Showing posts with label ujub. Show all posts
Showing posts with label ujub. Show all posts

Friday, February 25, 2022

UJUB DATANG DIAM-DIAM

UJUB ITU DATANG DENGAN DIAM-DIAM TANPA KITA SADARI

UJUB berbeda dengan RIYA

Kadangkala riya dapat dihindari, tapi ujub masih ada.

Contoh : Kita sholat tahajjud diam-diam. Tidak ada yang tahu dan tidak kita ceritakan pada orang lain,  dengan harapan agar tidak riya. Maka saat kita tidak menceritakan amalan kita, kita berhasil menghindari riya. 

Semata-mata kita beribadah karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang lain.

Jangan cepat berpuas diri dulu, karena syaitan terus berusaha menggelincirkanmu. Tiba-tiba  dalam hati berkata-kata, karena muncul rasa bangga terhadap diri sendiri.

"Hebat aku ini, bisa bangun setiap malam tak pernah ketinggalan sholat tahajjud, sementara orang lain tertidur pulas"

Saat hati berkata begitu, itulah yang dinamakan  UJUB. 

Walaupun berhasil untuk tidak riya', tetapi masih belum berhasil untuk tidak ujub.

Ujub adalah perasaan kagum atas diri sendiri. Merasa diri hebat, berbangga diri ... terpesona dengan kehebatan diri. Ujub  adalah penyakit hati yang paling tersembunyi. Perasaan ujub bisa datang dalam berbagai bentuk.

Diantaranya :

"Orang yang rajin ibadah merasa kagum dengan ibadahnya".

"Orang yang berilmu, kagum dengan ilmunya".

"Orang yang cantik, kagum dengan kecantikannya".

"Orang yang dermawan, kagum dengan kebaikannya".

"Orang yang berdakwah, kagum dengan dakwahnya".

Sufyan At-Tsauri mengatakan : "Ujub adalah perasaaan kagum pada dirimu sendiri, sehingga kamu merasa bahwa kamu lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya dibanding orang lain".

Padahal  semua kelebihan yang kita dapatkan  adalah kelebihan yang kita dapatkan dari Allah. Karena itu selayaknya kekaguman hanyalah kepada Allah, bukan kepada diri sendiri.

Dan ingatlah syaitan akan selalu menggiring manusia untuk masuk ke dalam fikiran berbangga kepada diri sendiri, agar amalan manusia tidak mendapat nilai.

Imam Nawawi Rahimahulloh berkata : "Ketahuilah bahwa keikhlasan niat terkadang dihalangi oleh penyakit ujub. Barangsiapa ujub dengan amalnya sendiri, maka akan terhapus amalnya." (Syarh Arba’in).

Naa'udzu billaahi min dzalik.

Jauhi sifat ujub,  jadikan amalan kita 100% karena pengabdian kepada Allah.

CARA MENGURANGI SIFAT UJUB :

1. Setiap kali terbetik di hati tentang kehebatan diri, segera istighfar memohon ampun kepada Allah.

2. Mengganggap semua kelebihan adalah milik Allah.

3. Berdoa mohon bantuan Allah agar hati kita bisa beribadah dengan ikhlas

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ  

“Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” ~QS (6) Al An'aam : 162~

Semoga Allah membantu kita mengikis penyakit ujub yang ada di hati.

Aamiin Yaa Rabbal Alamiin...

Semoga bermanfaat ...

Friday, June 22, 2018

PERILAKU UJUB

PERILAKU UJUB
Di antara akhlak tercela yang sangat dibenci di dalam Islam adalah ujub terhadap diri.
Rasulullah bersabda, “Tiga perkara yang dapat membinasakan: kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan ujubnya seseorang terhadap dirinya.  Hadist Hasan riwayat al-Baihaqi.
UJUB artinya bangga dengan diri, merasa banyak beramal, bersandar kepada amalannya, menyandarkan amalan itu kepada diri dan tidak disandarkan kepada Allah ta’ala.
Berikut di antara tanda ujub terhadap diri.
1. Tidak mau mendengarkan nasihat dan merasa tidak butuh arahan dan bimbingan
2. Senang mendengarkan aib dan kekurangan orang lain, terkhusus bila orang itu adalah saingannya
3. Menolak kebenaran dan merasa lebih tinggi dari pada orang yang menyampaikan
4. Meremehkan orang lain
5. Enggan meminta pendapat dari orang yang lebih pintar dan lebih berilmu darinya
6. Merasa sudah mengerjakan ketaatan yang banyak
7. Sombong dengan ilmu yang dimiliki dan menjadikan ilmu sebagai sarana untuk berdebat kusir
8. Berbangga diri dengan nasab dan kedudukan, dan meremehkan nasab dan kedudukan orang lain
9. Berbangga diri dengan keindahan fisik dan penampilan
10. Bersandar kepada amalan yang telah dilakukan dan mengira ia sudah sampai derajat sempurna
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menghiasi diri kita dengan akhlak mulia dan memudahkan kita untuk selalu jauh dari sifat buruk yang satu ini.
Aamiin Allahumma Amin...
Selamat Sholat TAHAJJUD Saudara - Saudaraku Rahimakumullah.....

