Bismillahirrohmanirrohiim
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT, bulan Ramadhan adalah bulan
yang mulia, penuh berkah dan hikmah. Ramadhan adalah bulan bertapanya
ummat Islam. Bertapa yang ini bukan seperti orang yang mencari kesaktian,
menyepi di gua-gua gunung 40 hari 40 malam pati geni, mengasingkan diri dari
dunia ramai.
Kegiatan di bulan Ramadhan mirip dengan bertapa ditilik dari usaha untuk
menjauh dari keduniawian dan lebih memusatkan diri kepada kegiatan religius
bathiniyah. Ramadhan merupakan bulan untuk memaksimalkan berbagai ibadah. Bulan
Ramadhan seringkali diidentikan dengan bulan puasa, yang sebetulnya salah
kaprah, karena kegiatan Ramadhan bukanlah puasa semata. Nabi Muhammad
mencontohkan bagaimana mengisi bulan Ramadhan dengan 5 perkara.
Pertama; Puasa, ada puasa syari’at dan puasa tarekat. Yang paling kita
kenal ialah puasa syari’at, yaitu menahan lapar dan haus. Namun puasa tarekat
yaitu puasa yang sebenarnya (shaum) memiliki makna yang jauh lebih luas dari
sekedar menahan lapar dan haus, yaitu puasa dalam menggunakan semua indra kita.
Kita puasa dengan membatasi ucapan yang keluar dari mulut-lidah kita. Kita
puasa dengan mengurangi penglihatan yang mengundang maksiat, dan lebih banyak
menggunakannya untuk membaca Al-Qur’an atau hadist Nabi. Kita puasa dengan
memperbanyak pendengaran kita untuk mendengarkan siraman rohani, lagu-lagu
qasidah Bimbo atau lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Kita puasa melangkahkan
kaki kita ke mal, bioskop atau café dan lebih banyak meringankan langkah kita
ke masjid dan panti-panti asuhan yatim piatu. Kita puasa dalam sikap kita yang
konsumtif, borong ini, borong itu, dan memperbesar sikap pemurah melalui zakat,
infaq dan sedekah.
Kedua; Tarawih. Nabi saw mencontohkan, untuk shalat tarawih berjemaah
di masjid bersama keluarga. Tarawih merupakan sarana untuk mengintensifkan
hubungan kita dengan Allah, maupun silaturahim dengan sesama muslim.
Artinya, kita makin memperbesar kemungkinan untuk memperoleh pahala. Makin
dekat ke hari kemenangan, seharusnya makin intens kegiatan tarawih. Lebih-lebih
lagi memasuki malam-malam “likuran”, tanggal 20 keatas, dimana diyakini
turunnya lailatul qadar. Di Masjidil
Haram atau Nabawi, yang namanya tarawih paling sedikit 2 jam. Di malam-malam
likuran malah bisa sampai pagi menjelang subuh. Di Indonesia, tarawih paling
banter setengah jam, dan makin hari makin sedikit jemaahnya.
Ketiga; Tadarus. Membaca, merenung dan memahami Al-Qur’an sangat tepat
bila diperbanyak di bulan Ramadhan. Adalah sangat wajar dan sangat perlu bila
ummat muslim melihat kembali pedoman hidupnya, sekaligus mengevaluasi kembali
langkah-langkah hidupnya di waktu yang lalu. Hampir pasti telah terjadi penyelewengan
dan pelanggaran terhadap aturan main Allah dalam Al-Qur’an. Dengan tadarus,
koreksi diri lebih dimungkinkan. Patut diakui bahwa masih banyak orang yang
mengaku muslim alias Islam KTP, namun belum pernah memegang Qur’an samasekali.
Atau hanya menggunakan Qur’an pada waktu disumpah untuk memegang jabatan
tertentu, atau pada akad nikah. Bagi orang-orang semacam ini dan bagi yang
ingin mendapat hidayah dari Allah swt. Ramadhan adalah waktu yang sangat baik
untuk mulai membaca dan mencoba memahami isinya.
Keempat; I’tikaf, memperbanyak ibadah di masjid. Shalat berjemaah di
masjid memberikan pahala yang lebih besar. Secara psikologis ini memupuk rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan. Secara kelompok dapat diadakan pengajian dan
pengkajian, diskusi mengenai Islam, tarawih atau tadarusan. Sedangkan ibadah
yang dapat dilakukan dalam masjid secara individu ialah bertahajud, berdzikir
dan berdoa atau qatam Al-Qur’an sendirian.
Kelima; meningkatkan amal saleh. Meningkatkan perbuatan baik seperti infaq dan sedekah,
membagi rizki kepada fakir miskin, meningkatkan rasa toleransi dan emphaty serta sikap tolong menolong.
Kita perbanyak pahala melalui amal saleh ini yang merupakan hal yang tidak
sulit, malah cenderung gampang. Amal lain yang dapat kita lakukan ialah memperbanyak
rasa syukur disertai doa memohon ampunanNya. Pendeknya, makin patuh kita pada
perintahNya dan makin menjauhi laranganNya.
Itulah 5 perkara yang dianjurkan Nabi dalam mengisi Ramadhan. Kemudian,
setelah kita menjalani semua itu, sampailah kita pada hari kemenangan, yaitu
Idul Fitri atau Lebaran.
Semoga bermanfaat,
H.R. Bambang Irawan
No comments:
Post a Comment