Wednesday, August 29, 2018

LA ILAHA ILALLAH

LA ILAHA ILALLAH    
Suatu ketika, seorang Kyai yang sedang mengajar para santrinya, menjelaskan makna dari kalimat "La ilaaha illallah" kepada para santrinya. Tak hanya itu, beliau juga berusaha menanamkan kalimat "La ilaaha illallah" hingga ke dalam jiwa santri-santrinya.
Kemudian, sebagai bentuk takzim kepada Kyainya itu, ada salah seorang santri yang memang mampu dan berkecukupan harta menghadiahkan seekor burung kakak tua untuk Sang Kyainya. Sang Kyai pun menerima hadiah tersebut dengan senang hati. Burung itu pun dirawatnya dengan baik. 
Semakin hari Sang Kyai pun makin suka dengan burung itu dan sering membawa burung itu pada saat mengajar santri-santrinya. Sehingga burung kakak tua itu pun belajar mengucapkan kalimat tauhid "La ilaha illallah". Sampai akhirnya, burung kakak tua itu pun lancar dan pandai sekali mengucapkan (laa ilaaha illallah) siang dan malam.
Suatu ketika, para santri mendapati Sang Kyai sedang menangis. Ketika ditanya apa yang membuat Sang Kyai menangis, dengan terbata-bata beliau mengatakan, kucing telah menerkam burung kakak tua dan membunuhnya.
Para santri pun bertanya dengan heran, "Karena inikah engkau menangis, Wahai Kyai? Kalau engkau menginginkan lagi, kami mampu datangkan burung baru bahkan yang jauh lebih baik."
Sang Kyai berkata, "Bukan karena itu aku menangis. Tetapi, yang membuat aku menangis adalah ketika burung itu diserang kucing, burung itu hanya menjerit-jerit saja sampai mati. Padahal siang malam burung itu sering sekali mengucapkan kalimat 'laa ilaaha illallah'. Tetapi, ketika diterkam kucing, ia lupa kalimat tersebut. Tidak mengucapkan apapun kecuali hanya menjerit dan merintih.....!!!"
Sang Kyai melanjutkan, "Sepanjang hayatnya, burung itu hanya mengucapkan 'laa ilaaha illallah' dengan lisannya saja. Sementara hatinya tidak memahami dan tidak menghayatinya."
Sang Kyai kemudian berkata lagi, "Aku khawatir kalau nanti kita seperti kakak tua itu. Saat hidup, kita mengulang-ulang kalimat 'laa ilaaha illallah' dengan lisan kita, tapi ketika maut datang, kita pun lupa. Jangankan mampu mengucapkannya, mengingatnya saja tidak mampu, ini karena hati kita belum menghayatinya."
Kemudian para muridnya pun menangis, mendengar penjelasan Sang Kyai.
Lalu, bagaimana dengan diri kita, sudahkah kita menanamkan kalimat "laa ilaaha illallah" ini ke dalam hati sanubari kita? Lalu mengekspresikannya dalam amaliyah kehidupan kita sehari-hari? Atau hanya sekedar di lisan saja?
Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai kita sehingga kalimat "laa ilaaha illallah" bukan hanya dimulut atau hanya sekedar simbol saja tetapi juga melebur dalam jiwa kita semua. 
Aamiin.....