Friday, November 27, 2015

TENTANG UJUB

TENTANG UJUB

“Amal shalih itu ibarat sinar dan cahaya, yang terkadang padam bila dihembus angin ujub!” (Panah Setan, Syaikh Shalih Al~Wunaiyyan, dari Ebook di Maktabah Abu Salma Al-Atsari )
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, maka benar-benar khawatir akan menimpa kalian sesuatu yang lebih besar daripada itu, yaitu ujub” (Silsilatul Ahaadiits ash~Shahiihah, no.658)
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata: "Demi Allah, Allah tidak akan memberikan kemenangan kepada orang yang menganggap suci dirinya atau bersikap ujub” [Siyaru A'laamin Nubalaa', (IV/190)]
Di dalam Al-Hilyah (Hilyatul Auliyaa', II/200) disebutkan, Abul Asyhab meriwayatkan dari Al~Mutharrif bin Abdullah, bahwa ia berkata:
"Tidur terlelap untuk kemudian bangun dengan penyesalan lebih aku sukai daripada semalaman shalat dan bangun pagi dengan perasaan ujub." (Siyaru A'laamin Nubalaa', IV/190)
Dari Said bin Abdurrahman bin Abu Hazim diriwayatkan bahwa ia berkata: "Sesungguhnya seorang hamba bisa saja melakukan kebajikan yang dia senangi, namun ternyata Allah menjadikannya (kebajikan tsb) sebagai keburukan yang paling berbahaya buat dirinya. 
Ada kalanya seorang hamba melakukan keburukan yang ia benci (melakukannya), namun ternyata Allah menjadikan (keburukan tsb) sebagai kebaikan yang paling bermanfa'at yang tiada bandingnya buat dirinya.
Sebabnya, ketika si hamba melakukan kebajikan itu ia bersikap takabbur, menganggap dirinya memiliki keutamaan yang tidak dimiliki orang lain. Bisa jadi sebab itu maka Allah menggugurkan kebajikannya itu bersamaan denga kebajikannya yang lain
Sementara ketika si hamba melakukan keburukan yang dibencinya itu, bisa jadi Allah menumbuhkan rasa takut dalam dirinya, kemudian ia menghadap Allah dalam keadaan rasa takut yang masih tertanam di dalam Hatinya." [Shifatush Shafwah (II/164)]
(Dikutip dari buku "Sudah Salafikah Akhlak Anda?") 
Wasallam, Mimuk Bambang Irawan

Wednesday, November 5, 2014

JANGANLAH PERNAH UJUB DAN SOMBONG ATAS AMALAN KITA

JANGANLAH PERNAH UJUB DAN SOMBONG ATAS AMALAN KITA


Suatu hari di tepi danau, Hasan melihat seorang pemuda duduk berdua-duan dengan seorang perempuan.
Di sisi mereka terletak sebotol arak. Kemudian Hasan berbisik dalam hati, “Alangkah buruk akhlak orang itu dan alangkah baik seandainya dia seperti diriku!”
Hasan baru menyadari bahwa ada sebuah perahu di tepi danau yang sedang karam. Lelaki yang duduk di tepi danau tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena timbul tenggelam. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Hasan dan berkata, “Jika engkau memang berakhlak mulia, maka dangan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Saya meminta engkau untuk menyelamatkan 1 orang saja, yang 6 orang telah saya selamatkan.”
Namun Hasan gagal menyelamatkan yang seorang itu. Selanjutnya lelaki itu berkata pada Hasan. “Tuan, perkenalkan perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, yang hanya mampu menyelamatkan botol itu, yang hanya berisi air teh, bukan anggur atau arak” Hasan tertegun lalu berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan 6 orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam danau, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan.” Lelaki itu menjawab, “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan.”

Semenjak itu, Hasan semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain.

Jika Allah membukakan pintu shalat tahajud untuk kita, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang sedang tertidur pulas.

Jika Allah membukakan pintu puasa sunnah, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunnah. Bisa jadi orang yang gemar tidur dan jarang melakukan puasa sunnah itu lebih dekat dengan Allah karena ketakwaannya, lebih dari pada diri kita. Ilmu Allah maha luas...


Janganlah pernah ujub dan sombong atas amalan diri kita. Insyaa Allah hidayah akan selalu dikaruniakan kepada kita.

Semoga bermanfaat,

Wasallam, Mimuk Bambang Irawan
Jakartam 6 November 2014