Saudara-saudara & sahabat sholehku, ada seorang
yang miskin bertanya pada Sang Guru Bijak,
"Mengapa aku menjadi orang yang sangat miskin dan selalu mengalami
kesulitan hidup?"
Sang Guru menjawab, "Karena engkau tidak pernah berusaha untuk
memberi pada orang lain".
"Tapi
saya tidak punya apapun untuk di berikan pada orang lain”, jawab
si miskin.
Sang Guru Bijak berkata: "Sebenarnya
engkau masih punya banyak untuk engkau berikan pada orang lain".
"Apakah
itu, guru?"
Sang guru mejawab:
1. Dengan Mulut yang engkau
punya, engkau bisa berikan senyuman & pujian.
2. Dengan Mata yang engkau punya,
engkau bisa memberikan tatapan yang lembut.
3. Dengan Telinga yang engkau
punya, engkau bisa memberikan perhatian untuk mendengar keluh kesah orang di
sekitar mu.
4. Dengan Wajah yang engkau
punya, engkau bisa memberikan keramahan.
5. Dengan Tangan yang engkau
punya, engkau bisa memberikan bantuan & pertolongan pada orang lain yang membutuhkan
& masih banyak lagi.
Jadi sesungguhnya kamu bukanlah
miskin, hanya saja engkau tidak pernah mau memberi pada orang lain.
Itulah yang menyebabkan orang
lain juga tidak pernah mau memberikan apapun pada dirimu.
Engkau akan terus seperti ini
jika engkau tidak mau memberi & berbagi pada orang lain & siapapun.
Pulanglah ..... & Berbagilah
..... pada orang lain dari apa yang masih engkau punya, agar orang lain
juga mau berbagi denganmu.
Memberi
tidak selalu berupa uang atau materi. Memberi itu tidak di tentukan oleh
seberapa besar atau kecil, tapi berdasarkan.... kebutuhan.
Ada yang butuh di Dengarkan
Ada yang butuh di Kuatkan
Ada yang butuh di Perhatikan
Ada yang butuh di Semangati
Ada yang butuh diberi Pengharapan
Selalulah lakukan yang terbaik,
Apa yang kita tanam sekarang akan kita tuai di kemudian Hari.
Ketika kita menanam padi mungkin rumput ikut tumbuh, tetapi ketika kita menanam rumput niscaya padi
mustahil ikut tumbuh
Jadi, ketika kita mengejar Akhirat, maka Dunia pasti akan ikut didapat
Tapi, ketika kita mengejar Dunia jangan berharap Akhirat akan didapat.
Mari, tetaplah
berbuat kebaikan sekecil apapun yang bisa kita lakukan, walaupun hanya berupa doa/senyuman
atau sapaan ringan yang baik...
Ketahuilah, separuh hidup ini
adalah nikmat, separuhnya lagi adalah ujian, diantara keduanya itu manusia
dapat memetik pahala ataupun menuai dosa.
Nikmat memerlukan syukur, Ujian
memerlukan sabar, sementara dosa memerlukan Istighfar dan Taubat. Bila ketiga
hal tersebut terkumpul pada diri seorang mukmin, maka ia pasti meraih
kebahagiaan.
Semoga bermanfaat...
Renungan malam ini:
PADA AKHIRNYA SEMUA AKAN BERAKHIR
SAMA
Saat usia memasuki 50-an....,cantik
atau tak cantik, ganteng atau tak ganteng, sama
saja. Tak ada yang melirik lagi.
Saat usia 60-an ... ,pendidikan
tinggi atau pendidikan rendah, jabatan tinggi atau jabatan rendah, sama saja. Sudah pensiun, tak ada lagi
boss atau bawahan.
Saat usia 70-an..., rumah besar
atau rumah kecil, sama saja. Sudah
tidak lincah, hanya butuh ruang kecil untuk bisa duduk.
Saat usia 80-an....kalaulah
masih hidup, punya uang atau tidak punya uang, sama saja. Saat itu uang tak lagi bisa membeli makanan enak, steak/
rendang/ kikil yang lezat, dan juga tak bisa lagi travel jauh-jauh.
Saat usia 90-an...,tidur atau bangun,
sama saja. Karena setelah bangun,
tetap tidak tahu apa yg akan dilakukan.
Saat ajal tiba, kaya atau miskin,
sama saja. Kita hanya akan dikubur,
orang-orang akan menangisi kita kemudian melupakan kita, karena mereka sudah
dipenuhi oleh persoalan hidupnya masing-masing.
Oleh karena itu, semasa hidup
janganlah sombong atas apa yg dimiliki, karena semua akan berakhir sama. Jangan habiskan waktu mencari
uang sampai lupa bersedeqah dan berbagi waktu dengan orang-orang tercinta dan
orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Selalu berbuat baiklah sampai akhir hayat, karena pada akhirnya semua tak
akan membawa apapun, hanya amal yang
akan mengikutimu dan kebajikan yang
akan dikenang.
“Janganlah
kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan
di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri” ~ QS 31 – Luqman : 18 ~