Tuesday, August 19, 2014

PENDERITAAN DAN KEMALANGAN SEBAGAI “SURAT CINTA” DARI ALLAH

PENDERITAAN DAN KEMALANGAN SEBAGAI “SURAT CINTA” DARI ALLAH


Ada sebuah hasil penelitian ahli anastesia di AS menyimpulkan bahwa orang-orang yang memiliki rasa kepercayaan dan keyakinan agama yang tinggi dan yang rendah tidak sama dalam merasakan derita penyakit.

Orang yang kuat rasa keagamaannya rata-rata merasakan penyakitnya di bawah 80 %, sedangkan mereka yang tidak beragama atau rasa keagamaannya rendah akan lebih berat merasakan penyakit yang dideritanya.
Syekh Ibnu Athaillah juga pernah menyatakan bahwa orang yang sadar bahwa segala sesuatu yang dialami pada diri seseorang diyakini sebagai takdir yang berasal dari Allah maka jika itu takdir buruk tidak akan membuatnya menjerit. 

Sebaliknya jika takdir yang baik yang datang kepadanya tidak akan membuatnya mabuk. Akan tetapi mereka yang menganggap segala sesuatu yang menimpa dirinya bukan dari Allah maka akan merasa berat menerima takdir buruk dan bisa lupa diri jika menerima takdir baik.

Dalam Islam umatnya diminta untuk bersabar menerima musibah dan bersyukur menerima rezeki. Jika seseorang memiliki keyakinan dan keikhlasan yang dalam terhadap Allah Swt, maka jarak antara musibah dan kenikmatan sudah semakin dekat.

Bahkan kalangan auliya’, kekasih-kekasih Allah, tidak hanya mensyukuri nikmat dan karunia tetapi juga mensyukuri apapun yang berasal dari Allah, termasuk musibah dan penderitaan. Orang-orang yang termasuk kategori terakhir tidak lagi masuk kategori syukur tetapi sudah masuk ke dalam kategori syakur.

Syukur ketika seseorang merasa senang lalu mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Tuhannya di dalam bentuk memberikan sebagian kenikmatan itu kepada orang lain yang berhak, misalnya dalam bentuk zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan syakur ketika seseorang dalam keadaan apapun selalu merasa senang, walaupun sedang kena musibah atau kekecewaan.

Ia sudah selalu berbaik sangka kepada Allah bahwa semua yang datang kepadanya berasal dari Allah dan mesti baik. Kesulitan dan penderitaan tidak mengendorkan dirinya dalam mengungkapkan rasa syukur. Inilah yang disebut di dalam Al-Qur’an: “Orang-orang yang selalu berinfak, baik dalam waktu lapang maupun waktu sempit”. (Q.S. Ali ‘Imran/3:134).

Orang-orang yang sampai ke tingkat syakur masih langka sebagaimana diakui sendiri di dalam Al-Qur’an: “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih. (Q.S. Saba’/34:13). Yang banyak di antara kita baru sampai ke tingkat tahmid dan syukur. Yang lebih banyak lagi ialah tidak bertahmid apalagi bersyakur.

Bagi orang yang sudah pada derajat syakur, segala bentuk penderitaan dan kemalangan dianggapnya sebagai “surat cinta” Allah. Ia sadar bahwa sekian lama dipanggil Allah dengan kenikmatan dan kebahagiaan tetapi tidak menyadarinya, bahkan terkadang mabuk dengan kemewahan dan kenikmatan itu.

Ketika musibah dan penderitaan menerpanya, ia tetap bahagia karena nama yang selalu muncul dalam ingatan dan pikirannya hanya Allah Swt. Berbeda ketika diuji dengan kemewahan, sedikit sekali porsi waktu untuk mengingat Allah Swt, itupun kadar intensitasnya kecil.

Orang ini dalam keadaan apapun selalu bersyukur karena ia sadar dan merasakan kebenaran firman Allah Swt: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. Ibrahim/14:7).

Orang yang sudah sampai di tingkat syakur dadanya selalu lapang selapang samudra, sehingga betapapun banyak kotoran mengalir dari mana-mana tidak akan pernah bisa mengubah warna air samudra. Sebaliknya jika dada sempit maka ia selalu merasa sumpek, sehingga sekecil apapun keritikan dan makian diterimanya langsung sesak dan stress, seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an: 

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.(Q.S. al-An’am/6:125)


1 comment: