Ahad, 07 Nopember 2021 - 02 Rabiul Akhir 1443H
Perbanyak Ingat Mati Bukan Mengingat Hari Lahir
بسم
الله
الرحمن
الرحيم
Sahabat... Semoga kita yang
masih hidup selalu mengingat akan kematian. Bukan mengkonang-konang hari lahir.
Kenapa?
● Pertama:
Mengingat
mati adalah ibadah yang sangat dianjurkan.
Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perbanyaklah mengingat pemutus
kelezatan”, yaitu kematian”.
~HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih
Tirmidzi~
● Kedua: Maut kapan saja bisa menghampiri dan tidak akan pernah
keliru dalam hitungannya, maka
jauhilah perbuatan dosa dari kesyirikan, bid’ah dan maksiat lainnya.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap
ummat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” ~QS. Al A’raf : 34~
{وَلَنْ
يُؤَخِّرَ اللَّهُ
نَفْسًا
إِذَا
جَاءَ
أَجَلُهَا} [المنافقون : 11]
“Dan Allah sekali-kali tidak akan
menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ~QS. Al Munafiqun : 11~.
●Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata :
“Renungkanlah wahai manusia,
(sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada
batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya
dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang manusia duduk di atas
kursi kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seorang
manusia tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke
tempat pemandian mayatnya (karena mati)”.
Sahabat...
Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan
kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan taubat kepada Allah
Azza wa Jalla.
Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya bertaubat, kembali,
menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya
keadaan yang diinginkan.”
(Lihat Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474).
● Ketiga: Maut
tidak ada yang mengetahui kapan datangnya melainkan Allah Ta’ala semata, tetapi dia pasti mendatangi setiap yang bernyawa,
maka jauhilah hal-hal yang tidak bermanfaat selama hidup.
*( كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ)* [آل عمران : 185]
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” ~QS3 - Ali Imran : 185~.
● Keempat: Siapa yang mati, mulai saat itulah kiamatnya, tidak
ada lagi waktu untuk beramal.
Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
“Orang-orang kampung Arab jika
datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka bertanya tentang
hari kiamat, kapan datangnya, lalu Nabi Muhammad SAW melihat kepada seorang yang paling muda dari mereka, kemudian beliau
bersabda: “Jika hidup pemuda ini dan tidak mendapati kematian, maka mulai saat
itulah kiamat kalian datang”
~HR.
Muslim~
● Kelima: Dengan mengingat mati melapangkan dada, menambah
ketinggian frekuensi ibadah
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Perbanyaklah mengingat pemutuskan
kelezatan, yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya
ketika dalam keadaan kesempitan hidup, melainkan dia akan melapangkannya, dan
tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia akan
menyempitkannya.”
~HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan
di dalam kitab Shahih Al Jami’~.
● Keenam: Dengan mengingat mati seseorang akan menjadi mukmin
yang cerdas berakal.
Abdullah
bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita :
“Aku pernah bersama Rasulullah SAW, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada
Nabi Muhammad SAW lalu bertanya : “Wahai
Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik?”, beliau menjawab: “Yang
paling baik akhlaknya”, orang ini bertanya lagi: Lalu orang beriman manakah
yang paling berakal (cerdas)?”, beliau menjawab: “Yang paling banyak mengingat
kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang
berakal”.
~HR. Ibnu Majah dan dishahihkan di
dalam kitab Shahih Ibnu Majah~
● Ketujuh: Hari ini yang ada hanya beramal tidak hitungan, besok
sebaliknya.
Ali bin Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Dunia sudah pergi meninggalkan, dan akhirat datang
menghampiri, dan setiap dari keduanya ada pengekornya, maka jadilah kalian dari
orang-orang yang mendambakan kehidupan akhirat dan jangan kalian menjadi
orang-orang yang mendambakan dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia)
yang ada hanya amal perbuatan dan tidak ada hitungan dan besok (di akhirat)
yang ada hanya hitungan tidak ada amal.”
(Lihat kitab Shahih Bukhari).
Wallahualam bis shawab