Friday, July 17, 2020

UJIAN KESUSAHAN

1. Allah menguji seorang mukmin dengan meninggalnya orang tercinta seperti, ayah, ibu, atau anak.

2. Allah menguji seorang mukmin dengan cacatnya satu bagian tubuh seperti, pendengaran, penglihatan, kaki, atau tangan.

3. Ujian bagi seorang mukmin berupa penyakit yang tidak dapat diobati, atau mematikan, atau diuji dengan ketakutan, kelaparan, dan rezeki yang sempit. Allah Ta’ala berfirman dalam rangka menjelaskan banyaknya macam ujian: QS. Al-Baqarah: 155.

4. Ujian dan musibah terberat bagi seorang mukmin ialah musibah yang menimpa agamanya. Itulah ujian yang membinasakan dan penghujung yang tidak membawa keberuntungan. Secara umum, orang yang tertimpa musibah pada agamanya tidak memiliki tebusan. Musibah yang menimpa agama seorang mukmin lebih berat daripada musibah yang menimpa jiwa dan hartanya. Sebab, harta akan digantikan oleh Allah, dan harta dapat menjadi tebusan jiwa. Jiwa dapat menjadi tebusan agama. Sementara agama tidak mempunyai tebusan. (Lihat, Tasliyah Ahlil Mashaib, Abu Abdillah Al-Munji, hlm. 19)

Itu semua karena segala musibah yang menimpa seseorang dalam urusan dunia, terkadang malah diganti dengan yang lebih baik atau yang setara. Adapun bila musibah menimpa agamanya, itu sebuah kerugian yang tak tergantikan. (Al-Iman wal Hayah, Dr. Syaikh Yusuf Qardhawi, hlm. 196

5. Ujian dengan adanya perbuatan buruk dan kemaksiatan. Banyak orang yang tidak mengetahui hikmah dari semua ini. Padahal, tujuan ujian tersebut kadang untuk menguji kebenaran iman seseorang. (Mausu’ah Nadhratin Na’im, hlm. 12)

Ibnul Qayyim rahimahullah menunjukkan buah dari ujian ini dalam perkataannya, “Sekiranya tobat bukanlah suatu perkara yang paling Allah cintai, tentu manusia paling mulia tidak akan diuji dengan dosa yang dilakukannya. Tobat adalah puncak kesempurnaan anak Adam. Dan dengannya (iman) nenek moyang kita, Adam as, sempurna.” (Miftahu Daris Sa’adah, Ibnul Qayyim, I/286)


No comments:

Post a Comment