Wednesday, October 17, 2018

MENGERJAKAN KEBAIKAN

MENGERJAKAN KEBAIKAN
Renungan Awal Malam
Sahabat dan Kerabat, Allah SWT. berfirman : "Maka barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya". ~ QS 99 - Az-Zalzalah : 7 – 8 ~
Allah SWT. juga berfirman : ''Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorangpun dirugikan barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahalanya). Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan". ~ QS 21 - Al-Anbiyaa’ : 47 ~
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Sahabat dan Kerabat, pada Hari Perhitungan (Yaumul Hisab) nanti, setiap perbuatan kita masing-masing akan ditimbang dengan tepat.
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan (walaupun hanya) sebesar (biji) dzarrah, niscaya dia akan mendapatkan balasannya. Sebaliknya, barang siapa yang mengerjakan kejahatan (walaupun hanya) sebesar (biji) dzarrah, niscaya dia juga akan mendapatkan balasannya.
Dalam kaitannya dengan hal ini, Umar bin Khattab RA. pernah berkata : "Haasibu anfusakum qabla antuhasabu", yang artinya "Hisablah dirimu (amalmu) sebelum kelak engkau dihisab (oleh Allah SWT)".
Sahabat dan Kerabat, apabila kita sering menghisab diri kita sendiri, maka Insya Allah kita akan bisa lebih mudah untuk melihat dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat, dan dengan demikian, maka kita akan bisa segera memohon ampun atas dosa dan kesalahan kita itu, serta sekaligus juga kedepannya kita akan bisa mengendalikan diri kita, supaya dosa dan kesalahan tersebut tidak akan terulang kembali.
Imam Hasan Al Bashri berkata : "Seorang Mukmin adalah orang yang mampu mengusai dan bermuhasabah terhadap dirinya".
Sahabat dan Kerabat, berikutnya marilah kita panjatkan do'a ini :
"Allahumma hawwin ‘alaina fii sakaratilmaut, wannajaata minannari wal’afwa ‘indal hisaab"
"Ya Allah, mudahkan bagi kami waktu (sekarat) menghadapi maut, dan selamatkan dari siksa neraka, dan pengampunan waktu hisab".

Aamiin Yaa Rabbal 'alaamiin

Wednesday, October 10, 2018

4 GOLONGAN MANUSIA PENGHANCUR ISLAM

4 GOLONGAN MANUSIA PENGHANCUR ISLAM
Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah menuturkan :
Imam Muhammad bin al-Fadl berkata : Lenyapnya agama Islam di tangan empat golongan manusia :
○صنف لا يعملون بما يعلمون،
1.  Golongan yang tidak mau mengamalkan sesuatu yang sudah diketahuinya,
○و صنف يعملون بما لا يعلمون،
2.  Golongan yang mengamalkan sesuatu yang tidak diketahuinya,
○و صنف لا يعملون ولا يعلمون،
3.  Golongan yang tidak beramal dan tidak mengetahui tentang Islam,
○و صنف يمنعون الناس من التعلم.
4.  Golongan yang menghalangi umat manusia untuk mempelajari Islam.
قلت-أي بن القيم-:
Aku berkata (Ibnu Qayyim) :
الصنف الأول: من له علم بلا عمل؛ فهو أضر شيء على العامة؛ فإنه حجة لهم في كل نقيصة و مبخسة.
GOLONGAN KE-1Orang yang punya ilmu tanpa amal, dia sosok paling berbahaya buat awam, ia menjadi hujjah (pembenaran) buat mereka pada setiap kelemahan dan keburukan mereka.
GOLONGAN KE-2
Ahli ibadah yang jahil, sedangkan umat manusia berprasangka baik kepadanya karena ketekunan ibadah dan kesalehannya, mereka menjadikannya sebagai panutan padahal ia berada dalam kebodohan.
Kedua golongan tersebut, sebagian ulama Salaf memperingatkan: Waspadalah terhadap fitnah ahli ilmu yang bejat dan ahli ibadah yang bodoh, karena fitnah keduanya adalah biang segala fitnah. Karena umat manusia senantiasa meneladani ahli ilmu dan ahli ibadah. 
Bila ahli ilmu bejat dan ahli ibadah bodoh maka musibah akan merata dan fitnah akan merajalela pada kalangan khusus dan umum.
GOLONGAN KE-3, mereka yang tidak punya ilmu dan tidak punya amal, sehingga mereka laksana hewan ternak.
GOLONGAN KE-4, mereka para agen iblis di muka bumi, mereka membuat umat manusia berat melangkah untuk menuntut ilmu dan memahami agama, bahkan mereka lebih berbahaya ketimbang setan dari kalangan jin, karena mereka menjauhkan hati mereka dari hidayah Allah dan jalanNya.
مفتاح دار السعادة :490/1
Penterjemah : Ustadz Zainal Abidin bin Syamsuddin Lc, حفظه الله تعالى
Wallahua'lam
Semoga Bermanfaat
#Mari terus Berbagi KEBAIKAN...

