KEWAJIBAN
SUAMI – Bagian
3
Masih melanjutkan bahasan
kewajiban suami yang dibahas sebelumnya. Kali ini ada dua kewajiban penting
lainnya yang mesti diperhatikan suami. Yang pertama, memperhatikan agama si
istri dengan mendidiknya. Dan yang kedua, mengajak istri untuk taat dalam
ibadah. Kedua kewajiban tersebut teramat penting karena berkaitan dengan
akhirat. Jadi, si suami bukan hanya memperhatikan bagaiamana biar rumah bisa
terus ada asap dapur atau sandang, pangan dan papan. Masalah agama si istri
juga sangat perlu, bahkanurgent untuk diperhatikan.
Kelima: Mengajarkan
istri masalah agama
Sebagian suami kurang
mempedulikan hal ini. Mereka hanya tahu bahwa kewajibannya hanyalah memberi
nafkah, pakaian, tempat tinggal atau kesenangan dunia. Kewajiban kali ini
sebenarnya terbilang penting bahkan teramat penting karena berkaitan dengan
akhirat.
Coba bayangkan jika suami
melihat istrinya enggan berjilbab, malas shalat fardhu, sering bermaksiat, atau
tidak bisa membaca Al Qur’an, apakah ia rela istrinya seperti itu? Semua itu
tentu saja perlu didikan. Selain
dibini, yah harus dibina pula. Bukan hanya biologis saja yang ia
nikmati dari istri. Seharusnya ada simbiosis mutualisme. Istri bisa
membahagiakan suami, begitu pula sebaliknya. Dan kebahagiaan rohani ini lebih
dari segalanya, lebih pula dari kebahagiaan dunia.
Semoga menjadi renungan bagi
kita –para suami- firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At
Tahrim: 6). Lihatlah tafsiran para salaf mengenai ayat tersebut.
Lihatlah apa yang dikatakan oleh
sahabat ‘Ali radhiyallahu
‘anhu,
أدبوهم، عَلموهم.
“Ajarilah adab dan agama
kepada mereka”.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga berkata,
اعملوا بطاعة الله، واتقوا معاصي الله، ومُروا أهليكم بالذكر، ينجيكم الله من
النار.
“Lakukanlah ketaatan pada
Allah dan hindarilah maksiat. Perintahkanlah keluargamu untuk mengingat Allah
(berdzikir), niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari jilatan neraka”.
Mujahid berkata,
اتقوا الله، وأوصوا أهليكم بتقوى الله. .
“Bertakwalah pada Allah dan
nasehatilah keluargamu untuk bertakwa pada-Nya”.
Adh Dhohak dan Maqotil
berkata,
حق على المسلم أن يعلم أهله، من قرابته وإمائه وعبيده، ما فرض الله عليهم، وما
نهاهم الله عنه
“Kewajiban bagi seorang muslim
adalah mengajari keluarganya, termasuk kerabat, budak laki-laki atau perempuannya.
Ajarkanlah mereka perkara wajib yang Allah perintahkan dan larangan yang Allah
larang.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 59)
Ingatlah, termasuk suatu
kebahagiaan jika istri, anak dan kerabat kita mendapatkan hidayah. Lihatlah
perkataan Al Hasan Al Bashri,
أن يُري الله العبد المسلم من زوجته، ومن أخيه، ومن حميمه طاعة الله. لا والله
ما شيء أقر لعين المسلم من أن يرى ولدا، أو ولد ولد، أو أخا، أو حميما مطيعا لله
عز وجل.
“Yang ingin dilihat Allah pada
hamba muslim dari istri, saudara, dan sahabat karibnya adalah mereka semua taat
pada Allah. Wallahi,
demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan pandangan mata seorang
muslim melebihi ketaatan pada Allah yang ia lihat pada anak, cucu, saudara dan
sahabat karibnya.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10: 333).
Lalu bagaimana jika kita tidak
bisa mendidik istri kita karena kita sendiri kurang dalam agama?
Jawabnya, hendaklah suami pun
memperbaiki diri. Berusaha untuk mempelajari Islam lebih dalam sehingga ia bisa
memperingatkan dan mendidik istrinya di rumah. Lebih maslahat jika istri
dididik di rumah dibanding di luar. Itu jika mampu dan ini jalan yang lebih
baik. Jika tidak bisa demikian, hendaklah si suami mengajak istri untuk datang
ke majelis ilmu sebagaimana dirinya pun demikian. Belajarlah dari ilmu dasar,
dimulai dari memperbaiki akidah, tauhid, dan memperbaiki amalan ibadah wajib
serta ilmu penting lainnya. Dengan demikian, rumah akan terhiasi dengan cahaya
ilmu dan itulah yang akan membuat keluarga semakin tentram dan bahagia.
Semoga Allah memudahkan kita
untuk mendidik istri dan anak-anak kita dalam hal agama, sehingga kita pun
terbebas dari siksa neraka.
Keenam:
Mengajak istri dan anak untuk rajin beribadah
Selain mendidik istri dan anak
dalam masalah diin (agama), suami pun berusaha untuk mengajak keluarganya untuk
memperhatikan ibadahnya. Terutama sekali hal yang wajib. Didiklah istri dan
anak untuk menjaga shalat lima waktu. Didiklah mereka memperhatikan pula amalan
wajib lainnya dan sempurnakanlah amalan tersebut dengan amalan sunnah.
Cobalah perhatikan bagaimana
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan
kita untuk memperhatikan shalat anak-anak kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ
وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ
“Perhatikanlah anak-anak
kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Jika mereka
telah berumur 10 tahun, namun mereka enggan, pukullah mereka.” (HR.
Abu Daud no. 495. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwaul Gholil 298).
Begitu pula beliau
memerintahkan pada suami untuk memperhatikan shalat malam istrinya. Dari Abu
Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ
فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ
امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى
فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati
seorang lelaki yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia
membangunkan istrinya lalu si istri mengerjakan shalat. Bila istrinya enggan
untuk bangun, ia percikkan air di wajah istrinya. Semoga Allah merahmati
seorang wanita yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia
membangunkan suami lalu si suami mengerjakan shalat. Bila suaminya enggan untuk
bangun, ia percikkan air di wajah suaminya.” (HR. Abu Daud no.
1450, An Nasai no. 1610, dan Ahmad 2: 250. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits hasan sebagaimana dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 625).
Sungguh kemesraan yang luar
biasa di akhir malam. Sedikit yang melakukannya. Dan sedikit pula yang
mempedulikan pasangannya untuk shalat malam. Suami tentu saja bisa mengajak
istri untuk rajin beribadah dengan ia terlebih dahulu membiasakan dirinya.
Semoga Allah memudahkan kita
untuk menjalankan ketaatan, menjaga ibadah wajib dan merutinkan sunnah,
sehingga itu pun bisa tertular pada istri dan anak-anak kita.
Masih berlanjut
pembahasan kewajiban suami pada
kesempatan lainnya, moga Allah memberi kemudahan demi kemudahan (Bersambung keBagian 4)
Wallahu waliyyut taufiq was
sadaad.
@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 2
Rabi’uts Tsani 1433 H
Penulis: Muhammad Abduh
Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
Seri Artikel KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI:
No comments:
Post a Comment