dan barang-barang lainnya sebagai
penghormatan.
Tak lama
setelah pernikahan, Rasulullah mengutus orang untuk menjemput Ramlah beserta
seluruh Muhajirin untuk hijrah ke Madinah. Ketika bertemu dengan Rasulullah, Ramlah
teringat akan hadiah dari Raja Najasyi, ia bertanya kepada Rasulullah: “Apakah
boleh dia menerima dan memakai hadiah dari orang Non Muslim...?”.
Rasulullah
sendiri belum bisa memutuskan dan menunggu ketetapan Allah. Maka Allah
menghibur keduanya dengan menurunkan ayat berikut:
“Laqad kaana
lakum fiihim uswatul liman kaana yarjullaaha walyaumal akhir wa mayyatawalla
fainnallaaha huwal ghaniyyul hamiid. ‘Asallaahu ayyaj’ala bainakum wa
bainalladziina ‘aadaitum minhum mawaddah. Wallaahu ghafuururrahiim”.
“Sesungguhnya
pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari
Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Mudah-mudahan
Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi
diantara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa, dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. ~ QS 60 – Al Mumtahanah : Ayat 6 dan 7 ~
Demikianlah
Allah memperkenankan Ramlah untuk menerima hadiah dari Raja Najasyi.
Ketika
terjadi gencatan senjata untuk tidak saling menyerang antara Kaum Muslim dengan
Kaum Quraisy, Abu Sufyan datang ke Madinah menjenguk Ramlah dan Rasulullah
sekaligus meminta bantuan.
Ketika
bertemu dengan Ramlah, bukannya bantuan yang didapat tapi Ramlah meminta
ayahnya segera berpindah keyakinan ke agama Islam. Akhirnya Abu Sufyan pulang
ke Mekkah dengan tangan hampa.
Demikian
Ramlah atau Ummu Habibah hidup berbahagia mendampingi Rasulullah bersama para
isteri yang lain, hingga dia wafat dan dimakamkan di Baqi. Semoga Allah
melimpahkan rahmat kepada Ramlah Ummu Habibah sesuai derita dan nestapa yang
dijalaninya penuh kesabaran hingga Allah menggantikannya dengan menjadi salah seorang
isteri Rasulullah.
Bekasi, 5 Jumadil Akhir 1436 Hijriyah atau 26 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema : Al Mumtahanah (60) – Ayat
6 dan 7 tentang Ramlah bint Abu Sufyan ra. – Seruan untuk mencintai musuh.
No comments:
Post a Comment