Thursday, October 4, 2018

MBAH JUM

MBAH JUM
Oleh : Irene Radjiman
Begitulah beliau dipanggil. Aku sempat bertemu dengannya 5 tahun yang lalu saat berlibur di Kasian Bantul Yogyakarta. Nama desanya saya lupa.
Mbah Jum seorang tuna netra yang berprofesi sebagai pedagang tempe. Setiap pagi beliau dibonceng cucunya ke pasar untuk berjualan tempe. Sesampainya dipasar tempe segera digelar. Sambil menunggu pembeli datang, disaat pedagang lain sibuk menghitung uang dan ngerumpi dengan sesama pedagang, mbah Jum selalu bersenandung sholawat. Cucunya meninggalkan mbah Jum sebentar, karena ia juga bekerja sebagai kuli panggul dipasar itu. Dua jam kemudian, cucunya datang kembali untuk mengantar simbahnya pulang kerumah. Tidak sampai 2 jam dagangan tempe mbah Jum sudah habis ludes. Mbah Jum selalu pulang paling awal dibanding pedagang lainnya. Sebelum pulang mbah Jum selalu meminta cucunya menghitung uang hasil dagangannya dulu. Bila cucunya menyebut angka lebih dari 50 ribu rupiah, mbah Jum selalu minta cucunya mampir ke masjid untuk memasukkan uang lebihnya itu ke kotak amal. 
Saat kutanya : “Kenapa begitu ?”
Karena kata simbah modal simbah bikin tempe Cuma 20 ribu. Harusnya simbah paling banyak dapetnya yaa 50 ribu. Kalau sampai lebih berarti itu punyanya gusti Allah, harus dikembalikan lagi. Lha rumahnya gusti Allah kan dimasjid mbak, makanya kalau dapet lebih dari 50 ribu, saya diminta simbah masukkin uang lebihnya ke masjid.”
“Lho, kalo sampai lebih dari 50 ribu, itukan hak simbah, kan artinya simbah saat itu bawa tempe lebih banyak to ?” Tanyaku lagi
“Nggak mbak. Simbah itu tiap hari bawa tempenya ga berubah-ubah jumlahnya sama.” Cucunya kembali menjelaskan padaku.
“Tapi kenapa hasil penjualan simbah bisa berbeda-beda ?” tanyaku lagi
“Begini mbak, kalau ada yang beli tempe sama simbah, karena simbah tidak bisa melihat, simbah selalu bilang, ambil sendiri kembaliannya. Tapi mereka para pembeli itu selalu bilang, uangnya pas kok mbah, ga ada kembalian. Padahal banyak dari mereka yang beli tempe 5 ribu, ngasih uang 20 ribu. Ada yang beli tempe 10 ribu ngasih uang 50 ribu. Dan mereka semua selalu bilang uangnya pas, ga ada kembalian. Pernah suatu hari simbah dapat uang 350 ribu. Yaaa 300 ribu nya saya taruh dikotak amal masjid.” Begitu penjelasan sang cucu.
Aku melongo terdiam mendengar penjelasan itu. Disaat semua orang ingin semuanya menjadi uang, bahkan kalau bisa kotorannya sendiripun disulap menjadi uang, tapi ini mbah Jum…?? Aahhh…. Logikaku yang hidup di era kemoderenan jahiliyah ini memang belum sampai.
Sampai rumah pukul 10:00 pagi beliau langsung masak untuk makan siang dan malam. Ternyata mbah Jum juga seorang tukang pijat bayi (begitulah orang dikampung itu menyebutnya). Jadi bila ada anak-anak yang dikeluhkan demam, batuk, pilek, rewel, kejang, diare, muntah-muntah dan lain-lain, biasanya orang tua mereka akan langsung mengantarkan ke rumah mbah Jum. Bahkan bukan hanya untuk pijat bayi dan anak-anak, mbah Jum juga bisa membantu pemulihan kesehatan bagi orang dewasa yang mengalami keseleo, memar, patah tulang, dan sejenisnya. Mbah Jum tidak pernah memberikan tarif untuk jasanya itu, padahal beliau bersedia diganggu 24 jam bila ada yang butuh pertolongannya. Bahkan bila ada yang memberikan imbalan untuk jasanya itu, ia selalu masukan lagi 100% ke kotak amal masjid. Ya ! 100% ! anda kaget ? Sama, saya juga kaget. 
