Showing posts with label muhasabah. Show all posts
Showing posts with label muhasabah. Show all posts

Sunday, December 29, 2013

31 DESEMBER

31 DESEMBER


Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala, sesungguhnya tanggal 31 Desember adalah hari biasa. Hari yang tidak memiliki perbedaan dengan hari lainnya. Hari yang juga terdiri dari 24 jam, tidak lebih tidak kurang. Hari yang juga akan berlalu seperti hari kemarin, kemarin dulu dan hari-hari lainnya. Manusia menciptakan 31 Desember itu sekedar sebagai “tanda waktu” pergantian tahun. Manusia yang menciptakan sistim kalendar untuk membagi waktu agar bisa mengevaluasi berbagai aspek kehidupan.

Namun tanggal 31 di dramatisir demikian rupa sehingga dibuat memiliki makna yang berbeda dengan hari-hari lainnya. Di kantor para pegawai biasanya menganalisa kinerja perusahaan yang tutup bukunya tanggal 31 Desember. Sebelumnya, kira-kira di bulan September mereka sudah mulai menyusun rencana tahunan yang akan dilaksanakan tanggal 1 tahun berikutnya. Suatu hal yang rutin dan lumrah.

Beberapa hari sebelum 31 Desember, para pakar sibuk mengadakan berbagai evaluasi tentang bagaimana kinerja pemerintah; instansi-instansi, lembaga dan aparat, dengan mengeluarkan berbagai statements termasuk harapan-harapan mereka di tahun yang baru. Tanggal 31 malam, Presiden mengadakan pidato tutup tahun untuk menjelaskan berbagai sikap pemerintah terhadap berbagai persoalan bangsa dan negara, serta bagaimana optimismenya menghadapi tahun depan.

Sebelum tanggal 31 juga, para peramal berunjuk gigi dengan mengeluarkan ramalan tahunan mereka yang memprediksi antara lain tentang nasib orang terkenal, musibah, kematian, keberuntungan dan kejadian penting lainnya di tahun mendatang. Beberapa hari sebelum 31 Desember, media cetak dan elektronik menyajikan berbagai kaleidoskop yang mem-“flash-back” berbagai kegiatan penting selama setahun menyangkut politik, ekonomi, olah-raga, berbagai trend dan international issues lainnya. Pokoknya tanggal 31 dibuat demikian penting, seakan-akan besoknya kita akan memasuki suatu dunia yang berbeda.

WAKTU UNTUK MUHASABAH

Kita lihat betapa sebagian besar kita sudah terjebak dalam hal-hal yang sarat dengan keduniawian yang berlebihan. Buat umat muslim yang baik, tanggal 31 Desember merupakan hari yang bisa kita gunakan dengan lebih bermakna bagi kehidupan kita sehari-hari. Hari yang bisa kita gunakan untuk melakukan muhasabah yaitu melakukan perhitungan, evaluasi diri sendiri tentang apa yang telah kita lakukan selama ini.

Kita mengevaluasi sejauh mana kita telah melakukan amal saleh nahi munkar. Seberapa jauh keputusan-keputusan yang telah kita ambil sejalan dengan pedoman hidup kita Al-Qur’an. Kita mengevaluasi seberapa jauh keimanan kita, apakah semakin dekat atau jauh dengan Allah subhaanahu wa ta’ala yang kita cintai. Pendeknya tanggal 31 itu bisa kita gunakan untuk melakukan introspeksi tentang apa yang telah kita jalani selama setahun.

Sebetulnya muhasabah bisa dilakukan secara berkala seperti muhasabah harian setelah sholat isya, mingguan setiap habis sholat Jum’at atau bulanan dan tahunan. Tahunan biasanya kita lakukan dalam bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat. Muhasabah itu penting kita lakukan karena merupakan aspek kontrol atas perjalanan hidup kita. Dengan cara itu kita selalu punya kesempatan untuk kembali kepada jalan yang di ridhoi-Nya. 

Saudara-saudaraku yang baik hati, masyarakat kita ya seperti itu adanya. Penuh bergelimang dengan keindahan dan kenikmatan dunia. Namun bila kita mau merubahnya, kita mulai dengan diri kita sendiri dulu, lalu keluarga kita; anak-anak dan istri. Kita bukannya dilarang untuk memikirkan dunia, namun pesanNya hanya satu; jangan berlebihan!

“………Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” ~Al-An’aam:141~

Mari kita memantabkan keimanan kita untuk menghadapi kehidupan dan godaan dunia yang semakin kuat membahana…. Tak ada yang bisa menyelamatkan kita kecuali berpedoman pada Al-Qur’anul Karim, saru petunjuk jelas dan nyata. Semoga kita bisa mengamalkannya. Aamiin ya Rabbal’aalamiin

Jakarta, 31 Desember 2013
Wassalam © Mimuk Bambang Irawan

Sunday, August 26, 2012

BERHARI ULANG TAHUN

Berhari Ulang Tahun Dengan Bermuhasabah

Bismillahirrohmanirrohiim

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT, masih banyak kaum muslim yang memperingati hari lahirnya dengan merayakannya, hura-hura, berpesta bergembira ria, makan-makan, bahkan ada yang overdoing, dengan mengundang kenalan handai taulan di gedung yang menghabiskan uang berjuta-juta rupiah. Adakah cara lain untuk memperingati hari lahir kita?

