Jika Radikalis berkuasa, bukan cuma sesajen yang dibuang.
Candi Borobudur juga di bombardir!
https://www.gesuri.id/serba-serbi/anton-khawatirkan-jika-radikalis-kuasai-indonesia-b2fdpZ55i
Tasikmalaya, Gesuri.id - Mantan Kadiv Humas Polri Irjen
(Purn) Anton Charliyan menyatakan, jika Negara Kesatuan Republik Indonesia
dikuasai Radikalis semacam ISIS, Hizbur Tahrir, Ikhwanul Muslimin, Jamaah
Islamiah dan lainnya yang selalu bermimpi ingin mendirikan Negara Khilafah
dengan menjual semangat untuk mendirikan Negara berkedok Agama, maka
seluruh produk kebudayaan yang tak mereka setujui akan dihancurkan.
Di Suriah, sambung Anton, sebagaimana diberitakan di
media-media, bahwa pasukan ISIS menghancurkan patung-patung, relief dan benda
bersejarah lainnya.
"Maka tidak akan jauh berbeda bila menguasai
Indonesia pun, mereka akan berbuat hal yang sama. Otomatis, Candi Borobudur,
sebagai Candi terbesar di dunia, Candi Mendut, Prambanan, dan lainnya akan
dibumi hanguskan rata dengan tanah karena dianggap sebagai berhala," ujar Anton.
Kemudian, sambung Anton, museum-museum pun akan
dihancurkan, karena dianggap sebagai tempat menyimpan benda yang mengarah pada
kemusyrikan.
Baca: Anton Dukung Perda Anti Radikalisme di Garut
Lalu, tahlil, maulidan, rajaban, sholawatan, syukuran dan
tradisi-tradisi hajatan lainya pasti akan dilarang karena dianggap sebagai
Bid'ah yang tidak sesuai dengan Sunnah Rosul.
"Demikian juga tempat ziarah Para Wali,
para Syech dan para Aulia lainnya pasti akan dibongkar juga dijadikan kebun
karena Ziarah kubur dianggap sebagai perbuatan Syirik," tegas Anton, yang juga dikenal sebagai Budayawan Sunda
ini.
Demikian juga, sambung Anton, “nasib para pemimpin
Nasionalis yang saat ini termasuk golongan anti Radikal dan Intoleran, akan
dicap sebagai kafir yang anti Islam. Para pemimpin itu akan langsung
dieksekusi mati, atau minimal yang teringan masuk penjara.”
Dan tidak lupa, harta mereka pun akan disita sebagai
Gonimah.
Lalu, ujar Anton, “tempat-tempat ibadah agama non Muslim
seperti Pura, Klenteng ,Gereja dan lainnya juga tidak bisa dibayangkan
nasibnya. Yang pasti tempat-tempat itu dibekukan aktivitasnya, dan akan
dialih fungsikan sebagai kantor atau gedung pertemuan.”
"Sistem keuangan pun yang pasti akan dirubah
mengatas namakan sistem Syariah , sehingga tidak akan ada lagi Bank umum
seperti BRI, BNI, BCA , Mandiri dan lainnya," ujar Anton.
"Papan nama kantor dan jalan pun selain huruf latin
dibawahnya pasti diwajibkan memakai Huruf Arab, sehingga tidak akan ada lagi yg
namanya Huruf Jawa Hanacaraka, Sunda Kaganga, huruf Bali, Makasar dan
lainnya," tambah Mantan Kapolda Jabar itu.
Pakaian resmi sehari-hari pun, menurut Anton akan
lebih banyak menggunakan Gamis dan Sorban dari pada pakaian batik. Apalagi
pakaian adat, tidak menutup kemungkinan bisa diharamkan.
Kesenianpun akan berubah total. Anton mengatakan, irama
gambus pasti akan lebih dominan dari pada irama kecapi suling dan gamelan, bila
kaum radikalis berkuasa.
Bahkan, ujarnya, bukan tidak mungkin para penyanyi tidak
akan lagi bisa manggung dan merekam lagu, karena menjual suara pun termasuk
salah satu perbuatan yang diharamkan.
"Kemudian juga Bali sebagai pusat destinasi wisata
nasional dan International, NTT sebagai pusat Fauna Langka dunia, Papua sebagai
wilayah dengan sumber daya alam terbesar di Indonesia, Kalbar, Sulut, Maluku,
sebagai Provinsi-provinsi yang mayoritas Non Muslim, pasti akan memisahkan diri
dari NKRI karena tidak mungkin lagi bergabung dengan Negara yang
berdasarkan agama yang berbeda aqidahnya dengan mereka," ujar Anton.
Mungkin, sambung Anton, “masih banyak peristiwa
tragis yang akan terjadi di Indonesia, yang tidak mungkin bisa dipaparkan semua,
bila kaum Radikalis berkuasa.”
"Yang jelas tidak akan jauh berbeda dengan yang
pernah terjadi di Suriah, Afganistan dan lainnya yang pernah kita saksikan di
media-media sosial," ujar Anton.
"Maka dengan demikian, otomatis bila Indonesia
dikuasai ISIS & anteknya, NKRI pasti Bubar, hanya tinggal sebuah nama,
bahwa dulu pernah ada yang namanya NKRI, tapi kini hanya tinggal sebuah
kenangan, sebagai Sejarah di masa lalu," pungkas mantan Kapolwil Priangan
itu