HIJRAH, MERUBAH
ORIENTASI HIDUP SESUAI PETUNJUK ILLAHI
Saudara-saudaraku
yang di rahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala, ada kenalan teman sekantorku yang
seorang mantan pejabat Bank Nasional yang paling besar, sebut saja pak BS yang
jujur dan tidak pernah ikut ber-KKN ria seperti kebanyakan pejabat-pejabat
lainnya. Selama berkarier, ia melihat betapa para koleganya memperkaya diri
dengan korupsi dan kolusi. Ia melihat betapa kongkalikong antara pejabat dan pengusaha
sudah tanpa akhlaq maupun pertimbangan moral kemanusiaan.
Ia juga melihat
betapa hampir semua koleganya sangat jauh dari jalan yang diridhoi Allah Subhaanahu
wa ta’ala. Pak BS ini memang dari mudanya adalah seorang yang taat beribadah
dan tergolong manusia yang sangat taqwa kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala. Di
kantornya Pak BS merupakan sosok religius yang brilian, sehingga walupun ia
tidak ikut-ikutan berKKN, ia sempat menduduki posisi sebagai Direktur Kredit bank
nasional tersebut.
Sebagai pejabat
papan atas ia juga melihat betapa pejabat-pejabat instansi lain sebagian besar sama
dan sebangun; korup! Mereka berlomba-lomba memamerkan kekayaan yang nilainya
milyaran. Dan sewaktu pensiun tiba, Pak BS tidak bersedia lagi untuk
diperpanjang masa aktifnya walaupun ia masih diminta untuk berkarier selama 2
tahun lagi. Ia memutuskan untuk keluar dari lingkungan yang tidak cocok dengan
prinsip-prinsip moral agamanya. Habitat yang selama ini dihuninya sudah amat
tidak cocok.
Ia mengaku bahwa
di masa mudanya ia mempunyai idealisme yang tinggi. Ia berangan-angan untuk
bekerja dalam instansi yang memiliki integritas dalam profesionalisme. Ia
mengira bahwa the good guys lebih banyak dari the bad guys. Bahwa
the bad guys akan tersingkir karena good governance dari para direktur
yang dianggap profesional. Nyatanya malah sebaliknya. Ini adalah negara kaum
maling, koruptor dan preman.
Orang yang bersih
sangat sedikit and they have nothing to say. Ternyata atasan bisa jadi
rajanya maling atau rajanya koruptor. Pak BS akhirnya cukup lama hidup dalam
pergulatan bathin sampai akhirnya dia punya kesempatan untuk pensiun itu. Tidak
hanya dengan pensiun ia ingin meninggalkan kebathilan, namun ia juga memutuskan
untuk meninggalkan Indonesia dan hijrah ke United States suatu negara yang justru
belakangan ini menunjukkan sikap tendensius anti-Islam radikal.
Ketika ia ditanya
kenapa kok Amerika? Bukankah Amerika itu mulai anti Islam setelah terjadinya
tragedi WTC 11 September itu? Bukankah kebebasan kaum muslim di Amerika mulai
dikekang, walaupun Amerika katanya adalah pejuang HAM nomor satu di dunia? Ia
menjawab bahwa lebih baik hidup dalam negara di mana kaum muslim adalah
minoritas namun warganya menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan menjunjung
tinggi moralitas ketimbang hidup di negara yang mayoritas muslim, namun akhlaq
para pemimpinnya rusak, lemah dalam penegakkan hukum dan rakyatnya kurang
menghargai sesama. Orang Amerika sesungguhnya lebih Islami ketimbang orang
Indonesia yang kebanyakan adalah muslim. Demikian reasoning-nya.
Satu kasus lagi
adalah mundurnya Sophan Sophiaan sebagai Ketua Fraksi sebuah partai politik di
MPR. Alasannya mirip dengan pak BS, karena praktek-praktek politik dan
demokrasi dirasakan tidak sesuai lagi dengan hati nurani Sophan. Ia mengungkap
bahwa disekelilingnya penuh dengan orang yang munafik dan tidak berjuang demi
kepentingan rakyat namun untuk kepentingan pribadi atau partai atau golongannya
sendiri. Ia prihatin bahwa MPR/DPR tidak bisa menjalankan amanat rakyat yang
menginginkan KKN diberantas.
Dia juga
mengemukakan bahwa sangat sulit untuk melaksanakan amanat rakyat itu, karena 80
– 90% dari para pejabat pemerintah maupun anggota dewan terlibat korupsi.
