Sunday, August 26, 2012

BERHARI ULANG TAHUN

Berhari Ulang Tahun Dengan Bermuhasabah

Bismillahirrohmanirrohiim

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT, masih banyak kaum muslim yang memperingati hari lahirnya dengan merayakannya, hura-hura, berpesta bergembira ria, makan-makan, bahkan ada yang overdoing, dengan mengundang kenalan handai taulan di gedung yang menghabiskan uang berjuta-juta rupiah. Adakah cara lain untuk memperingati hari lahir kita?

Itu sebenarnya tergantung bagaimana kita memaknai hari lahir kita serta bagaimana niat kita untuk memperingatinya. Kebanyakan dari kita menganggap bahwa bertambahnya umur merupakan suatu “prestasi” yang perlu dirayakan. Prestasi yang berupa tambah dewasa, tambah pengalaman, kesuksesan (duniawi) yang dikaitkan dengan bertambahnya umur. Makin bertambah umur kita diharapkan menjadi lebih dewasa, lebih pengalaman atau lebih sukses.

Hari lahir kita bisa juga dilihat dari sudut lain. Bila hidup di dunia ini kita anggap suatu perjalanan, dari janin, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua dan mati, maka dengan bertambahnya umur bukankah kita semakin mendekati garis “finish” kehidupan dunia?

Diseberang sana, di belakang garis finish, adalah akhirat. Tempat kita diakhirat, seperti kita tahu, tergantung kepada amal saleh kita selama menempuh perjalanan hidup di dunia ini. (Anda tentu masih ingat bahwa kita menempuh 5 alam kehidupan; alam ruh, alam janin, alam fana=dunia, alam barzah=kubur dan alam baka=akhirat).

Nah, bila demikian asumsinya, mestinya dengan bertambahnya umur, kita perlu semakin waspada dan melakukan introspeksi; cukupkah bekal pahala kita untuk masuk ke surga? Dengan perkataan lain, seberapa banyakkah diriku melakukan amal saleh?

Dalam Islam dikenal istilah muhasabah yang berasal dari kata hasaba, yuhasibu; yang berarti melakukan perhitungan terhadap diri sendiri berkaitan dengan amal, perilaku, serta keputusan-keputusan yang telah diambil dalam kehidupan ini. Mungkin padanan kata muhasabah adalah introspeksi. Muhasabah ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang berpegang pada asumsi diatas, yaitu sadar akan hakekat kehidupan yang bak perjalanan menuju akhirat yang abadi.

Jadi, adalah sangat bagus bila hari ulang tahun kita, dipakai untuk melakukan muhasabah ini, dengan mengajukan bermacam-macam pertanyaan pada diri kita sendiri. Pertanyaan-pertanyaan itu bisa dikelompokkan menurut 2 aspek, yaitu aspek hablum minallah dan aspek hablum minannas.

Aspek hablum minallah; Telah cukupkah iman dan taqwaku? Khusyu’kah shalatku? Seringkah aku mengulur-ulur waktu shalat? Berapa banyak aku mengingatNya? Pernahkah aku menyekutukanNya? Kapan aku mengingkari perintahNya? Kenapa aku mengingkari perintahNya? Telah bersyukurkah aku kepadaNya? Takutkah aku padanya? Pernahkah aku meragukanNya? Seringkah aku mengabaikanNya dan mendahulukan yang lain?

Aspek hablum minannas; Pernahkah aku menyakiti atau menzalimi orang lain? Bagaimana dengan zakat, infaq dan sedekahku? Bermanfaatkah aku buat orang lain? Apakah telah aku berikan ilmuku kepada orang lain? Apakah aku sudah terbebas dari penyakit-penyakit hati, a.l; dengki, dendam, iri, menggunjing, merendahkan orang, sombong, memfitnah dan lain sebagainya? Apakah aku telah menjadi pemimpin keluarga yang baik? Sayangkah aku pada keluargaku? Bertanggung jawabkah aku, terhadap keluarga, teman-teman di kantor dan lingkungan kita?

Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya sekedar contoh. Masih banyak pertanyaan yang bisa kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Perlunya muhasabah, menimbang, merenungi perbuatan baik buruk kita ini tersirat dalam ayat Al-Qur’an berikut ini:

Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun niscaya akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula
~ Al-Zalzalah – QS 99 : 7-8 ~

Jadi, merenung merupakan hal yang utama kita lakukan saat berhari ulang tahun. Sebenarnya muhasabah bisa dilakukan setiap hari sehabis shalat Isya’, ini boleh kita sebut sebagai muhasabah harian. Sedangkan pada ulang tahun itu kita mengadakan muhasabah besar atau muhasabah tahunan.

Lantas memperingatinya bisa dengan melakukan ta-syukuran. Mengundang orang juga dengan niat untuk silaturahmi dan mengajak memanjatkan do’a bersama memohon kekuatan lahir dan bathin, taufik dan hidayah, bimbingan dan petunjukNya agar kita tetap berada pada jalan yang diridhoiNya. Syukuran lebih baik lagi kalau dilakukan dengan mengajak kaum dhuafa atau yatim piatu, sehingga kita bisa sekaligus bersedekah.

Dengan memperingati (bukan merayakan) hari ulang tahun seperti itu, pasti akan banyak manfaatnya buat diri kita dan orang lain. Dan lagi, cara ini tidak kalah mengesankan dibanding dengan memperingatinya secara hip-hip-hura-hura.

Bagaimana pendapat Anda?

Tulisan: H. R. Bambang Irawan

No comments:

Post a Comment