Sunday, August 26, 2018

KISAH SEORANG ANAK DI AMSTERDAM

KISAH SEORANG ANAK DI AMSTERDAM
Bismillah. Luangkan sedikit waktu untuk membacanya.
Setiap selesai sholat Jum'at setiap pekannya, seorang imam (masjid) dan anaknya (yang berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan buku–buku Islam, diantaranya buku ath-Thoriq ilal Jannah (Jalan Menuju Surga). Mereka membagikannya di daerah mereka, di pinggiran Kota Amsterdam.
Namun, tibalah suatu hari ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin. Sang anakpun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin.
Setelah selesai mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, aku telah siap."
Ayahnya menjawab, "Siap untuk apa?"
Ia berkata, "Untuk membagikan buku (seperti biasanya)."
Sang ayahpun berucap, "Suhu sangat dingin di luar sana, belum lagi hujan lebat yang mengguyur."
Sang anak menimpali dengan jawaban yang menakjubkan, "Akan tetapi, sungguh banyak orang yang berjalan menuju Neraka di luar sana, dibawah guyuran hujan."
Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata, "Namun, Ayah tidak akan keluar dengan cuaca seperti ini." Akhirnya, anak tersebut meminta izin untuk keluar sendiri. Sang ayah berpikir sejenak, dan akhirnya memberikan izin.
Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata, "Terima kasih, wahai ayahku."
Dibawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa dingin yang menggigit, anak itu membawa buku-buku itu yang telah dibungkusnya dengan sekantong plastik ukuran sedang agar tidak basah terkena air hujan, lalu ia membagikan buku kepada setiap orang yang ditemui. Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.
Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku di tangannya. Namun, sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut. Akhirnya, ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah di seberang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.
Sesampainya di depan rumah, ia pun memencet bel, tapi tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama. Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan kecilnya. Sebenarnya, ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran dengan rumah tersebut. Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok nenek yang tampak sangat sedih.
Nenek berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Nak?"
Si anak berkata (dengan mata yang berkilau dan senyuman yang menerangi dunia), "Saya minta maaf jika mengganggu. Akan tetapi, saya ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan Nyonya. Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada Nyonya. Didalamnya, dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan beberapa cara agar dapat memperoleh keridhoannya."
Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah, ia mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi.
Terdengar sayup-sayup, dari shaf perempuan, seorang perempuan tua berkata, "Tidak ada seorangpun yang mengenal saya disini, dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya. Satu pekan yang lalu, saya bukanlah seorang muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku hal tersebut sedikitpun. Suamiku telah wafat, dan dia meninggalkanku sebatang kara di bumi ini."
Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu, "Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Kesedihanku sangat mendalam, dan tidak ada seorangpun yang peduli padaku. Maka tidak ada alasan bagiku untuk hidup. Akupun naik ke atas kursi, dan mengalungkan leherku dengan seutas tali yang sudah kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat, terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir, 'Paling sebentar lagi, juga pergi.'
Namun suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata dalam hati, 'Siapa gerangan yang sudi mengunjungiku? Tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku.'
Kulepaskan tali yang sudah siap membantuku mengakhiri nyawaku, dan bergegas ke pintu. ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian. Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali.
Ia berkata, "Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa Allah Ta'ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya," lalu dia memberikan buku ini (buku Jalan Menuju Surga) kepadaku.
Malaikat kecil itu datang kepadaku secara tiba-tiba, dan menghilang dibalik guyuran hujan hari itu juga secara tiba-tiba. Setelah menutup pintu, aku langsung membaca buku dari malaikat kecilku itu sampai selesai. Seketika, kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi.
Sekarang, lihatlah aku. Diriku sangat bahagia, karena aku telah mengenal Tuhan-ku yang sesungguhnya. Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterima kasih kepada kalian yang telah mengirimkan malaikat kecilku pada waktu yang tepat, hingga aku terbebas dari kekalnya api Neraka."
Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung. Masjid bergemuruh dengan isak tangis dan pekikan takbir, "Allahu akbar."
Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat dimana malaikat kecil itu duduk, dan memeluknya erat, dan tangisnyapun pecah tak terbendung di hadapan para jama'ah.
Sungguh mengharukan. Mungkin tidak ada seorang ayahpun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.
(Judul asli: قصة رائعة جدا ومعبرة ومؤثرة |
Penerjemah: Shiddiq Al-Bonjowiy jazāhullāhu khairan wa waffaqahu–)
Mari kita sebarkan kebaikan! Kita tidak pernah tahu, berapa banyak orang yang mendapatkan hidayah dengan sedikit langkah yang kita lakukan.

Friday, August 24, 2018

NASIHAT KH. MUSTOFA BISRI – (GUS MUS)

NASIHAT KH. MUSTOFA BISRI – (GUS MUS)         
Saya kadang merasa aneh melihat saudara saya umat Islam yang memiliki sifat seperti anak-anak, ingin menang sendiri, mudah marah dan memaksakan kehendaknya agar orang lain sama dengan dirinya...
Padahal Alquran sudah mengatakan untuk Berbuat Adil karena itu bisa mendekatkan kepada ketaqwaan....
Tapi begitulah sifat anak2 kadang tidak bisa menerima nasehat yang baik sekalipun untuk dirinya sendiri
Atheis dimusuhi karena tidak bertuhan.
Bertuhan dimusuhi karena tuhannya beda
Tuhannya sama dimusuhi karena nabinya beda
Nabinya sama dimusuhi karena alirannya beda. 
Alirannya sama dimusuhi karena pendapatnya beda.
Pendapatnya sama dimusuhi karena partainya beda.
Partainya sama dimusuhi karena pendapatannya beda.
Apa kamu mau hidup sendirian di muka bumi untuk memuaskan nafsu keserakahan?.
Kau tahu apa yang dilakukan Sayyidul Wujud Muhammad SAW pada seorang Yahudi tua yang tiap hari meludahi & melempari kotoran padanya? Ia jenguk dan doakan sang yahudi ketika yahudi itu sakit. 
Kau tahu apa yang dilakukan Muhammad SAW pada seorang Yahudi buta yang tiada hari tanpa mencacinya? Ia suapi setiap hari dengan tangannya sendiri yang mulia tanpa sang yahudi tahu bahwa yang menyuapinya adalah Muhammad SAW yang selalu ia caci.
Itulah Islam. Ber-Islamlah seperti Islam-nya Muhammad SAW, bukan Islam ala egomu.
Jangan sampai kau hanya ber-Islam, tapi kau kehilangan Muhammad SAW
Jangan lemahkan Islam yang kuat dengan tindakan kerdilmu.
Jangan hinakan Islam yang suci dengan perbuatan nista
Monggo dishare Agar Indonesia lebih adem dan dijauhkan dari perpecahan

