Wednesday, January 27, 2016

SAYYIDUL ISTIGHFAR

Sayyidul Istighfar

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ، فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
“Allaahumma anta robbii, laa ilaaha illaa anta, kholaqtanii, wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mas-tatho'tu, a'uudzu bika min syarri maa shona'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya, wa abuu-u bidzanbii, faghfir lii, fa-innahu laa yagh-firudz-dzunuuba illaa anta.”
Artinya:
Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku.
Aku adalah hambaMu.
Aku akan setia pada perjanjianku denganMu semampuku.
Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang kuperbuat.
Aku mengakui nikmatMu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku.
Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.
(HR. Al Bukhari no. 5522, 6306 dan 6323, at-Tirmidzi no. 3393, an-Nasa'i no. 5522 dan lain-lain)
Keutamaan Sayyidul Istighfar :
Dari Syaddad bin Aus radhiallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sayyidul Istighfar adalah bacaan: (doa di atas)." Kemudian beliau menyebutkan keutamaannya:
"Barangsiapa yg membaca doa ini dengan penuh keyakinan di sore hari, kemudian dia mati pada malam harinya (sebelum pagi) maka dia termasuk ahli surga. Dan barang siapa yang membacanya dengan penuh keyakinan di pagi hari, kemudian dia mati pada siang harinya (sebelum sore) maka dia termasuk ahli surga."
Keterangan:
Dinamakan Sayyidul Istighfar, karena bacaan istighfar di atas adalah lafadz istighfar yang paling mulia dibandingkan lafadz istighfar lainnya.
Dalam lafadz istighfar ini, terdapat 8 aspek yang menjadikan istighfar ini memiliki keutamaan yang besar:
1. Dimulai dengan pujian kepada Allah.
2. Adanya pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah, makhluk Allah yang berusaha menghambakan dirinya kepada Allah.
3. Mengimani adanya janji Allah, sehingga sang hamba sangat berpijak pada ikrarnya untuk mendapatkan janji Tuhannya.
4. Pengakuan akan kekurangan dirinya, dengan sekaligus memohon perlindungan kepada Tuhannya dari keburukan dirinya.
5. Pengakuan terhadap banyaknya nikmat yang telah Allah berikan kepada dirinya, yang ini mewakili rasa syukur.
6. Pengakuan terhadap banyaknya dosa & kelancangannya, yang ini merupakan bentuk taubatnya.
7. Diakhiri dengan permohonan ampunan yang setulusnya kepada Allah.
8. Dengan keyakinan, tidak ada Dzat yg mampu mengampuni dosa-dosa hamba kecuali Allah, Sang Maha Kasih Sayang. (Fiqh al-Adiyah, 3/15).
آمِينَ.

No comments:

Post a Comment