Tuesday, June 30, 2015

ASBABUN NUZUL KE 21

ASBABUN NUZUL KE 21

TURUNNYA SURAH 43 - AZ ZUKHRUF AYAT 31, SURAH 74 AL MUDATSTSIR AYAT 18-23

Kisah Al Walid ibn Al Mughirah – Berandai-andai menjadi Nabi

Sejak Islam memancarkan cahayanya, masyarakat Mekkah terguncang. Beberapa penduduk Mekkah yang memiliki pikiran dan kesadaran yang lurus segera merapat masuk Islam, sebaliknya para pemuka Mekkah, merasa kewibawaan dan kemuliaannya diruntuhkan dan kurban bagi berhala-berhala semakin berkurang. Sejak saat itu pula Mekkah berubah menjadi medan perseteruan antara dua kekuatan yang berbeda, yaitu Muhammad dengan pengikutnya dan Pemuka Quraisy.

Upaya menghalangi perkembangan ajaran Muhammad mulai dilakukan, mereka meminta Abu Tholib ibn Abd. Muthalib, paman dan pelindung Muhammad untuk menghentikan da’wah Muhammad, namun tidak dituruti Muhammad. Upaya menyiksa pengikutnya dan menghina Muhammad tidak membuat mereka goyah dan kembali ke agama nenek moyangnya. Upaya pendekatan kepada Muhammad dengan menawarkan harta, kemuliaan, pangkat dan wanita, tidak membuat Muhammad tertarik.

Allah SWT menyatakan keadaan itu dalam surah 25 - Al Furqon ayat 31:

“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari golongan orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong”.

Salah seorang pentolan Quraisy yang sangat memusuhi Rasulullah adalah Al Walid ibn Al Mughirah. Ia dikenal kaya raya dan kafilah dagang. Kendati demikian, sebetulnya dalam diri Al Walid timbul kekaguman, ta’jub dan mengakui keindahan Al Qur’an serta meyakininya bahwa ayat-ayat itu bukanlah syair, tapi betul-betul Firman Allah. Namun ia sangat membenci Muhammad, karena menurut pikirannya seharusnya dirinyalah yang pantas untuk mendapat wahyu dan risalah Tuhan. Sebagai pemuka Mekkah yang kaya raya, terhormat, seharusnya ia yang menjadi Nabi...!! Bukan Muhammad yang seorang yatim piatu...??

Allah SWT memberitahu RasulNya atas pikiran Al Walid ini dengan turunnya ayat:

“Wa qaaluu lawlaa nuzzila haadzal qur’aanu ‘alaa rajulim minal qaryataini ‘adhiim”

“Dan mereka berkata: ‘Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekkah dan Thaif) ini?” ~ QS 43 – Az Zukhruf : Ayat 31 ~

Kekaguman dan pengakuan Al Walid pada ayat-ayat Al Qur’an ini sempat membuat para pemuka kafir Quraisy berang, namun setelah dijelaskan alasannya mereka percaya meskipun tetap mengawasi Al Walid.

Suatu hari para pemuka Quraisy termasuk Al Walid berkumpul membicarakan strategi yang tepat untuk menghina Muhammad. Mereka sadar Muhammad tidak pernah menyihir, tidak pernah menjadi dukun, bukan seorang penyair dan bukan pula orang gila.

Yang jelas dia orang jujur, bijaksana, amanah dan tidak ada keburukan sedikitpun dalam dirinya. Akhirnya Al Walid memperoleh kata-kata yang dirasakan tepat untuk menghina Muhammad, yaitu: ‘Muhammad adalah seorang yang memperdaya banyak orang dan memecah belah keluarga’.

Atas kelakuan mereka ini Allah memberitahu RasulNya melalui ayat-ayat:

“Innahuu fakkara wa qaddar. Faqutila kaifa qaddar. Tsumma qutila kaifa qaddar. Tsumma nadhar. Tsumma ‘abasa wa basar”

“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?, kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan?, kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri” ~ QS 74 – Al Muddaththir : Ayat 18-23 ~

Mereka mulai menyebar berita kepada setiap jemaah haji dari luar Mekkah untuk berhati-hati dengan da’wah Muhammad, karena ia ingin memperdaya dan memecah belah keluarga mereka.
Namun apa yang mereka lakukan itu tidak menggoyahkan keinginan para jamaah yang ingin masuk Islam.

Strategi menyebar berita bohong ini menemui kegagalan. Akhirnya Al Walid mengusulkan gagasan yang sangat gila kepada Abu Thalib, yaitu akan menukarkan puteranya yang bernama Ammarah ibn Al Walid dengan Muhammad. Tentu saja Abu Thalib yang masih berpikiran waras menolaknya: ‘Bagaimana mungkin aku menyerahkan anakku untuk kalian bunuh, sementara aku ambil anak kalian untuk aku asuh...??!!’

Semestinya kekaguman dan meyakini akan ayat-ayat Al Qur’an, membuat Al Walid mengimani ajaran Muhammad. Namun syetan telah membuatnya lupa akan kebenaran. Dirinya semakin geram dengan masuknya Hamzah ibn Abd. Muthalib dan Umar ibn Khathab mengikuti ajaran Muhammad. Kebencian kepada Muhammad yang tiada henti-hentinya ini menggerogoti hatinya hingga ajal menjemputnya sebelum Rasulullah berhijrah ke Yatsrib.

Demikian kisah seorang manusia yang bercita-cita menjadi Nabi mati dalam kekafiran.

Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema :  Az Zukhruf (43) Ayat 31; Al Mudatstsir (74) Ayat 18-23 à Al Walid ibn Al Mughirah – Berandai-andai menjadi Nabi.


No comments:

Post a Comment