Wednesday, August 22, 2018

JEMAAT ISLAM NUSANTARA

JEMAAT ISLAM NUSANTARA
Habib Rizieq: Inilah Kesesatan Jemaat Islam Nusantara (JIN)
Eramuslim.com – Dalam pembukaan acara Istighotsah menyambut Ramadhan dan pembukaan munas alim ulama NU,  di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan, NU akan terus memperjuangkan dan mengawal model Islam Nusantara, Minggu, 14/06/2015
Presiden Jokowi saat berpidato dalam membuka Munas alim ulama NU di Masjid Istiqlal,  menyatakan dukungannya secara terbuka atas model Islam Nusantara.Minggu (14/06/2015),
“Islam kita adalah Islam Nusantara, Islam yang penuh sopan santun, Islam yang penuh tata krama, itulah Islam Nusantara, Islam yang penuh toleransi,” kata Presiden Jokowi.
Tentu saja, Konsep Islam Nusantara ini mendapatkan banyak tanggapan dan reaksi dari kalangan tokoh dan masyarakat terlebih para ulama yang selalu mendakwahkan islam.
Diantaranya adalah Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab. Dengan tegas beliau menyatakan bahwa JIN (Jemaat Islam Nusantara) merupakan paham yang sesat dan menyesatkan, serta bukan dari ajaran Islam, sehingga wajib ditolak dan dilawan serta diluruskan.di lansir dari tulisan beliau di suara islam.com.
Maka untuk lebih jelasnya, kami nukilkan 8 Alasan Habib Riziq sihab menolak konsep Islam Nusantara yang di posting oleh Suara Islam dengan judul “Jemaat Islam Nusantara (JIN) Paham Sesat Menyesatkan” :
1.    Islam Pendatang
Bagi JIN bahwa Islam di Indonesia adalah “pendatang” dari Arab yang “numpang”, bukan agama “asli” bangsa Indonesia.
Tanggapan : Islam adalah agama asli yang turun dari langit untuk seluruh penduduk bumi, karena Islam datang dari Allah Swt sang pemilik alam semesta, sehingga Islam di mana saja di atas bumi Allah Swt akan selalu menjadi agama “asli” yang “pribumi”, dan tidak akan pernah jadi “pendatang”.
Jadi, Islam bukan dari Arab, tapi dari langit yang diturunkan pertama kali di tengah orang Arab, kemudian disebarkan ke seluruh dunia.
2. Pribumisasi Islam
Islam sebagai pendatang dari Arab harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku pribumi, sehingga Islam harus siap “dipribumisasikan” agar tunduk kepada budaya setempat.
Karenanya, tidak boleh lagi ada istilah “Islamisasi Indonesia”, tapi yang mesti dilaksanakan adalah “Indonesia-isasi Islam”. Jadi, jangan pernah katakan “Indonesia negara Islam”, tapi katakanlah “Islam ada di Indonesia”.
Tanggapan : jika pola pikir ini benar, maka Islam di China mesti di-China-isasi, dan Islam di India mesti di-India-isasi, serta Islam di Amerika juga mesti di-Amerika-isasi, dan seterusnya, sehingga Islam di dunia jadi bermacam-macam dan berjenis-jenis sesuai negerinya.
Jika mundur lagi ke belakang, mestinya saat Islam ada di tengah masyarakat jahiliyyah, maka Islam harus di-jahiliyyah-isasi.
Jelas, pola pikir di atas ngawur dan tidak ilmiah, bahkan sesat menyesatkan.
3. Tolak Arabisasi
Islam yang ada di Indonesia selama ini adalah “Islam Arab”, sehingga budaya Nusantara terancam dan tergerus oleh Arabisasi.
Karenanya, di Indonesia semua budaya Arab yang menyusup dalam Islam harus diganti dengan budaya Nusantara, sehingga ke depan terwujud “Islam Nusantara” yang khas bagi bangsa Indonesia.
Intinya, JIN menolak semua budaya Islam yang beraroma Arab, karena dalam pandangan mereka semua itu adalah “Arabisasi Islam”, sehingga perlu ada gerakan “Indonesia-isasi Islam” di Nusantara.
Tanggapan : Rasulullah Saw diutus di tengah bangsa Arab untuk meng-Islam-kan Arab, bukan meng-Arab-kan Islam. Bahkan untuk meng-Islam-kan seluruh bangsa-bangsa di dunia, bukan untuk meng-Arab-kan mereka.
Jadi, tidak ada Arabisasi dalam Islam, yang ada adalah Islamisasi segenap umat manusia.
4. Ambil Islam Buang Arab
Islam sebagai pendatang dari Arab tidak boleh mengatur apalagi menjajah Indonesia, tapi Islam harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku pribumi.
Karenanya, bangsa Indonesia boleh ambil budaya Islam, tapi wajib tolak budaya Arab, agar supaya budaya Nusantara tidak terjajah dan tidak pula tergerus oleh budaya Arab.
Tanggapan: ini adalah propaganda busuk JIN yang ingin menolak budaya Islam dengan “dalih” budaya Arab. Pada akhirnya nanti, semua ajaran Islam yang ditolak dan tidak disukai JIN, akan dikatakan sebagai “budaya Arab”.
Dan propaganda ini sangat berbahaya, karena menumbuh-suburkan sikap rasis dan fasis, serta melahirkan sikap anti Arab, yang pada akhirnya mengkristal jadi anti Islam.
5. Ambil Islam Buang Jilbab
Menurut JIN bahwa jilbab adalah budaya Arab karena merupakan pakaian wanita Arab, sehingga harus diganti dengan pakaian adat Nusantara.
Tanggapan : JIN buta sejarah, karena di zaman jahiliyyah, masyarakat Arab tidak kenal jilbab, dan wanita Arab tidak berjilbab. Bahkan wanita Arab saat itu terkenal dengan pakaian yang umbar aurat dan pamer kecantikan, serta tradisi tari perut yang buka puser dan paha.
Lalu datang Islam mewajibkan wanita muslimah untuk berjilbab menutup aurat, sehingga wanita muslimah jadi berbeda dengan wanita musyrikah.
Dengan demikian, jilbab adalah busana Islam bukan busana Arab, dan jilbab adalah kewajiban agama bukan tradisi dan budaya.
6. Ambil Islam Buang Salam
Ucapan “Assalaamu ‘alaikum” adalah budaya Arab, sehingga harus diganti dengan “salam sejahtera” agar bernuansa Nusantara dan lebih menunjukkan jatidiri bangsa Indonesia.
Tanggapan : lagi-lagi JIN buta sejarah, karena di zaman jahiliyyah, salam masyarakat Arab adalah “wa shobaahaah”, bukan “Assalaamu ‘alaikum”.
Lalu datang Islam yang mengajarkan umatnya salam syar’i antar kaum muslimin, yaitu “Assalaamu ‘alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh”. Jadi, “Assalaamu ‘alaikum” adalah “tahiyyatul Islam” bukan “tahiyyatul ‘Arab.”
7. Ambil Tilawah Quran Buang Langgam Arabnya
Termasuk baca Alquran tidak perlu lagi dengan langgam Arab, tapi sudah saatnya diganti dengan langgam Nusantara seperti langgam Jawa dan Sunda atau lainnya, agar supaya lebih Indonesia.
Tanggapan : membaca Alquran dengan langgam Arab bukan kemauan orang Arab, akan tetapi perintah Allah Swt dan Rasulullah Saw.
Dan karena Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, tentu membacanya harus dengan langgam Arab, agar sesuai dengan intonasi makna dan arti. Dan itu pun tidak tiap langgam Arab boleh untuk tilawah Alquran.
Langgam gambus dan langgam qashidah berasal dari Arab, tapi tidak boleh digunakan untuk tilawah Alquran, karena keduanya adalah langgam seni dan budaya serta musik dan hiburan.
Apalagi langgam tari perut yang merupakan langgam seni dan budaya Arab untuk pertunjukan maksiat, lebih tidak boleh digunakan untuk tilawah Alquran.
Karenanya, membaca Alquran dengan langgam selain Arab tidak diperkenankan, karena memang tidak sesuai dengan pakem bahasa Arab, sehingga tidak akan sesuai dengan intonasi makna dan arti.
Apalagi dengan langgam seni dan budaya selain Arab yang digunakan untuk hiburan dan pertunjukan, seperti langgam dalang pewayangan, langgam sinden jaipongan, langgam gambang kromong, dan sebagainya, tentu lebih tidak boleh lagi.
Allah Swt telah menganugerahkan bangsa Indonesia kefasihan dalam lisan Arab, sehingga dari Sabang sampai Merauke, orang dewasa maupun anak-anak, sangat fasih dalam mengucapkan lafzhul jalalah “Allah” dan aneka dzikir seperti “Subhanallah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar.” dan mereka pun sangat fasih juga dalam membaca Alquran.
Bahkan bangsa Indonesia sangat ahli dalam ilmu tajwid dan amat piawai dalam tilawatil Alquran dengan langgam Arab, sehingga di hampir setiap Musabaqah Tilawatil Qur’an internasional, para qori Indonesia banyak sukses dan berhasil keluar jadi juara dunia tilawah.
Karenanya, pembacaan Alquran dengan langgam dalang pewayangan adalah “kemunduran”, di mana bangsa Indonesia yang sudah sangat maju dalam tilawatil Qur’an, hingga mengungguli bangsa Arab sekali pun, lalu dibawa mundur jauh ke alam mitos pewayangan di zaman semar dan petruk.
8. Ambil Alquran Buang Bahasa Arabnya
Baca Alquran tidak mesti dengan bahasa Arab, tapi cukup dengan terjemah Indonesianya saja, agar umat Islam Indonesia bisa langsung menyimak dan memahami makna dan arti ayat-ayat yang dibaca.
Tanggapan : inilah tujuan sebenarnya dari propaganda JIN yaitu menjauhkan Alquran dari umat Islam, karena mereka paham betul bahwa ruh dan jiwa Islam adalah Alquran.
Bagi JIN, siapa ingin hancurkan dan lenyapkan Islam, hancurkan dan lenyapkanlah Alqurannya. Jadi jelas sudah, bahwa yang diserang JIN sebenarnya bukan Arab, tapi Islam.
Karenanya, selain yang sudah disebutkan di atas, JIN juga melakukan aneka ragam propaganda anti Arabisasi untuk merealisasikan tujuan busuknya, antara lain :
Pertama, menolak istilah-istilah yang diambil dari bahasa Arab, hingga sebutan abi dan ummi pun mereka kritisi, sehingga harus diganti dengan istilah-istilah Indonesia, tapi lucunya mereka alergi dengan istilah Arab namun sangat suka dan amat fasih menggunakan istilah-istilah Barat.
Kedua, menolak penamaan anak dengan nama-nama Islam yang diambil daribahasa Arab, sehingga anak Indonesia harus diberi nama Indonesia. Tapi lucunya mereka senang dan bangga dengan penamaan anak Indonesia dengan nama-nama barat dengan dalih lebih modern, walau pun bukan nama Indonesia.
Ketiga, bahkan mulai ada rumor penolakan terhadap pengafanan mayit dengan kain putih karena beraroma tradisi Arab, sehingga perlu diganti dengan kain batik agar kental aroma Indonesia.
Bahkan mereka mulai tertarik dengan pakaian jas dan dasi barat buat mayit sebagaimana pengurusan jenazah non-Islam, dengan dalih jauh lebih keren dan rapih ketimbang “pocong”, walau bukan budaya Indonesia.
Demikian kami cuplikan dari tulisan beliau, semoga membuka wacana kaum muslimin Indonesia untuk lebih waspada menerima sebuah konsep yang digelontorkan seorang tokoh.(rz)