Itu sebenarnya tergantung bagaimana kita memaknai hari lahir kita serta bagaimana niat kita untuk memperingatinya. Kebanyakan dari kita menganggap bahwa bertambahnya umur merupakan suatu “prestasi” yang perlu dirayakan. Prestasi yang berupa tambah dewasa, tambah pengalaman, kesuksesan (duniawi) yang dikaitkan dengan bertambahnya umur. Makin bertambah umur kita diharapkan menjadi lebih dewasa, lebih pengalaman atau lebih sukses.

Hari lahir kita bisa juga dilihat dari sudut lain. Bila hidup di dunia ini kita anggap suatu perjalanan, dari janin, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua dan mati, maka dengan bertambahnya umur bukankah kita semakin mendekati garis “finish” kehidupan dunia?

Diseberang sana, di belakang garis finish, adalah akhirat. Tempat kita diakhirat, seperti kita tahu, tergantung kepada amal saleh kita selama menempuh perjalanan hidup di dunia ini. (Anda tentu masih ingat bahwa kita menempuh 5 alam kehidupan; alam ruh, alam janin, alam fana=dunia, alam barzah=kubur dan alam baka=akhirat).

Nah, bila demikian asumsinya, mestinya dengan bertambahnya umur, kita perlu semakin waspada dan melakukan introspeksi; cukupkah bekal pahala kita untuk masuk ke surga? Dengan perkataan lain, seberapa banyakkah diriku melakukan amal saleh?

Dalam Islam dikenal istilah muhasabah yang berasal dari kata hasaba, yuhasibu; yang berarti melakukan perhitungan terhadap diri sendiri berkaitan dengan amal, perilaku, serta keputusan-keputusan yang telah diambil dalam kehidupan ini. Mungkin padanan kata muhasabah adalah introspeksi. Muhasabah ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang berpegang pada asumsi diatas, yaitu sadar akan hakekat kehidupan yang bak perjalanan menuju akhirat yang abadi.

Jadi, adalah sangat bagus bila hari ulang tahun kita, dipakai untuk melakukan muhasabah ini, dengan mengajukan bermacam-macam pertanyaan pada diri kita sendiri. Pertanyaan-pertanyaan itu bisa dikelompokkan menurut 2 aspek, yaitu aspek hablum minallah dan aspek hablum minannas.

Aspek hablum minallah; Telah cukupkah iman dan taqwaku? Khusyu’kah shalatku? Seringkah aku mengulur-ulur waktu shalat? Berapa banyak aku mengingatNya? Pernahkah aku menyekutukanNya? Kapan aku mengingkari perintahNya? Kenapa aku mengingkari perintahNya? Telah bersyukurkah aku kepadaNya? Takutkah aku padanya? Pernahkah aku meragukanNya? Seringkah aku mengabaikanNya dan mendahulukan yang lain?

Aspek hablum minannas; Pernahkah aku menyakiti atau menzalimi orang lain? Bagaimana dengan zakat, infaq dan sedekahku? Bermanfaatkah aku buat orang lain? Apakah telah aku berikan ilmuku kepada orang lain? Apakah aku sudah terbebas dari penyakit-penyakit hati, a.l; dengki, dendam, iri, menggunjing, merendahkan orang, sombong, memfitnah dan lain sebagainya? Apakah aku telah menjadi pemimpin keluarga yang baik? Sayangkah aku pada keluargaku? Bertanggung jawabkah aku, terhadap keluarga, teman-teman di kantor dan lingkungan kita?

Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya sekedar contoh. Masih banyak pertanyaan yang bisa kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Perlunya muhasabah, menimbang, merenungi perbuatan baik buruk kita ini tersirat dalam ayat Al-Qur’an berikut ini:

Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun niscaya akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula
~ Al-Zalzalah – QS 99 : 7-8 ~

Jadi, merenung merupakan hal yang utama kita lakukan saat berhari ulang tahun. Sebenarnya muhasabah bisa dilakukan setiap hari sehabis shalat Isya’, ini boleh kita sebut sebagai muhasabah harian. Sedangkan pada ulang tahun itu kita mengadakan muhasabah besar atau muhasabah tahunan.

Lantas memperingatinya bisa dengan melakukan ta-syukuran. Mengundang orang juga dengan niat untuk silaturahmi dan mengajak memanjatkan do’a bersama memohon kekuatan lahir dan bathin, taufik dan hidayah, bimbingan dan petunjukNya agar kita tetap berada pada jalan yang diridhoiNya. Syukuran lebih baik lagi kalau dilakukan dengan mengajak kaum dhuafa atau yatim piatu, sehingga kita bisa sekaligus bersedekah.

Dengan memperingati (bukan merayakan) hari ulang tahun seperti itu, pasti akan banyak manfaatnya buat diri kita dan orang lain. Dan lagi, cara ini tidak kalah mengesankan dibanding dengan memperingatinya secara hip-hip-hura-hura.

Bagaimana pendapat Anda?

Tulisan: H. R. Bambang Irawan