Merasa tidak bisa berbuat apa-apa ia memutuskan mundur saja sebagai wakil
rakyat dari partai yang semestinya memperjuangkan demokrasi di negeri ini.
Adi anakku yang
baik, kasus pak BS maupun kasus Sophan Sophiaan adalah suatu model hijrah.
Hakekat hijrah ini adalah perubahan dari suatu yang kurang baik menjadi baik.
Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa
sallam berhijrah dari Makkah ke Madinah meninggalkan kehidupan yang
penuh bahaya bagi keselamatan Nabi shallallahu’alaihi
wa sallam sendiri serta kelanjutan syi’ar Islam pada masa itu.
Di Madinah, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
memiliki kesempatan lebih besar untuk melakukan syi’ar Islam yang akhirnya
menjadi agama terbesar di dunia. Muhammad merubah hidupnya dari kehidupan yang
penuh ancaman bahaya dan pengekangan terhadap Islam menjadi kehidupan yang
penuh kedamaian serta kebebasan untuk menyebarkan ajaran Islam. Itulah Hijrah
yang selalu kita peringati setiap tahun dalam konteks kejadian faktual.
Pada dasarnya
hijrah perlu dan harus dilakukan oleh diri kita sebagai usaha untuk menuju ke
sesuatu yang lebih baik itu. Yang paling sering bisa terjadi adalah hijrah dari
lingkungan kita yang kurang baik. Hidup di lingkungan yang banyak penyakit
masyarakat seperti drug traffic, premanisme, sarang pelacuran dan
maksiat-maksiat lainnya mengharuskan kita untuk pindah dari tempat itu tanpa
perlu berpikir panjang.
Bekerja di
perusahaan yang melakukan bisnis yang haram bagi kita lebih baik ditinggalkan
saja, walaupun terasa berat karena income-nya yang besar. Demikian juga
kalau perusahaan itu menghasilkan produk haram seperti pabrik minuman keras
beralkohol atau resto atau cafe yang menjual makanan dan minuman haram, lebih
baik cabut saja.
Bagaimana kalau
kita kerja di bank konvensional dimana ada bunga bank yang menurut Islam adalah
riba? Pada hal hidup matinya bank tergantung dari sistim bunga yang dianggap
riba itu. Ini masalah yang menyangkut hajat hidup banyak ummat Islam yang
bekerja di bank konvensional. Kalau kita yakin itu adalah dosa, maka sebaiknya
ditinggalkan. Sekarang mulai banyak bank atau institusi keuangan Islam yang
berbasiskan syari’ah sehingga cukup banyak menyediakan lapangan kerja.
Hijrah juga bisa
berarti menghilangkan kebiasaan kita yang buruk kepada kebiasaan yang baik dan
diridhoi Allah. Dari gampang marah menjadi penyabar. Dari pelit menjadi suka
bersedekah. Dari sifat tidak peduli menjadi seorang yang menolong dan perhatian
terhadap kaum dhuafa. Dari malas menjadi rajin.
Banyak pula orang
yang memendam penyakit hati seperti dengki, iri, dendam, sombong, suka
bergunjing dan menebar fitnah semestinya segera berhijrah dengan mengobati
penyakit hatinya dengan banyak mengingat Allah alias dzikrullah. Yang tadinya
mengidap penyakit masyarakat seperti berjudi, beralkohol ria, ber-ekstasi,
mencuri, korupsi, berzina supaya cepat
sadar dan bertobat untuk hijrah ke perbuatan yang di ridhoi Allah.
Hijrah adalah
suatu keharusan bagi setiap orang beriman yang meyakini bahwa perubahan menuju
hal-hal yang baik adalah bagian dari tuntutan keimanan yang telah tertanam
dalam hati sanubari kita.
Hijrah adalah
menjauhi hal-hal yang dengan jelas dilarang oleh Allah Subhaanahu wa ta’ala dan
Al-Qur’an. Hijrah mengharuskan adanya perubahan dalam pola dan gaya hidup untuk
mencapai nilai-nilai yang lebih positif dan bermakna atau dengan perkataan
lain; Merubah orientasi hidup sesuai petunjuk Ilahi.
Bagaimana
pendapat Anda?
Kepustakaan: 1. Al-Qur’an, 2. Bahan Renungan Kalbu, Ir.
Permadi.
Filename:
THINK52-Hijrah, Jkt, 31/01/2002, Re-edited: 8 September 2009, Ramadhan 1430 H
Copyright 2009 © Bambang Irawan
No comments:
Post a Comment