Monday, August 20, 2018

ILMU PANGURIPAN

ILMU PANGURIPAN
Saya melihat simbok penjual sayur menyruput teh... nampak nikmat sekali..., setelah puas ditutupnya kembali cangkirnya...  
Saya mencoba untuk belajar.... merenung peristiwa ini....??
Ternyata  pada akhirnya semua rasa itu sama...  
Secangkir teh itu hanyalah seharga  Rp  2.000,00 (dua ribu rupiah). Namun simbok itu begitu menikmatinya... tidak beda dengan  nikmatnya teh yang dibeli  di cafe atau resto dengan tarif harga mahal.
Seberapa lama teh itu nikmat...? 
Hanyalah sepanjang perjalanan sampai di tenggorokan... setelah itu rasanya lenyap.
Tidak berbeda dengan minuman semahal apapun.
Begitu pula nikmat-nikmat  yang lainnya, ketika tidur di kasur yang empuk ataupun tikar, ketika mata terpejam, kita tak bisa membedakan saat ini tidur di mana... nikmatnya kasur empuk hanyalah terasa sampai mata ini terpejam.
Begitu pula tentang sebuah penderitaan. Sewaktu nglaju dari Yogya-Wonosobo lewat Magelang dan Secang, saya sering tidak mendapat tempat duduk di bis... pegel2 deh kaki ini, apalagi bawa bawaan... dan baru dapat tempat duduk, 10 menit menjelang turun. 
Rasanya penderitaan 5 jam sebelumnya tidak terasa lagi, nikmaaatt sekali.... yang 10 menit ini. Namun senikmat apapun, saat kondektur bilang "sobo terakhir, Sobo terakhir..." maka tanpa pikir panjang atau berat hati saya berdiri.. kursi saya tinggalkan. 
Tak terpikir untuk membawa kursi bis. 
Entah esok akan dapat kursi lagi atau tidak.. pokoknya kursi saya tinggalkan.
Begitu pula dengan kursi jabatan.. saatnya selesai, tinggalkan kursi dengan senang hati.
Ternyata kehidupan itu hanyalah tentang rasa... dan segala rasa hanyalah sebentar dan akan berganti rasa yang lain.
Apapun rasa yang hadir padamu saat ini... nikmati sajalah.. karena semua hanya sementara...
Simbok.. maturnuwun... sudah mengajarkan ilmu panguripan ... mugi slamet lan sehat nggih ... benjang sadean malih...
Sugeng enjing.
Ilmu Panguripan - (Zo.sil/pepeling)

