Assalaamualaikum,
Mutiara
Senin, 01 Ramadhan 1440 H, 06/05/19
5 PERUSAK AMALAN DI BULAN RAMADHAN
Penulis
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc - April 21, 2018 2015 5
Lima
hal ini patut dihindari ketika kita menjalankan puasa di Bulan Ramadhan.
Inilah
hal-hal perusak di bulan Ramadhan.
Perusak #01: Tanpa ilmu
Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata,
اَنَّ العَامِلَ بِلَا عِلْمٍ كَالسَّائِرِ بِلاَ دَلِيْلٍ وَمَعْلُوْمٌ اَنَّ عَطَبَ مِثْلِ هَذَا اَقْرَبُ مِنْ سَلاَمَتِهِ وَاِنْ قُدِّرَ سَلاَمَتُهُ اِتِّفَاقًا نَادِرًا فَهُوَ غَيْرُ مَحْمُوْدٍ بَلْ مَذْمُوْمٌ عِنْدَ العُقَلاَءِ
“Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang
berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang rusak karena
berjalan tanpa penuntun tadi akan mendapatkan kesulitan dan sulit bisa selamat.
Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia
tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”
Ibnu
Taimiyah rahimahullah juga berkata,
مَنْ فَارَقَ الدَّلِيْل ضَلَّ السَّبِيْل وَلاَ دَلِيْلَ إِلاَّ بِمَا جَاءَ بِهِ الرَّسُوْل
“Siapa yang terpisah dari penuntun jalannya, maka
tentu ia bisa tersesat. Tidak ada penuntun yang terbaik bagi kita selain dengan
mengikuti ajaran Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.” (Lihat Miftah Dar As-Sa’adah, 1:299)
Perusak #02: Masih meneruskan maksiat
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia
tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga
saja.”
(HR. Ahmad, 2:373. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth
mengatakan bahwa sanadnya jayyid)
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan
dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus
yang dia tahan.” (HR.
Bukhari, no. 1903)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja.
Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan
rofats.
Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat
usil padamu, katakanlah padanya, ‘Aku sedang puasa, aku sedang puasa’.” (HR. Ibnu Khuzaimah, 3:242. Al-A’zhami mengatakan
bahwa sanad hadits tersebut shahih).
Lagwu
adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah. Sedangkan rofats
adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita atau
dapat pula bermakna kata-kata kotor.
Perusak #03: Masih pelit dengan harta
Padahal
di bulan Ramadhan adalah waktu terbaik untuk berderma.
Dari
‘Ali, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ». فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ »
"Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar
yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya
terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil
berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Untuk orang yang berkata benar, yang
memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari diwaktu
manusia pada tidur.” (HR.
Tirmidzi, no. 1984. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Perusak #04: Puasa tetapi tidak shalat
Pakar
fikih Kerajaan Saudi Arabia pada masa silam, Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya, “Apa hukum orang yang berpuasa namun
meninggalkan shalat?” Beliau rahimahullah menjawab, “Puasa yang dilakukan oleh
orang yang meninggalkan shalat tidaklah diterima karena orang yang meninggalkan
shalat berarti kafir dan murtad.
Dalil
bahwa meninggalkan shalat termasuk bentuk kekafiran adalah firman Allah Ta’ala,
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
"Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (QS.
At-Taubah: 11)
Alasan
lain adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan
dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR.
Muslim, no. 82)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah melanjutkan,
“Kami katakan, ‘Shalatlah kemudian tunaikanlah puasa.’ Adapun jika engkau puasa
namun tidak shalat, amalan puasamu akan tertolak karena orang kafir (sebab
meninggalkan shalat) tidak diterima ibadah darinya.” (Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17:62)
Perusak #05: Shalat tarawih super ngebut
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ الْقُنُوتِ
“Sebaik-baik shalat adalah yang lama
berdirinya.” (HR. Muslim, no. 756)
Dari Abu
Hurairah, beliau berkata,
أَنَّهُ نَهَى أَنْ يُصَلِّىَ الرَّجُلُ مُخْتَصِرًا
"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
seseorang shalat mukhtashiron.” (HR.
Bukhari, no. 1220 dan Muslim, no. 545).
Ibnu
Hajar rahimahullah membawakan hadits di atas dalam kitab beliau Bulughul
Maram, Bab “Dorongan agar khusyu’ dalam shalat.” Sebagian ulama menafsirkan
ikhtishor (mukhtashiron) dalam hadits di atas adalah shalat yang ringkas
(terburu-buru), tidak ada thuma’ninah ketika membaca surat, ruku’ dan
sujud. (Lihat Syarh Bulughul Maram, Syaikh ‘Athiyah Muhammad Salim, 49:3,
Asy-Syamilah)
Semoga
Allah menerima setiap amalan kita di bulan Ramadhan dan dijauhkan dari
kesia-siaan dalam beramal.
—
Artikel Kajian Akbar di Dlingo Bantul, 5 Sya’ban
1439 H, 21 April 2018
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
No comments:
Post a Comment