Monday, August 5, 2013

PASCA RAMADHAN

PASCA RAMADHAN
Oleh: H.R. Bambang Irawan


Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, boleh dibilang kita telah habis-habisan beribadah selama Ramadhan. Selain shaum, ibadah-ibadah lain yang sempat kedodoran di bulan-bulan biasa telah ditingkatkan berlipat ganda. Mulai dari taraweh, tahajud, tadarus, qatam Al-Qur’an, i’tikaf, dzikir dan doa, tafakur, sedekah dalam berbagai bentuk dari membagi harta sampai senyum dikulum, alhamdulillah semuanya telah kita lakukan dengan semakin intensif.

Memang bulan Ramadhan penuh berkah! Klimaks nya adalah pencapaian hari kemenangan, Idul Fitri. Hari kemenangan ini dirayakan dengan ibadah yang maksimal pula; berzakat, takbir, sholat Ied dan silaturahmi kepada sesama. Kebahagiaan mencapai final tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Suatu  rasa bahagia yang kita rasakan manakala kita telah berjuang mati-matian, lantas kita memperoleh hasilnya dengan selamat sejahtera.

Kebahagiaan ini mungkin tidak lama kita rasakan. Mungkinkah hanya pada 1 Syawal saja? Bagaimana dengan hari-hari berikutnya? Apakah hari-hari berikutnya sekedar merupakan anti-klimaks dari kekhusukan dan kekhidmatan ibadah yang telah kita lakoni selama Ramadhan? Mestinya bukan!

Namun banyak diantara kita menganggap Idul Fitri sebagai hari kemenangan dimana seakan-akan diperoleh buku baru dengan lembaran-lembaran yang putih bersih yang siap diisi dengan kisah-kisah dosa. Mereka kembali ke-“dunia”-nya dengan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Mereka kumat lagi! Mungkin tak lama lagi kita akan melihat lagi kezaliman-kezaliman, saling fitnah, hujat menghujat, saling memusuhi bahkan saling bunuh untuk mengejar prinsip-prinsip keduniawian. Bahkan menjelang hari kemenangan tahun ini, yang akan jatuh pada 8 Agustus 2013, terdengar berita bahwa telah terjadi pemboman dan berbagai tindak kemaksiatan di negeri kita yag mayoritas Islam ini

Sungguh menyedihkan! Mereka lupa pada latihan-latihan menahan diri yang telah mereka jalani selama Ramadhan. Hikmah Ramadhan seakan hilang di hati mereka. Bagaimana kiatnya agar memudarnya hikmah Ramadhan tak terjadi pada diri kita?

Kuncinya terletak pada bagaimana kita menjaga momentum ketaqwaan yang telah kita capai di bulan Ramadhan, yaitu dengan terus melakukan ibadah secara baik. Ibadah yang baik adalah ibadah yang kita lakukan sebagai bukti kecintaan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala sebagaimana tersirat dalam beberapa ayat berikut ini.

“Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. ~ QS 2 – Al-Baqarah : 21 ~

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ~ QS 3 – Ali ‘Imran : 31 ~

Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan RasulNya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang kafir” ~ QS 3 – Ali ‘Imran : 32 ~

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nyadalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. ~  QS 98 – Al-Bayyinah : 5 ~

Jadi, ibadah yang baik menurut beberapa ayat Al-Qur’an diatas mensyaratkan 3 perkara.

Pertama, ibadah itu harus mengikuti sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam , karena hanya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam yang telah diberikan mandat oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’ala untuk menjelaskan tata cara beribadah yang baik. Nabi saw memang merupakan satu-satunya suri tauladan yang harus kita ikuti.

Untuk bisa beribadah yang baik Rasulullah saw selalu berdoa: “Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika, Ya Allah, Tuhanku, bantulah aku untuk dapat mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah yang baik kepada-Mu”. Bulan Ramadhan dapat kita extend dengan melakukan puasa sunnah Senin-Kamis. Dengan berpuasa sunnah setidak-tidaknya spirit ketaqwaan bulan Ramadhan akan terus terpelihara.

Kedua, ibadah harus dilakukan dengan keikhlasan yang semata-mata untuk mencari keridhaan-Nya. Ibadah harus benar-benar lillahi ta’ala, tanpa pamrih. Jangan kita berpuasa sunnah karena kita mau tetap langsing, atau bersedekah karena kita kasihan pada seseorang, atau bekerja keras karena kita ingin mengejar harta.

Lakukanlah semua itu, berpuasa sunnah, bersedekah, bekerja keras dan lain-lainnya demi Allah semata. Dengan cara itu, maka Allah selalu melindungi kita dan melimpahkan rezeki dari arah yang tak terduga. Allah berfirman:

“Barangsiapa di antara kamu sekalian tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang banyak”. ~ QS 33 – Al Ahzab : 31 ~            

Ketiga, mempertahankan perilaku yang baik dalam kesehari-harian serta memelihara diri dari perbuatan keji dan mungkar yang tak dikehendaki-Nya. Jangan sampai kita ketularan kembali penyakit hati yang telah berhasil kita basmi dari diri kita selama Ramadhan, macam bergunjing, menyebarkan fitnah atau khabar bohong, dengki, dendam, sombong, merasa paling bisa, iri hati, riya’, sok pamer, hujat menghujat, pemarah, ingin berkuasa dan masih banyak lagi. Kita juga jangan mudah terhasut oleh berita-berita atau ajakan-ajakan kaum fasik, sehingga kita turut terseret dalam malapetaka. Saringlah segala berita dengan akal sehat dan kepala dingin.

Terus terang, melakukan ibadah seperti yang disyaratkan diatas memang tidaklah mudah karena kita masih harus memerangi “hawa nafsu” (internal) dan “syaitan” (external) untuk mewujudkan ibadah yang baik secara berkesinambungan. Karena beratnya peperangan ini, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. pun selalu memanjatkan doa diatas, agar Allah membantunya untuk melaksanakan ibadah dengan baik.

Akhir kata, penulis ingin menyitir kata-kata Sayidina Ali ra: “Bukanlah yang dinamakan berhari kemenangan itu dengan berpakaian baru, tetapi ketaatannya kepada Allah (sesudah berpuasa) yang semakin bertambah”

Bagaimana pendapat Anda?


Kepustakaan: Al-Qur’an dan Pengajian Kang Dedet, Hikmah Republika - “Ibadah yang baik” oleh KH. Mu’ammal Hamidy Lc - Filename: Risalah Mutiara Tauhid - Pasca Ramadhan – 1999, Re-edited 4 Agustus 2013, Ramadhan1434H

No comments:

Post a Comment