Saturday, August 18, 2018

KETIKA AGAMA KEHILANGAN TUHANNYA

KETIKA AGAMA KEHILANGAN TUHANNYA
Ketika Agama Kehilangan Tuhannya
Dulu agama menghancurkan berhala. Kini agama jadi berhala. Tak kenal Tuhannya, yang penting agamanya.
Dulu orang berhenti membunuh karena agama, Sekarang orang saling membunuh karena agama.
Dulu orang saling mengasihi karena beragama. Kini orang saling membenci karena beragama.
Ajaran agama tak pernah berubah dari dulu, Tuhannya pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apa?
MANUSIANYA !!!
Dulu pemimpin agama dipilih berdasarkan kepintarannya, yang paling cerdas diantara orang orang lainnya. Sekarang orang yang paling dungu yang tidak bisa bersaing dengan orang-orang lainnya, dikirim untuk belajar jadi pemimpin agama.
Dulu para siswa diajarkan untuk harus belajar giat dan berdoa untuk bisa menempuh ujian. Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat sebelum ujian berdoa paling kencang, karena diajarkan pemimpin agamanya untuk berdoa supaya lulus.
Dulu agama mempererat hubungan manusia dengan Tuhan. Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena terlalu sibuk dengan urusan urusan agama.
Dulu agama ditempuh untuk mencari wajah Tuhan. Sekarang agama ditempuh untuk cari muka dihadapan Tuhan.
Esensi beragama telah dilupakan, Agama kini hanya komoditi yang menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, karena semua yang berbau agama telah didewa-dewakan, takkan pernah dianggap salah, tak pernah ditolak, dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan. 
Agama jadi hobi, tren, dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.
Agama kini diperTuhankan, sedang Tuhan itu sendiri dikesampingkan. Agama dulu memuja Tuhan. Agama kini menghujat Tuhan. Nama Tuhan dijual, diperdagangkan, dijaminkan dijadikan murahan, oleh orang-orang yang merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan.
Tuhan mana yang mengajarkan untuk membunuh? 
Tuhan mana yang mengajarkan untuk membenci?
Tapi manusia membunuh, membenci, mengintimidasi, merusak, sambil dengan bangga meneriakkan nama Tuhan, berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah manusia lainnya.
Agama dijadikan senjata untuk menghabisi manusia lainnya. Dan tanpa disadari manusia sedang merusak reputasi Tuhan, dan sedang mengubur Tuhan dalam-dalam dibalik gundukan ayat-ayat dan aturan agama.

