Monday, August 16, 2021

MEMAHAMI AS-SUNNAH (1)

MEMAHAMI AS SUNNAH SESUAI PETUNJUK AL QUR'AN ! (1)

Syaikh Dr Yusuf Qardhawi dalam kitab "Bagaimana Memahami Hadits Nabi Saw (judul asli 'Kayfa Nata'amalu Ma'a As-Sunnah An Nabawiyyah')" menjelaskan bahwa, untuk dapat memahami As-Sunnah dengan pemahaman yang benar, jauh dari penyimpangan, pemalsuan, dan penafsiran yang buruk maka haruslah dipahami sesuai dengan petunjuk Al Qur'an. Yaitu dalam kerangka bimbingan Ilahi yang pasti benarnya dan tak diragukan keadilannya.

 وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَّا مُبَدِّلَ لِكَلِمَٰتِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ 

"Dan telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui”

~ QS. Al-An’am Ayat 115 ~

Jelaslah bahwa Al-Qur'an adalah "ruh" dari eksistensi Islam, dan merupakan azas bangunannya. Ia merupakan konstitusi dasar yang paling pertama dan utama, yang kepadanya bermuara semua perundang undangan Islam.Sedangkan As-Sunnah adalah penjelasan terinci tentang isi konstitusi tsb, baik dalam hal-hal yang bersifat teoritis ataupun penerapan secara praktis. Itulah tugas Rasulullah Saw, "menjelaskan bagi manusia apa yang diturunkan kepada mereka."Oleh sebab itu, tidaklah mungkin sesuatu yang merupakan "pemberi penjelasan" bertentangan dengan "apa yang hendak dijelaskan" itu sendiri. Atau, "cabang" berlawanan dengan "pokok". Maka, penjelasan yang bersumber dari Nabi Saw. selalu dan dan senantiasa berkisar disekitar Al-Qur'an, dan tidak mungkin akan melanggarnya.

Karena itu, tidak mungkin ada suatu hadits (sunnah) shahih yang kandungannya berberlawanan dengan ayat2 Al Qur'an yang muhkamat, yang berisi keterangan2 yang jelas dan pasti.

Dan kalaupun ada sebagian dari kita memperkirakan adanya pertentangan seperti itu, maka hal itu pasti disebabkan tidak shahihnya hadits yang bersangkutan, atau pemahaman kita yang tidak tepat, ataupun apa yang diperkirakan sebagai "pertentangan" itu hanyalah bersifat semu, bukanlah pertentangan yang hakiki.

Ini berarti bahwa As-Sunnah harus dipahami dalam kerangka petunjuk al-Qur'an.    

Dimasa lalu, setelah wafatnya para Sahabat muncullah kaum Mu'tazilah yang telah amat jauh menyimpang dari kebenaran, ketika mereka berani menolak hadits-hadits yang shahih dan dikenal secara luas mengenai diberikannya syafaat di akhirat, kepada Rasulullah Saw dan saudara2 beliau para Nabi serta para malaikat, dan kaum mukminin yang saleh. 

Yakni syafaat yang ditujukan untuk orang2 yang berdosa dari kalangan ahli Tauhid. 

Dan Allah Swt akan memuliakan mereka dengan karunia dan rahmat-Nya, serta syafaat dari para ahli syafaat tersebut, sehingga mereka tidak akan masuk neraka sama sekali, atau memasukinya untuk sementara, sampai keluar lagi setelah suatu masa tertentu; dan pada akhirnya masuk surga untuk selama lamanya.

Hal ini adalah diantara kemurahan Allah Swt atas hamba2-Nya, dengan mendahulukan sifat rahmahNya atas sifat keadilan-Nya. Yaitu dengan menjadikan ganjaran atas suatu perbuatan baik, sebanyak sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat atau lebih dari itu.

Dan menjadikan hukuman atas suatu perbuatan buruk , hanya sebanding dengannya saja, atau bahkan mengampuninya sama sekali.  

Dan dijadikan-Nya pula pelbagai penghapus dosa-dosa, berupa shalat lima waktu, shalat Jum'at, puasa ramadhan, dan shalat2 sunnah pada malam harinya, sedekah-sedekah, haji dan umroh, tasbih, tahlil, takbir, tahmid serta berbagai zikir dan do'a lainnya.

Bahkan kesusahan apa saja yang menimpa diri seorang Muslim, baik yang berupa kelelahan, penyakit menahun, kerisauan hati, kesedihan ataupun gangguan yang sekecil-kecilnya, tertusuk duri dan lain2nya.... Semua itu merupakan peluang bagi diperolehnya pengampunan Allah Swt atas kesalahan-kekeliruan (dosa-dosa) yang dilakukan olehnya.

Disamping itu pula, Allah Swt menjadikan doa orang2 mukmin baginya setelah ia wafat, baik yang berasal dari keluarga ataupun selain mereka, semuanya bermanfaat baginya dalam kuburnya.

Maka berdasarkan itu semua, tidaklah mengherankan apabila Allah Swt memuliakan hamba-hamba-Nya yang terpilih dan yang baik-baik, dengan mengizinkan mereka bersyafaat bagi siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, yang meninggal dunia dengan menyandang kalimat Tauhid.           

Bersambung.........

Link ke Bagian Artikel selengkapnya:

MEMAHAMIAS-SUNNAH (1)

MEMAHAMIAS-SUNNAH (2)

MEMAHAMIAS-SUNNAH (3)

MEMAHAMIAS-SUNNAH (4)

No comments:

Post a Comment