Ketika aku kembali bertanya : “kenapa harus semuanya dimasukkan ke kotak amal ?” 
Mbah Jum memberi penjelasan sambil tersenyum :
“Kulo niki sakjane mboten pinter mijet. Nek wonten sing seger waras mergo dipijet kaleh kulo, niku sanes kulo seng ndamel seger waras, niku kersane gusti Allah. Lha dadose mbayare mboten kaleh kulo, tapi kaleh gusti Allah.” (Saya itu sebenarnya nggak pinter mijit. Kalau ada yang sembuh karena saya pijit, itu bukan karena saya, tapi karena gusti Allah. Jadi bayarnya bukan sama saya, tapi sama gusti Allah).
Lagi-lagi aku terdiam. Lurus menatap wajah keriputnya yang bersih. Ternyata manusia yang datang dari peradaban kapitalis akan terkaget-kaget saat dihadapkan oleh peradaban sedekah tingkat tinggi macam ini. Dimana di era kapitalis orang sekarat saja masih bisa dijadikan lahan bisnis. Jangankan bicara GRATIS dengan menggunakan kartu BPJS saja sudah membuat beberapa oknum medis sinis.
Mbah Jum tinggal bersama 5 orang cucunya. Sebenarnya yang cucu kandung mbah Jum hanya satu, yaitu yang paling besar usia 20 tahun (laki-laki), yang selalu mengantar dan menemani mbah Jum berjualan tempe dipasar. 4 orang cucunya yang lain itu adalah anak-anak yatim piatu dari tetangganya yang dulu rumahnya kebakaran. Masing-masing mereka berumur 12 tahun (laki-laki), 10 tahun (laki-laki), 8 tahun (laki-laki) dan 7 tahun (perempuan).
Dikarenakan kondisinya yang tuna netra sejak lahir, membuat mbah Jum tidak bisa membaca dan menulis, namun ternyata ia hafal 30 juz Al-Quran. Subhanallah…!! Cucunya yang paling besar ternyata guru mengaji untuk anak-anak dikampung mereka. Ke-4 orang cucu-cucu angkatnya ternyata semuanya sudah qatam Al-Quran, bahkan 2 diantaranya sudah ada yang hafal 6 juz dan 2 juz.
“Kulo niki tiang kampong. Mboten saget ningali nopo-nopo ket bayi. Alhamdulillah kersane gusti Allah kulo diparingi berkah, saget apal Quran. Gusti Allah niku bener-bener adil kaleh kulo.” (saya ini orang kampong. Tidak bisa melihat apapun dari bayi. Alhamdulillah kehendak gusti Allah, saya diberi keberkahan, bisa hafal Al-Quran. Gusti Allah itu benar-benar adil sama saya). 
Itu kata-kata terakhir mbah Jum, sebelum aku pamit pulang. Kupeluk erat dia, kuamati wajahnya. Kurasa saat itu bidadari surga iri melihat mbah Jum, karena kelak para bidadari itu akan menjadi pelayan bagi mbah Jum.
Matur nuwun mbah Jum, atas pelajaran sedekah tingkat tinggi 5 tahun yang lalu yang sudah simbah ajarkan pada saya di pelosok desa Yogyakarta.
SILAHKAN SHARE ATAU COPAS DENGAN MENYERTAKAN LINK BLOG INI.
DILARANG KERAS MENGAMBIL IDE CERITA INI UNTUK TUJUAN KOMERSIL

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1630417800338523&id=100001109553805