Thursday, August 16, 2018

DEBAT PUBLIK ISLAM NUSANTARA

DEBAT PUBLIK ISLAM NUSANTARA
Debat Terbuka Dengan Ansor Soal Islam Nusantara, Habib Hanif Alatas: Jangan Sampai Jadi Sarden Babi Cap Onta
Jakarta - Di Cianjur, Jawa Barat, pada hari Sabtu 28 Juli 2018 mulai pukul 22 : 30 WIB digelar Munazhoroh atau debat terbuka antara FPI dan Ansor di Ponpes Hibatussa'diyyah,  Pimp KH. Cepy Hibatullah.
Kyai Salman, Lc,  selaku narasumber pertama dari kubu pro Islam Nusantara menyampaikan bahwa Islam Nusantara bukanlah mazhab baru akan tetapi Isnus adalah konsep beragama Islam Ahlusunnah wal Jamaah yang santun, ramah dan mengedepankan pendekatan budaya dalam dakwah, sebagaimana hal ini terwujud di Nusantara sejak berabad-abad yang lalu.
Sementara itu, Habib Hanif Alathas, Lc. sebagai Ketua Umum FSI menyampaikan materi menggunakan power point dengan judul "Islam Nusantara,  antara Konsep dan Realita" di awal pemaparannya beliau sampaikan bahwa dalam menilai Islam Nusantara jangan sampai tertipu dengan bungkus dan teori,  namun kita juga harus melihat kepada substansi dan realita yang ada.
Beliau memaparkan bahwa jika melihat konsep tertulis yang ditawarkan,  khususnya yang dirumuskan dalam hasil Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur di Malang, yaitu; Islam Nusantara adalah ajaran Ahlusunnah wal Jamaah yang anti Radikal dan Liberal,  juga Syiah dan Wahabi, dengan cara dakwah yang sopan santun serta mengedepankan akhkaqul karimah, Maka defenisi ini sangat bagus dan menarik.
Namun realita dan fakta di lapangan membuktikan sebaliknya, Islam Nusantara dibajak oleh kelompok Liberal untuk mengkampanyekan kebencian kepada Arab.
Di samping itu, Isnus juga kerap dijadikan kendaraan untuk meligitimasi ajaran-ajaran yang menyimpang seperti Rofidhoh,  Liberalisme,  Pluralisme bahkan sampai Komunisme,  juga banyak tokoh-tokoh Isnus menganggap ajaran Islam seperti Cadar,  Gamis,  Jenggot, dll sebagai BUDAYA ARAB,  bahkan menebar kebencian kepada para Habaib.
Untuk membuktikan ini semua Habib Hanif menampilkan fakta tak terbantahkan berupa tampilan video-video pernyataan nyeleneh para petinggi Islam Nusantara,  seperti KH Said Agil Siroj, KH Yahya Kholil Tsaquf, Ulil Abshar Abdalah, Dll.
Bahkan menariknya,  beliau sekaligus membantah semua statemen nyeleneh para petinggi Isnus dengan nukilan-nukilan  dari berbagai Karya Hadhrotusyekh KH Hasyim Asy'ari, sehingga nampak jelas bahwa berbagai kengawuran yang nampak dari tokoh-tokoh tersebut pada hakikatnya adalah penyimpangan terhadap koridor yang telah digariskan pendiri NU.
Beranjak dari hal tersebut,  Habib Hanif menuturkan bahwa ada kesenjangan yang begitu dalam antara teori yang indah dan fakta yang menyakitkan sehingga beliau mengatakan "Jangan sampai Islam Nusantara ini seperti sarden babi cap onta, bungkusnya menarik namun isinya rusak,  beda jauh "
Habib Hanif dalam hal ini juga meminta maaf kepada moderator karena waktu persentasi beliau melebihi durasi yang disediakan, karena khawatir jika dipotong akan menjadikan pemahamannya rancu,  sebab pemahaman yang keliru lebih bahaya dari sekedar melewati waktu karenanya Habib Hanif juga mempersilahkan manakala pihak pro Islam Nusantara ingin diberikan waktu tambahan,  agar adil.
Dalam sesi tanggapan,  Kyai Salman mengutarakan bahwa Habib Hanif telah keluar dari Tema Islam Nusantara, beliau lebih fokus kepada pemikiran-pemikiran negatif KH. Said Agil Siroj, padahal Said Agil hanya salah satu dari Pengusung Islam Nusantara.  
Habib Hanif dengan lugas menjawab bahwa dia tidak sama sekali keluar dari tema,  justru judul materi beliau adalah Membandingkan Islam nusantara antara konsep dan realita yang ada, KH Said Agil adalah pemilik Ide Islam Nusantara (Beliau menunjukkan Video pengakuan Said Agil bahwa ISNUS adalah Idenya)  sehingga statemen-statemen beliau menjadi cerminan dari Islam Nusantara itu sendiri,  ini yang menjadi persepsi umum.
Andai kata yang mengucapkan semua statemen adalah soerang santri maka tidak akan menjadi masalah, namun yang mengucapkan adalah para petinggi PBNU, maka akan menjadi representasi dari Islam Nusantara itu sendiri.
Habib Hanif melanjutkan bahwa lain halnya jika PBNU langsung membantah pernyataan-pernyataan yang nyeleneh ini dan menyatakan bahwa itu bukan bagian dari Islam Nusantara,  maka konsep ini akan tetap terjaga.
Tapi faktanya sampai saat ini tidak ada bantahan resmi sama sekali bahkan terkesan dibiarkan dan selalu dibela.  Dari sini,  beliau melihat bahwa Istilah Islam Nusantara masih sangat rentan dibajak oleh siapun,  sehingga berbagai aliran sempalan berlindung dibelakang baju Islam Nusantara, dari pada kita mempertaruhkan akidah Ummat lebih baik pakai Istilah yang sudah pasti dan terbukti,  yaitu Ahlusunnah wal Jamaah.
Kalau dipandang masih kurang jelas maka tambahkan Asy'ariyyah,  kaidahnya sudah jelas,  konsepnya jelas,  kitab-kitab rujukannya sudah jelas,  Dipegang teguh oleh para ulama dari masa kemasa,  sehingga tidak bisa dibajak oleh pihak manapun. Jika ada yang jelas dan terbukti,  mengapa harus cari yang bermasalah ?
KH. Cepy Hibatullah selaku tuan rumah yang mendukung Islam nusantara juga menanggapi,  bahwa sebetulnya ia gregetan melihat statemen-statemen para petinggi NU,  semisal Gusdur,  KH Said Agil dan KH Yahya Kholil Tsaquf,  namun beliau memandang bahwa ucapan-ucapan mereka tidak bisa dihukumi secara dzhohir karena mereka termasuk Ahlussama' (Penduduk Langit) sehingga statemennya itu masuk kategori Siyasah Aliyaah (politik tingkat tinggi)  yang cukup kita sikapi dengan Husnudzhon.
Dengan santai Habib Hanif menjawab bahwa Syariat memerintahkan kita untuk menilai apa yang nampak,  adapun perkara bathin kita serahkan kepada Allah SWT,  hal ini dicontohkan oleh Wali Songo yang menghukum Syekh Siti Jenar,  begitu pula  Ulama yang menghukum mati Hallaj,  meskipun keduanya Ahli Hakikat dan Makrifat namun ulama tetap menghukumi secara dzhohir.
Disamping itu syariat memerintahkan kita untuk berbicara sesuai dengan kadar akal lawan bicara kita,  terlebih seorang ulama yang berbicara dihadapan ummat,  jangan sampai apa yang disampaikan menjadi fitnah yang mendangkalkan akidah, dalam hal ini akidah ummat dipertaruhkan.  Nasihat ini pernah disampaikan oleh al-Marhum KH. M. Subadar Besuk  seorang ulama sepuh dan kharismatik NU kepada KH Said Agil saat diskusi di Sidogiri,  Pasuruan.
Habib Hasan Asseggaf selaku Ketua DPW FPI Bogor juga membacakan kutipan dari kitab Bughyah al-Mustarsyidin, bahwa Seorang Ulama Haram sembarangan bicara depan Ummat,  apalagi masalah-masalah yang membuat ummat jadi menggampangkan dan bermain-main dalam urusan Agama, ini sangatlah berbahaya,  karenanya ulama-ulama terdahulu,  khususnya  Almarhum KH Agil Siroj (Ayahanda Said Agil)   sangat berhati-hati dalam bicara depan ummat mereka tidak pernah menyampaikan hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah.
Gus Lutfi Rohman selaku ketua DPD FSI Jawa Tengah juga menyampaikan bahwa beliau hadir dalam Muktamar NU Jombang,  beliau sebagai orang NU sejak lahir mempertanyakan tema "Islam Nusantara  Untuk Perdamaian Dunia " yang diusung dalam muktamar Jombang, Beliau mengatakan " Saya lihat sendiri Muktamar Jombang itu kisruh,  sampai-sampai Gus Mus menangis ketika baca head line  berita saat itu (Muktamar Muhammadiyah Teduh,  Muktamar NU Kisruh), Bagaimana Konsep ini mau memberikan kedamaian dunia,  kalau didalam NU saja membuat rusuh?? "  tutur Gus Lutfi.
Pada sesi penutup,  KH Cepy selaku tuan rumah mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak atas terselenggaranya debat publik ini.
Sebagai Closing statemen, Habib Hanif mengutip Nasihat Hadhrotusyekh KH Hasyim Asy'ari dalam kitabnya Mawaidz,  agar kita semua meninggalkan fanatisme golongan dan berlomba lomba membela Alquran serta Agama, karena jihad melawan para perusak Agama adalah wajib.
Sejak awal, Debat publik ini berjalan dengan santun, akhlaqul karimah,  aman dan Kondusif, sampai ditutup dengan doa oleh Habib Hud Alidrus.

