Tuesday, August 17, 2021

MEMAHAMI AS-SUNNAH (2)

MEMAHAMI AS SUNNAH SESUAI PETUNJUK AL QUR'AN ! (2)

Terjemahannya: ‘Sungguh, ayahku dan ayahmu berada di dalam neraka,’” (HR Muslim).

Secara harfiah pemahaman yang kita dapati dari keterangan hadits di atas menunjukkan bahwa kedua orang tua Rasulullah SAW termasuk ke dalam penghuni neraka. 

Tetapi sebenarnya ulama baik dari kalangan ahli hadits maupun kalangan ahli kalam berbeda pendapat perihal ini. 

Di antara ulama yang memaknai hadits ini secara harfiah adalah Imam An-Nawawi.

Imam Nawawi menjelaskan bahwa orang yang meninggal dalam keadaan kufur bertempat di neraka. Kedekatan kerabat muslim tidak akan memberikan manfaat bagi mereka yang mati dalam keadaan kafir. Hadits ini juga menunjukkan bahwa mereka yang meninggal dunia di masa fatrah (masa kosong kehadiran rasul) dalam keadaan musyrik yakni menyembah berhala sebagaimana kondisi masyarakat Arab ketika itu, tergolong ahli neraka. Kondisi fatrah ini bukan berarti dakwah belum sampai kepada mereka. Karena sungguh dakwah Nabi Ibrahim AS, dan para nabi lainnya telah sampai kepada mereka. Sedangkan ungkapan ‘Sungguh, ayahku dan ayahmu berada di dalam neraka’ merupakan ungkapan solidaritas dan empati Rasulullah SAW yang sama-sama terkena musibah seperti yang dialami sahabatnya perihal nasib orang tua keduanya. Ungkapan Rasulullah SAW ‘Ketika orang itu berpaling untuk pergi’ bermakna beranjak meninggalkan Rasulullah SAW.”  [Imam An-Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj, Dar Ihyait Turats Al-Arabi, Beirut, Cetakan Kedua, 1392 H].

Sebaliknya, Syaikh Muhammad al Ghazali terang terangan menolak hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi tsb, karena bertentangan dengan firman Allah Swt seperti,

1).  

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

"Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami (Allah) mengutus seorang rasul." ~QS-17 Al Isra’ :15~

2)

وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُمْ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَنَخْزَىٰ

"Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al Quran itu (diturunkan), tentulah mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah?" ~QS-20 Thaahaa : 134~

3)

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَىٰ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَنَا مِنْ بَشِيرٍ وَلَا نَذِيرٍ ۖ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari'at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: "Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan". Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." ~QS-5 Al Ma'idah : 19~

Syaikh Yusuf Qardhawi dalam kitabnya, "Bagaimana Memahami Hadits Nabi Saw (judul asli 'Kayfa Nata'amalu Ma'a As-Sunnah An Nabawiyyah'" mencoba menggali lebih dalam tentang hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dan disyarah oleh Imam Nawawi tsb. Beliau menemukan ulama lainnya yang juga mensyarah kitab Shahih Muslim dan menukil pendapat Al 'Alaamah Al Ibbiy (pensyarah Shahih Muslim) atas pendapat Imam Nawawi terhadap masa fatrah. 

Berkata Al-Ibbiy: "Perhatikan kontradiksi yang ada dalam ucapan Imam Nawawi tersebut. Sebab orang yang telah sampai kepadanya dakwah para Rasul , tidak disebut sebagai 'Ahl al Fatrah'. Adapun yang dimaksud dengan 'Ahl al Fatrah' adalah bangsa2 yang hidup diantara masa 2 orang Rasul. 

Yang pertama, tidak diutus kepada mereka (atau sebelum masa hidup mereka). Sedangkan Yang kedua, diutus setelah mereka meninggal dunia. 

Sebagai contoh, orang-orang badui (Arab) yang Nabi Isa as tidak diutus kepada mereka, sementara mereka tidak menjumpai masa kerasulan Nabi Muhammad Saw. Jadi masa fatrah adalah masa antara dua orang Rasul."

Untuk memperjelas komentar Al Alaamah al Ibbiy, Syaikh Yusuf Qardhawi merujuk beberapa firman Allah Swt yang menjelaskan hal (masa fatrah) ini antara lain :

i.)

لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّآ أُنذِرَ ءَابَآؤُهُمْ فَهُمْ غَٰفِلُونَ 

"Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, dan karena itu mereka lalai." ~QS-36 Ya-Sin : 6~

ii). 

 لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّآ أَتَىٰهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ  

"Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka seorang pemberi peringatan sebelum kamu; semoga mereka menjadi orang-orang yang mendapat hidayah." ~QS-32 As-Sajdah : 3~

iii.)

وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِنْ نَذِيرٍ

Dan Kami tidak pernah mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatan." ~QS-34 Saba – 44~

Syaikh Yusuf Qardhawi lebih lanjut menjelaskan bahwa para fuqaha' (ahli fiqh) memaknai masa fatrah sebagai khusus masa antara Nabi Isa as dan Nabi Muhammad Saw (berdasarkan riwayat Imam Bukhari dari sahabat Salman) yang lamanya 600 tahun. 

حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ مُدْرِكٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ أَخْبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ سَلْمَانَ قَالَ فَتْرَةٌ بَيْنَ عِيسَى وَمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِمَا وَسَلَّمَ سِتُّ مِائَةِ سَنَةٍ

"Telah menceritakan kepadaku Al Hasan bin Mudrik telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad telah mengabarkan kepada kami Abu 'Awanah dari 'Ashim Al Ahwal dari 'Utsman dari Salman berkata; "Masa fatrah (tidak ada risalah/wahyu dari Allah) antara Nabi 'Isa 'alaihis salam dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah enam ratus tahun". [Hadits Shahih Al-Bukhari No. 3654 - Kitab Perilaku, budi pekerti yang terpuji.Islamnya Salman al Farisi]

Syaikh Dr Yusuf Qardhawi akhirnya menjelaskan bahwa, untuk dapat memahami As-Sunnah dengan pemahaman yang benar, jauh dari penyimpangan, pemalsuan, dan penafsiran yang buruk maka haruslah dipahami sesuai dengan petunjuk Al Qur'an. 

Yaitu dalam kerangka bimbingan Ilahi yang pasti benarnya dan tak diragukan keadilannya, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Swt,

 وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَّا مُبَدِّلَ لِكَلِمَٰتِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ 

"Dan telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. ~QS-6. Al-An’am : 115~

Menurut syaikh Yusuf al Qardhawi, "Al-Qur'an adalah 'ruh' dari eksistensi Islam, dan merupakan azas bangunannya. Ia merupakan konstitusi dasar yang paling pertama dan utama, yang kepadanya bermuara semua perundang undangan Islam.

Sedangkan As-Sunnah adalah penjelasan terinci tentang isi konstitusi tsb, baik dalam hal-hal yang bersifat teoritis ataupun penerapan secara praktis. Itulah tugas Rasulullah Saw., "menjelaskan bagi manusia apa yang diturunkan kepada mereka."

Oleh sebab itu, tidaklah mungkin sesuatu yang merupakan "pemberi penjelasan" bertentangan dengan "apa yang hendak dijelaskan" itu sendiri. Atau, "cabang" berlawanan dengan "pokok". 

Maka, penjelasan yang bersumber dari Nabi Saw. selalu dan dan senantiasa berkisar disekitar Al-Qur'an, dan tidak mungkin akan melanggarnya.

Karena itu, tidak mungkin ada suatu hadits (sunnah) shahih yang kandungannya berberlawanan dengan ayat2 Al Qur'an yang muhkamat, yang berisi keterangan2 yang jelas dan pasti.

Dan kalaupun ada sebagian dari kita memperkirakan adanya pertentangan seperti itu, maka hal itu pasti disebabkan tidak shahihnya hadits yang bersangkutan, atau pemahaman kita yang tidak tepat, ataupun apa yang diperkirakan sebagai "pertentangan" itu hanyalah bersifat semu, bukanlah pertentangan yang hakiki.'"

Itulah pendapat yang disampaikan syaikh Yusuf al Qardhawi dalam kitabnya, "Bagaimana Memahami Hadits Nabi Saw."

Karena itu tidak sepantasnya seorang muslim menyebut orangtua Rasullullah adalah orang2 musyrik dan tempatnya di neraka. Sebab hal itu memperlihatkan kurangnya adab, ceroboh dalam dalam berfatwa, dan rendahnya rasa kecintaan kepada Rasulullah ! 

Allah Swt berfirman” 

 إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا  

"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan."

Dan Rasulullah menjelaskan dalam sebuah hadits bahwa, 

وَرَوَي البيهاقي, وَابْن عَسَاكِرِ عَن اَنَسٍ رضي الله عنه قال:خَطَبَ النَّبِي صلي الله عليه وسلم فقال اَنَا محمد بْنِ عبد الله بْنِ المطلب بْنِ هَاشِمٍ بْنِ عبد مَنَافٍ بْنِ قُصَي بْنِ كِلَابِ بْنِ مرة بْنِ كَعَبِ بْنِ لُؤَي بْنِ غَالِبِ بْنِ فَهَرِ بْنِ ماَلِكِ بْنِ النِضَر بْنِ كِنَانَةِ بْنِ خريمة بْنِ مدركة بْنِ اِليَاسٍ بْنِ مُضَر بْنِ نِزَارٍ , وَمَا اِفْتَرَقَ النَّاسُ فِرْقَيْنِ اِلاَّ جَعَلَنِي الله فِي خَيْرِهِمَا فَأَخْرَجْتُ مِنْ أَبوي, فَلَم يَصِبنِي شَيٌء مِن عَهْرِ الْجَاهِلِيَّةِ , وخَرَجتُ مِن نِكَاحٍ, وَلَم أَخرُج مِن سِفَاحٍ مِن لَدُنِ اَدَمَ حَتى اِنُتَهَيُت اِلَي أَبِي وأُمِّي فَأَناَ خيرُكُم نفسا و خَيْرُكمْ اَباً

Beliau bersabda : “Aku Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muthalib bin Hasyim bin Abdil Manaf bin Qusai bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luai bin Galib bin Fahar bin Malik bin Nazar bin Kinanah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudzar bin Nizar. Tidaklah terbagi dua kelompok kecuali aku adalah yang terbaik diantaranya maka aku dilahirkan dari orang tuaku dan aku tidak pernah terkena dengan kotoran jahiliyah. Aku dilahirkan dari pernikahan yang sah , dan aku tidak dilahirkan dari Adam hingga sampai kepada Ayahku dan ibuku. Aku adalah sebaik-baik manusia dan aku mempunyai ayah yang terbaik." [Diriwayatkan oleh Baihaqi dan Ibnu A’sakir dari Anas ra]

Semoga kita selalu dalam bimbingan dan petunjuk Allah Swt dan Rasul-Nya. 

Aamiin ya rabbalalamin.

Link ke Bagian Artikel selengkapnya:

MEMAHAMIAS-SUNNAH (1)

MEMAHAMIAS-SUNNAH (2)

MEMAHAMIAS-SUNNAH (3)

MEMAHAMIAS-SUNNAH (4)

No comments:

Post a Comment