Sunday, December 20, 2015

MELAKSANAKAN PERINTAH RASULULLAH SESUAI DENGAN KEMAMPUAN

MELAKSANAKAN PERINTAH RASULULLAH SESUAI DENGAN KEMAMPUAN

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ الله تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: (مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ؛ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ).
ٌ[ رواه البُخارِيُّ وَ مُسلِم ]
Terjemahan Hadits :
Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr r'a, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:  “Apa yang aku larang, hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan, maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian, karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap Nabi-nabi mereka” (HR Bukhari dan Muslim)

Kandungan Hadits ;
1.   Wajib mengikuti perintah tentang apa yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
2.   Siapa yang tidak mampu melakukan perbuatan yang diperintahkan secara keseluruhan dan dia hanya mampu sebagian, hendaknya melaksanakan perintah apa yang mampu ia penuhi
3.   Allah tidak akan membebankan kepada seseorang, kecuali yang sesuai dengan kadar kemampuannya
4.   Perkara yang mudah tidak gugur, karena perkara yang sulit.
5.   Menolak keburukan lebih diutamakan untuk mendatangkan kemaslahatan
6.   Larangan untuk saling bertikai dan anjuran untuk bersatu
7.   Wajib mengikuti perintah Rasulullah, taat dan menempuh jalan keselamatan dan kesuksesan
Sumber : j.mp/arbainnawawipdf

MENGIKUTI JEJAK SHALIHIN
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh AS dan 
anaknya yang tenggelam
يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ
“Hai anakku, naiklah (ke bahtera) bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang yang kafir.”
Namun si anak menolak ajakan tadi dengan jawaban yang begitu congkaknya,
قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah.”
Kemudian sang ayah menimpali kecongkakan sang anak dengan penuh ketegasan,
قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ
Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari adzab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.”
Akhirnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menetapkan, 
وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.  ~ QS 11 - Huud : 42-43 ~
Usaha sang anak mencari perlindungan pun ternyata sia-sia belaka.
Saudaraku…
Jika kita renungkan ayat tersebut, kita dapati bahwa mengikuti jejak orang-orang yang beriman, berteman dan bergabung bersama mereka adalah cara yang benar untuk menggapai keselamatan.
Mereka senantiasa mendapat perlindungan dan pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bahkan ketika mereka diombang-ambingkan oleh gelombang fitnah, meskipun sarana yang mereka miliki sangat sederhana, seperti kapal kayu di tengah gelombang setinggi gunung.
Sebaliknya, mengikuti jejak orang-orang kafir dan munafik serta bergabung bersama mereka adalah jalan menuju kehancuran.
Marilah kita ikuti jejak orang-orang yang beriman, berteman dan bergabung bersama mereka, sehingga keselamatan akan kita raih dengan izin-Nya.   
[Fahd al-Aiban, dalam “Liyaddabbaruu Aayaatihi” (Hashaad al-Aam Min at-tadabbur ) hal. 105 dengan Gubahan]

No comments:

Post a Comment