Tuesday, August 14, 2018

A N G I N D U D U K

A N G I N  D U D U K
Pada suatu ketika dimana Nabi Allah Sulaiman a.s duduk di Singgasana, maka datang 'satu Angin' yang cukup besar, maka bertanya Nabi Allah Sulaiman: "Siapakah engkau. . . ??
Maka dijawab oleh Angin tersebut : "Akulah 'Angin Rihul Ahmar' dan aku bila memasuki rongga anak Adam, maka lumpuh, keluar darah dari rongga hidung dan apabila aku memasuki otak anak Adam, maka menjadi gilalah anak Adam. . ."
Maka diperintahkan oleh Nabi Sulaiman a.s, supaya membakar Angin tersebut, maka berkatalah, 'Rihul Ahmar' kepada Nabi Sulaiman a.s bahwa: "Aku kekal sampai hari kiamat tiba, tiada sesiapa yang dapat membinasakan aku melainkan Allah SWT."
Lalu 'Rihul Ahmar' pun menghilang.
Diriwayatkan bahwa : Cucu Nabi Muhammad SAW, terkena 'Rihul Ahmar' sehingga keluar darah dari rongga hidungnya. 
Maka datang Malaikat Jibril kepada Nabi SAW dan bertanyalah Nabi kepada Jibril. 
Maka menghilang sebentar, lalu Malaikat Jibril kembali mengajari akan Do'a Rihul Ahmar' kepada Nabi SAW, kemudian dibaca Do'a tersebut kepada cucunya dan dengan sekejap cucu Rasulullah sembuh dengan serta merta. 
Lalu Nabi SAW bersabda : "Bahwa barangsiapa membaca Do'a Stroke /Do'a Rihul Ahmar', walaupun sekali dalam seumur hidupnya, maka akan dijauhkan dari Penyakit ANGIN AHMAR atau STROKE'.
Do'a agar dijauhkan/terhindar dari 'Angin Ahmar dan Penyakit Kronis', sbb. :
اللهم إني أعوذبك من الريح الأحمر والدم الأسود والداء الأكبر
"Allohumma innii a'uudzubika minar riihil ahmar, wad damil aswad, wad daail Akbar."
Artinya : "Yaa Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari angin merah dan dari darah hitam (stroke) dan dari penyakit berat."
'Riihul Ahmar' biasa masuk pada saat seseorang tidur bakda Ashar hingga waktu Isya'.
Maka hindarilah tidur diwaktu itu sekantuk / secapek apapun. . . silahkan dirasakan sendiri perbedaan tidur tengah hari (siang), bakda Ashar & malam hari pada saat bangun dari tidur waktu² tsb.
 Teruskanlah ke Group Keluarga, Sahabat kita yang kita sayang, agar kita semua  terhindar dari 'STROKE'. 
Insya' Allah. . .
Semoga kita senantiasa dalam balutan sehat wal a'fiat. . . !!!
Aamiin Yaa Rabbal'alamiin