Wednesday, November 13, 2013

TOLERANSI BERAGAMA

TOLERANSI BERAGAMA


Bismillahirrohmanirrohiim

RENUNGAN PAGI - CARA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALAM DAN PARA SAHABAT MENGAMALKAN TOLERANSI BERAGAMA

Al-Qur’an banyak memberikan arahan tentang kehidupan toleransi beragama yang menjadi bahan renungan kita kali ini.

Mengenai pluralisme beragama ini Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah telah mengirim nabi kepada setiap ummat, baik yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an maupun yang tidak (QS 40 – Al-Mu’min : 78, QS 17 – Al-Israa’ : 15). Setiap muslim harus beriman kepada para nabi (QS 3 – Ali ‘Imran : 84). Kemudian mengenai pluralisme agama dan kebebasan beragama ditegaskan pula dalam surat dan ayat-ayat tersendiri (QS 2 – Al-Baqarah: 62, 256), serta mengenai toleransi atau hidup berdampingan secara damai (QS 109 – Al-Kaafiruun : 1-6). Diantara beragam ummat beragama itu, Al-Qur’an menganjurkan agar kaum Muslim berlomba-lomba berbuat kebajikan (QS 5  – Al-Maaidah : 48), bersikap positip dalam berhubungan dan bekerja-sama secara adil dengan ummat non-Muslim (QS 60 – Al-Mumtahanah : 8), serta melindungi tempat-tempat ibadah semua agama (QS 22 – Al-Hajj : 40).

Pengamalan Nabi  Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam atas ayat-ayat tersebut diatas dapat disimpulkan dalam kisah berikut ini. Pada tahun yang disebut dengan Tahun Perutusan (630-631M) atau disebut dengan ‘Am al-Wafd, Nabi Muhammad sebagai penguasa baru di Madinah menerima kunjungan suku-suku Arab-Kristen.

Salah satu diantaranya adalah suku Najran. Mereka diterima oleh Nabi di Masjid Madinah dan menginap di Masjid Nabawi dan rumah para sahabat. Mereka tinggal beberapa hari dan sempat melakukan kebaktian di Masjid Nabawi. Semula mereka minta ijin untuk melakukan kebaktian di luar masjid, tapi Nabi mempersilahkan mereka melakukannya di dalam Masjid. Pertemuan mereka dengan Nabi menghasilkan piagam yang menyatakan bahwa jiwa, agama dan harta benda mereka dilindungi. Piagam ini juga memuat kecaman terhadap siapa saja yang menodai jaminan tersebut.

Begitulah Nabi saw mengamalkan titah Al-Qur’an, dimana Islam mengharuskan para pemeluknya untuk menerima keberadaan agama-agama lain dan mengadakan hubungan baik dengan para pemeluknya. Sikap Nabi diatas dilanjutkan para pemimpin Muslim setelah Nabi.

Contohnya, Khalifah Abu Bakar dalam pesannya kepada tentaranya menekankan agar mereka tidak mengganggu kebebasan dan menodai kesucian agama-agama lain. Sikap ini terus dipertahankan bersamaan dengan makin meluasnya kekhalifahan Islam. Karena itu ummat Kristen-Arab (umumnya pengikut Gereja Nestorian, Yakobian dan Monofisit, yang dianggap sempalan, dikucilkan bahkan dimusuhi oleh Gereja Kristen Barat) menerima baik kehadiran penguasa Muslim yang jauh lebih toleran.

Khalifah ‘Umar ibn al-Khatab menegaskan sikap tersebut diatas dalam perjanjiannya dengan ummat Kristen Aelia (Yerusalem). Piagamnya dikenal dengan sebutan Mithaq Iliya’ (Piagam Aelia). Dalam piagam itu tertulis antara lain: “Inilah janji perlindungan keamanan hamba Allah ‘Umar Amir al-Mu’minin (pemimpin kaum beriman) kepada penduduk Aelia, yaitu keamanan bagi diri, harta benda, gereja, salib dan segala keperluan peribadatan mereka. Bangunan gereja mereka tidak akan diduduki, dirobohkan atau dikurangi luasnya, diambil salib-salibnya atau apa saja dari harta benda mereka. Mereka juga tidak dipaksakan untuk meningggalkan agama mereka atau diganggu.

Kalau Nabi, sahabat-sahabatnya serta para Pemimpin Muslim setelah Nabi sekaliber Abu Bakar dan Umar bersikap demikian toleran, mengapa sekarang banyak di antara kaum muslim Indonesia kok begitu sulit mengamalkan toleransi itu dan jauh dari yang dicontohkan Rasulullah? Rasanya perlu sekali kita merenung kembali, melakukan muhasabah tentang titah Al-Qur’an dalam kehidupan toleransi beragama dan mengingatkan diri sendiri, bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam adalah satu-satunya suri-tauladan dalam mengamalkan bertoleransi beragama

Bagaimana pendapat Anda?
  
Kutipan ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan toleransi beragama:

Barangsiapa berbuat sesuai hidayah (Allah), maka sesungguhnya ia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng’ahzab sebelum kami mengutus seorang rasul
~ QS 17 – Al-Israa’ : 15 ~

Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu’jizat, melainkan dengan seizin Allah; maka bila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang yang berpegang pada yang batil.
~ QS 40 – Al-Mu’min : 78 ~

Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri.
~ QS 3 – Ali-‘Imran : 84 ~

Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin*, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati
~ QS 2 – Al-Baqarah : 62 ~

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut** dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
~ QS 2 – Al-Baqarah : 256 ~

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku
~ QS 109 – Al-Kaafiruun : 1-6 ~

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap ummat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu ummat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
~ QS 5 – Al-Maaidah : 48 ~

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berlaku adil.
~ QS 60 – Al-Mumtahanah : 8 ~

(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian manusia yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
~ QS 22 – Al-Hajj : 40 ~

*) Orang-orang Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari’at Nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah binatang atau dewa-dewa
**) Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah swt.

Kepustakaan: Al- Qur’an, Hikmah - Toleransi, Jamaludin Rumi, 1998
Filename: THINK09-Toleransi, Re-edited, 24 Agustus 2009, Ramadhan 1430 H

Copyright © Mimuk Bambang Irawan

No comments:

Post a Comment